Riyem lewat ruang makan membawa sebuah nampan berisi piring, gelas, dan sendok, "Makanan buat siapa, Bu Riyem?" tanya Arshaka.
"Buat Ibu dan Elkana, Pak," jawab Riyem. Pantas saja Hizkia tidak melihat siapa-siapa di ruang makan. Ruth memilih makan di kamar. Hizkia teringat kejadian tadi malam.
Hizkia meminta biar dirinya saja yang mengantar nampan yang berisi sarapan ke kamar Elkana. Tiba di kamar, Hizkia mengetuk pintu tanpa bersuara. Nampan dipegang dengan tangan kiri. Pintu terbuka.
Ruth terkejut kehadiran suaminya. Lantas mengambil nampan dan kembali menutup pintu tanpa sepatah katapun. Hizkia tersenyum tipis, belum sempat menyapa, pintu telah tertutup. Hizkia meyakini istrinya kini tengah merajuk karena ulah Hizkia sendiri.
"Aku ke kantor ya. Titip cium buat Elkana," Terdengar suara dari balik pintu. Ruth membiarkan dan tidak membalas. Sementara Elkana yang tergiur girang dengan makanan ta
Di lain tempat, Naomi juga sedang merajuk pada Hizkia. Naomi merasa kekasihnya menjauh dan tak mencarinya lagi, padahal dialah yang ada saat Hizkia membutuhkan bantuan semisal kerjasama proyek mereka yang lalu. Bantuan lain, Naomi siap sedia saat Hizkia berada dalam keadaan genting.Kehadiran Naomi malam ini dan lembur rapat sedari sore membuat Hizkia lupa pada janji makan malam bersama istrinya. Tak pula ingat mengonfirmasi hal itu pada sang istri.Hizkia bukan tipe pria yang mudah memadu kasih dengan orang lain, termasuk dengan Naomi, meski perempuan itu masih mengisi ruang hatinya. Ia menjaga martabat perempuan dan nama baik dirinya sendiri.Meskipun Naomi terus-menerus menggodanya sejak dulu, tetapi Hizkia mampu kuat menghadapi jerat nafsu. Tak dipungkirinya Naomi berpenampilan menarik dan beberapa kali Hizkia hampir saja lupa daratan. Naomi perempuan cantik yang disukai banyak pria.Ruth sebagai istri diberi kebebasan untuk bersedia disentuh at
Pikiran Hizkia bercabang, kecelakaan kerja di proyek pembangunan gedung baru mengharuskannya berurusan dengan pihak berwajib. Kini peristiwa tersebut dalam penanganan kuasa hukum perusahaannya.Kemungkinan besar perusahaan Hizkia wajib memberi ganti rugi pada pekerja yang menjadi korban apabila terdapat kelalaian dari pihak Hizkia. Nominalnya belum ditentukan, hal ini melalui pengusutan terlebih dulu.Hizkia merasa bersalah karena tidak memberi kabar pada Ruth tentang rapat dadakan malam lalu. Hari ini dirinya berencana pulang lebih awal supaya bisa bercakap-cakap dengan istrinya. Tanpa memberitahu Ruth, Hizkia tiba di rumah pukul tujuh belas. Setelah membasuh tubuh, ia menuju kamar Elkana, ternyata putranya sedang bermain bersama Ratmi."Bu Ratmi, istri saya ke mana?" tanya Hizkia setelah tak menjumpai Ruth di sekeliling kamar."Ibu tadi berpesan, pergi bertemu teman lama, Pak," jawab Ratmi.&n
Siang pada hari yang sama, lagi-lagi Hizkia makan sendiri. Meskipun makanan sajian Ruth terasa nikmat di lidah, tidak demikian dengan suasana hati Hizkia. Setelah selesai makan, ia membersihkan piring, gelas, dan meja makan. Sewaktu kuliah ia pernah mengerjakan hal semacam itu, tangannya tetap lihai membolak-balik cucian. Pria itu melangkah gontai ke kamar anaknya, ingin bermain bersama Elkana. Di depan pintu kamar, Ruth menghalanginya dengan alasan bahwa Elkana butuh tidur siang sehingga sebaiknya tidak diganggu. Hizkia menjadi jarang bermain dengan Elkana semenjak maratonnya proyek pembangunan resort, beberapa bisnis lain, ditambah lagi masalah perusahaan yang baru saja terjadi. Hizkia sayang Elkana, waktu terbataslah yang membuatnya berjarak. Hari ini Hizkia ingin benar-benar hadir secara fisik untuk anak dan juga istrinya bila sang istri menginginkan. Hizkia harus menuai rasa kecewa karena hingga siang hari ia masih belum bisa bermain dengan Elkana. Seben
Hizkia mengamati ekspresi berbeda dari istrinya. Ruth mengungkit apapun yang lewat dalam pikirannya. Diam dan memendam pikiran hanya akan menyakiti diri sendiri, pikir Ruth. Hizkia mencoba mencerna dan membiarkan unek-unek istrinya keluar, hingga keheningan tercipta kembali."Suara kamu bisa membangunkan Elkana." Tangan Hizkia terangkat ingin menyentuh lengannya dengan segera Ruth termundur selangkah."Jangan sentuh aku," ringis Ruth. Telapak tangannya terbuka mengarah pada Hizkia. Tangan Hizkia berhenti di udara, turun dengan terkepal, tadi hampir menyentuh lengan Ruth sebelum ada penolakan."Aku lelah... capek..." Ruth menurunkan nada suaranya, ia merasa kehilangan kata-kata, "aku juga salah, aku tidak mampu mengolah dan bersikap santai. Aku merasa pernikahan ini bagian dari permainan kamu. Kamu berdiri di balik kata 'janji kepada Abangmu'," lanjutnya. Ruth menutup mata lalu menghela nafas panjang dan dalam untuk
Tiba-tiba... Dering ponsel Hizkia di nakas samping sofa tempat keduanya duduk berbunyi. Pada awalnya mereka abaikan, tetapi pada dering panggilan kedua, Ruth menoleh untuk meraup udara. Tidak sengaja Ruth membaca nama pemanggil yang tertera beserta gambarnya. Foto perempuan dengan busana cut off shoulder top dipadu dengan hot pants. Sontak Ruth berdiri, melepaskan diri dari Hizkia dengan penampilan agak berantakan seperti hatinya yang makin kacau. Kenapa malah jadi bermesraan? Logikanya mulai buntu karena selimut gairah tubuhnya. "Sekarang kamu punya kebebasan, lakukan apapun yang kamu mau!" Ruth mengeluarkan kalimat itu, ia kembali pada kenyataan. Dirinya benar-benar berbalik dan berlalu meninggalkan kamar dengan rasa hati yang tak menentu. "Mama El..." Hizkia memanggil istrinya, tapi kali ini Ruth tidak kembali. Perempuan itu menutup pintu sedikit kencang membuat Hizkia terperanjat dan refl
Kening Hizkia mengernyit saat tengah memeriksa berkas laporan tentang kecelakaan kerja pembangunan gedung baru dari kuasa hukumnya. Hasil pengusutan yang berwajib ada dugaan kesengajaan. Dering ponsel Hizkia berbunyi. Pada panggilan kedua barulah ia melirik ponselnya. Mama. "Halo Ma..." Hizkia segera menjawab panggilan. "Halo Papa El.. apa kabar, Nak?" Hizkia tersenyum mendengar panggilan dari ibu kandungnya, sangat manis terdengar. "Baik Ma. Mama gimana kabarnya?" Percakapan antara ibu dan anak mengalir ringan. Nenek Elkana, Endang Srirahmawati, berencana mengunjungi mereka seminggu lagi, rindu pada Elkana dan menantu kesayangannya. Ruth sering menghubungi mama mertua, meski mereka tengah dirundung prahara rumah tangga. Ruth tahu benar membedakan masalah dengan suami tidak merembet ke orang tua. Hizkia juga berlaku yang sama terhadap bundanya Ruth.
Ruth terpaksa kembali sekamar dengan Hizkia. Mereka bersepakat tidak ingin menimbulkan kecurigaan Endang terhadap pernikahan yang tengah mereka jalani. Hati suami istri ini belum memutuskan apapun terhadap perkawinan mereka. Malam hari setelah menidurkan anaknya, Ruth masuk ke dalam kamarnya. Sementara, Endang telah terlelap di kamar tamu. Seharian bersama Elkana begitu menyenangkan hati Endang, rasa lelah yang menggembirakan. Ruth kembali bertemu muka dengan Hizkia yang tersenyum sumringah sembari menepuk-nepuk ranjang. Kalau tidak ada mama mungkin Ruth akan memperpanjang pisah ranjangnya. Syukur saja ada mama. Batin Hizkia. Awalnya, Ruth mengira Hizkia sudah tidur. Dirinya sengaja masuk ke kamar lewat dari jam sepuluh malam supaya mereka tidak perlu bertemu seperti saat ini. Terlintas ingatan akan ciuman mereka sebulan yang lalu, rasanya pipi Ruth merona menghangat. Peristiwanya begit
Keesokan hari, Ruth bangun seperti biasa. Ia menjalankan tugas harian: menghidangkan sarapan pagi yang telah dimasak Riyem, mengurus keperluan suami sebelum ke kantor, dan melihat putra mereka yang sedang diasuh neneknya, sementara Ratmi tengah membereskan kamar Elkana. Hizkia juga tengah bersiap-siap di kamar.Ruth kembali melakoni perannya sebagai ibu dan istri, mengingat mama mertua ada di rumah. Ruth tidak ingin perkara rumah tangga yang absurb menjadi beban pikiran Endang.Dilayani lagi setelah sekali purnama sempat sendiri, Hizkia merasa senang mamanya berada di rumah mereka. Ia merasa suasana sebulan belakangan terasa mistis di rumah seluas ini karena melakukan apa-apa sendiri. Ruth dan Elkana yang telah menjadi kebiasaan untuk Hizkia seolah-olah menghilang karena interaksi mereka sangat minim."Mama, di Jakarta lama 'kan? Ada sebulan apa mau dua bulan?" Mereka sedang di meja makan, sarapan. Sesekali Hizkia meliri