"Ma, sini Maya kasih tau apa sebenarnya masalah yang Maya dan Bang Kaylani hadapi. Maya Ma, sama Bang Kaylani, sejak malam pertama, dia cuma cium Maya, tapi dia tidak pernah menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Tapi karena baru menikah, Maya sabar aja Ma, Maya terus berusaha godain dan rayu Bang Kay, semua cara Maya cobain Mah, tapi Bang Kay selalu menghindar, dan alasan-alasan yang dia buat tidak bisa Maya protes Ma. Apalagi Ayah pernah berpesan " Jangan ngelawan sama suami, taat sama suami, hormati suami." Mana bisa Maya bertahan, apalagi Mama tau sendirikan Bang Kay itu gantengnya mirip Omar Borkan pangeran Arab itu. Tapi Maya ga bisa berbuat apa-apa Ma, setiap malam Maya godain Bang Kaylani, selalu berujung penolakan. Maya merasa lebih buruk dari wanita tunasusila Ma. Sampailah setahun lamanya Maya bersabar, akhirnya Bang Kay memberitau alasannya kenapa terus menolak untuk melakukan kewajibannya, alasan Bang Kay mahar belum di bayar, setelah Mahar di beli, susahnya nyar
Hari ke dua di rumah Mama ...."Ya Allah, istri orang jam 9 belum juga bangun." ucap Mama membuka pintu kamarku, walau sudah siang, aku masih sangat mengantuk. Dengan malas aku membalikkan tubuh, yang semula telungkup menghadap Mama, kemudian senyum cengengesan."Maya masih ngantuk Ma, ga tau kenapa badan Maya masih capek." ucapku, kemudian tidur kembali." Ya Allah Maya, ini udah jam sembilan. Bangun! Kok malah tidur terus malu sama Ayam yang bangun jam 5 pagi. Malesnya ke bangetan. Jangan-jangan kamu benaran hamil?" ucap Mama menarik selimutku."Ih, engga Ma! Maya ga hamil tau. Tapi emang belum baikan dari semalam." ucapku."Kalaupun sakit ga usah di parah-parahin lah Maya, bawa olahraga! Nanti keringatan sehat lagi tu. Ayah kamu nunggu kamu itu di meja makan. Buruan sana!""Ayah ga kerja Ma?""Enggak, sudah punya karyawan baru, sepupumu Riki juga udah handal ngelola grosir Ayahmu" ucap Ibu."Kegeser dong Maya entar lagi dari Ahli waris." ucapku bercanda."Makanya, cepetan kasih Mam
Sedang Asyik telvonan sama Mas Hanafi,Cklek ... Mama datang ke kamarku. Menatapku penuh arti."Telvon sama Kaylani ya anak Mama?" tanya Mama. Aku kaget dengan kehadirannya, mataku membulat. Di sebrang televon, Mas Hanafi bertanya,"Itu Mama ya Maya? Siapa Kaylani?" tanya Mas Hanafi."Bukan siapa-siapa. Udah dulu ya Mas, ada Mama, kayaknya mau ngomong sesuatu. Assalamualaikum." ucapku langsung menutup telvonnya tanpa menunggu Mas Hanafi menjawab salam."Mama, masuk ketuk pintu dulu, ngagetin Maya Ih ..." ucapku manyun."Kok di tutup telvonnya? Mama 'kan mau ngomong juga sama menantu." ucap Mama."Itu bukan Bang Kay Ma, Rival teman satu sekolah dulu." ucapku berbohong."Sudah jam 11 ini, kamu anteng saja di kamar gak ngapa-ngapain." ucap Mama dengan nada merepet."Biasanya 'kan Maya juga ga ngapa-ngapain Ma? Mau nyapu ngepel. Udah siap sama Mama." ucapku sembari mempersembahkan senyum terimut."Iya, dulukan kamu masih anak gadis, sibuk sekolah. Sekarang udah beda, udah nikah, udah jadi
Sedang asik berfikir setelah mendapat nasehat dari Ayah, Mama tiba- tiba datang dan mengucap salam.Kedatangannya mengagetkan kami, terlebih aku yang sedang memikirkan Bang Kay dan sikap menyebalkannya.“Assalamualaikum,” ucap Mama.“Waalaikumsalam.” jawab kami serentak. Untunglah Mama datang, aku bisa cari alasan untuk meninggalkan forum ini. Aku bingung soalnya bagaimana harus bersikap selain manggut-manggut, mengiyakan nasehat Ayah. Hatiku sebenarnya berontak, gatel, ingin mengatakan masalah sebenarnya yang kami alami kepada Ayah. Tetapi saat kulihat wajah Bang Kaylani, keinginan itu surut. Walau dia sedikit egois dan tidak mengukur diri sebelum menikahiku, namun aku tau betul Bang Kay menikahiku atas dasar cinta. Walau dia memiliki kekurangan, saat bermain di kamar. Namun berperan luar biasa dalam kehidupanku selama bersamanya. Apa saja yang kuinginkan selalu di turutinya.Tentang nasehat Ayah ….“Masalah besar harus diperkecil. Artinya sebesar apapun masalah dan konflik suami-ist
“et dah! Pergi sana sama Papamu, pulang sekalian sama dia.” ucapku, cemburu.“Hahaha, anak kok kucing? Bikinlah anak beneran. Biar Ayah bisa punya cucu. Udah mulai menua ini.” ucap Ayah.Kami bertatapan, aku menggigit bibir. Aku langsung kembali ke dapur. Ku biarkan Bang Kay membawa kucingku kembali ke Sofa.“InsyaAllah, Pa”. Mohon doanya.” Sahut Bang Kay.“Kenapa Maya belum hamil Kay? “ tanya Ayah.“Eng, kami mau menikmati masa-masa berdua dulu Pa, mau matang secara finansial.” ucap Bang Kay, aku tidak lagi mendengar meongan Lani. Mungkin sudah anteng di pangkuan Bang Kay. Padahal selama bersamaku, dia sering gelisah. Mungkin karena kucing betina, Lani merindukan sosok pria yang selalu memberinya perhatian.“Jangan di tunda-tunda, barangkali karena tidak punya anak kalian sering bertengkar. Masing-masing jenuh, kalau punya anak ‘kan, kita di sibukkan untuk mengurusinya. Sehingga tidak ada waktu dan kesempatan untuk kita bertengkar. Memiliki anak juga dapat menumbuhkan cinta, jika kit
Malam haripun tiba, Bang Kay, Mama, dan Ayah shalat Maghrib di masjid yang tidak jauh dari rumah. Sedangkan aku shalat di rumah ….Seusai shalat Maghrib aku menghidangkan makanan, untuk makan malam. Kuatur rapi nasi, lauk pauk, juice, serta buah-buahan di atas meja makan, juga piring, gelas dan air pencuci tangan. Setelah semua kutata rapi, Mama, Bang Kay, dan Ayah pulang."Sudah siap makan malam May?" tanya Mama, sepulang dari masjid Mama menegurku saat aku sedang mengatur hidangan makan malam di dapur."Sudah Ma." jawabku sembari terus melanjutkan aktifitasku menyusun hidangan."Kalau begitu waktunya kita makan malam."ucap Mama."Panggil Suamimu, ajak makan malam."titah Mama."Baik Ma," ucapku patuh.Aku pergi ke ruang tamu, untuk mengajak Bang Kay makan Malam, Ragu sebenarnya ingin mengajaknya, khawatir Bang Kay berfikir kalau aku sudah memaafkannya, tapi mau tidak mau, aku tidak boleh menunjukkan keras kepala dan keras hatiku di hadapan Mama dan Ayah. Apalagi tadi siang Ayah sudah
“Punya akun sosial apa aja Ma? boleh dong nanti saya add.” Tanya Bang Kay.“Ada Fesbuk dan instagrem, Mama paling aktif di Fesbuk, karena banyak temannya, kan-kawan fesbuk juga baik-baik dan loyal kasih like dan komentar. Jadi tak terlalu merasa kesepian lagi deh. Konten You Tube Mama juga bagus-bagus loh isi nya. Jangan lupa mampir akun You Tube Mama, Like, Share dan Subscribe.” Sahut Mama bersemangat.“Iya Ma, nanti Kaylani cek.” Sahut Bang Kay pendek.“Wah kalau begini ceritanya Ayah mau buat akun media sosial juga, Hanya Ayah yang belum punya akun media sosial disini, siapa tau Ayah bisa jadi artis You Tube juga kayak Mama.” Seloroh Ayah.Aku tersenyum mendengar celotehan 3 orang yang ku cintai ini, apalagi membayangkan nama Fesbuk Mama yang lebay itu, perutku rasa tergelitik membacanya, rasa ingin tertawa lepas seharian. Nama Fesbuk Mama seperti nama Fesbuk anak alay cabe-cabean yang baru mendapat puber tahap awal.“Saya juga jarang buka media sosial Pa, hanya sesekali buka jika
Pukul 04.00 pagi aku terbangun. Untung Bang Kay belum bangun, aku bergegas kekamar. Masih ada waktu untuk mandi sebelum waktu subuh masuk. Aku masuk kekamar mandi untuk mandi. Air terasa sangat dingin menusuk tulang, aku menggigil kedinginan, kurang dari 5 menit aku keluar dari kamar mandi dengan tubuh gemetar dan gigi gemeretak. Ku taburi bedak ke tubuhku dengan bedak bayi agar hangat, tidak lupa ku oleskan minyak kayu putih di perut, pinggang, ketiak dan telapak kakiku. Setelah menggunakan minyak angin aku merasa tubuhku mulai hangat. Kemudian kugunakan jaket jeansku, tubuhku sekarang benar-benar terasa hangat, segar, nyaman dan bersemangat. Ku rebahkan tubuhku diatas kasur, kemudian.Kuambil gawaiku yang tergeletak disisi bantal. Rencananya,aku akan berselancar didunia maya sampai waktu subuh. Waktu yang hening akan menambah kekhusu’an, tidak hanya ibadah perlu kekhusu’an, online juga perlu kekhusu’an dan ketenangan untuk bisa menghayati setiap kegembiaraan dan keceriaan yang nanti