“Ayah lihat kamu sedih terus dari kemaren. Kamu ada masalah sama suamimu?” tiba-tiba Ayah bertanya.
“Eh iya Yah, Maya memang lagi banyak masalah.” jawabku.“Cerita sama Ayah. biar Ayah yang selesaikan semua permasalahan itu.” Ayah mendesakku.Aku diam. Aku mau cerita sama Ayah, tapi takut Ayah jadi tambah sakit mendengar ceritaku. Namun aku juga belum menemukan alasan untuk tidak menceritakan semuanya kepada Ayah.“Biar Maya sendiri yang akan menyelesaikannya Yah.” Aku berusaha merahasiakannya dari Ayah.“Begini Nak, suatu pekerjaan akan cepat selesai jika banyak yang mengerjakannya. Begitu juga dengan masalah. jika banyak yang bantu menyesaikannya maka masalah itu akan cepat selesai.” Ayah masih berusaha mengorek informasi.Akhirnya ku putuskan untuk menceritakan semuanya kepada Ayah. ku sampaikan semua kekurangan Bang Kay. ku sampaikan juga kemungkinan Bang Kay selingkuh seperti yang ku lihat kemarin.“Ini memang masa“Hahaha ... Mbak Maya ini ada-ada saja. Begini Mbak, Papa yang lagi main sama Devi itu bukan Ayahnya. Tapi temanku, karena dia sering datang kerumah, dia juga akrab denganku dan suamiku, dia sangat menyayangi Devi. Jadi kami mengizinkan Devi memanggilnya Papa. Kebetulan dia juga sangat senang di panggil Papa sama Dewi. Secara biologis dia bukan Ayah Devi, tapi secara perhatian dia lebih perhatian kepada Devi ketimbang Ayah kandungnya.” Mbak Wulan bercerita panjang lebar.Alhamdulillah, lega hatiku mengetahui Bang Kaylani bukan suami Mbak Wulan. Bang Kaylani hanya teman Mbak Wulan dan suaminya. Tapi itu tidak berarti mereka tidak ada hubungan, keakraban Devi dengan Bang Kaylani bisa saja menyatukan Mbak Wulan dan Bang Kaylani.“Apa ada niat di hati Mbak untuk menikah dengannya setelah Mbak bercerai nanti?” aku semakin berani bertanya masalah yang sangat pribadi.“Tidak, itu tidak mungkin. Dia itu sudah seperti Abang kandungku sendiri. Kami berteman dari kecil, kami d
Kata-kata Mbak Wulan membuatku ngeri. Benar kata Mbak Wulan. Wanita hanya mengandalkan kepercayaan saat menikah. Perempuan tidak tahu pasti sama sekali status laki-laki sebenarnya, apakah dia belum pernah melakukan aktifitas suami istri atau sudah berulang kali melakukannya, wanita dan orang tuanya hanya mengandalkan kepercayaan atas kesaksian sebuah KTP. Jika di KTP tertulis “Belum Kawin” maka dia dianggap perjaka. Seharusnya para laki-laki di sumpah sebelum menikah, di sumpah apakah dia sudah pernah melakukan hubungan suami istri dengan wanita atau laki-laki atau tidak. dengan demikian wanita tidak akan menjadi korban para perjaka palsu. Berbeda dengan laki-laki. Status wanita bisa diketahui dengan cepat, suami bisa mengetahui apakah istrinya masih perawan atau tidak saat malam pertama. Bentuk dan kondisi “itunya” bisa diketahui dengan mudah, rasanya juga akan sangat berbeda. Apabila suami merasakan malam pertamanya terasa mudah dan tanpa bercak darah, maka sudah bisa di
"Bang ... sentuh aku beri aku nafkah bathin, kita sudah hampir setahun menikah tapi, kenapa Bang Kay belum juga mau menyentuhku?"ucapku manja sambil bergelayut di bahu Bang Kay yang baru pulang kerja."Dek ...." Bang Kay menatapku dengan matanya yang sayu."Iya Bang, Adek pengen hamil, adek pengen mengandung zuriatmu.""Sabar ya sayang! Abang mau mandi dulu. Bau keringat.""Oh, ya sudah! Tapi kali ini abang harus berjanji untuk menyentuh Maya!" Lagi-lagi Bang Kaylani menghindar, entah yang keberapa kalinya dia menolakku, Bang Kay mengacuhkan rayuanku, dan aku harus membiarkan Bang Kaylani meninggalkanku dengan hasrat yang menggantung sendiri, bertemankan sepi.Tinggallah aku yang termenung, menahan sakit kepala yang tidak tertahankan. Bagaimana tidak sakit, otakku tidak mampu menjawab satu pertanyaan, "Kenapa Bang Kaylani tidak mau menyentuhku?"*****Bang Kaylani sudah selesai mandi, tapi entah mengapa hasratku ingin memadu kasih kini hilang. Mungkin karena kepalaku sakit parah, dan
"Bang ... Maya ga jadi masak, jadinya beli lauk. Maya khawatir kalau kecapean Maya yang tidak bisa jadi permaisuri nanti malam.""Ga apa-apa sayang, yang penting kamu senang. Ya sudah, yuk makan. Abang sudah lapar. Biar Maya Abang suapin ya." ucap Bang Kay. Seperti biasa, ucapan dan sikapnya selalu mendinginkan hati yang membara saking panasnya."Maya ada masalah ya, wajah Maya Abang tidak seceria biasanya." ucap Bang Kay."Engga Bang, Maya ga ada masalah.""Jujur sama Abang, jangan ditutup-tutupin. Ada Apa?" tanya Bang Kay penasaran. Sebisa mungkin kusembunyikan perasaanku, kekesalanku, Bang Kay tetap bisa mengetahuinya."Tadi ... Maya pas mau beli sayur, banyak ibu-ibu yang ngomongin Maya." ucapku sembari memonyongkan bibirku yang sexy."Ngomongin gimana?""Ngomongin masalah Maya kenapa udah satu tahun menikah belum punya anak.""Terus Maya jawab Apa?""Maya bilang aja Maya pakai KB dan belum siap punya anak."Bang Kay tersenyum tipis, entah apa yang ada dalam benaknya."Kok malah s
Sudah jam 16.30, wajah tampan Bang Kay kusayang belum juga terlihat. Sedangkan aku sudah hampir satu jam duduk termenung, memikirkan jawaban mengapa Bang Kay tidak berani melakukan hal itu denganku istrinya sendiri. Dan menyayangkan nasib yang malang ini. Tidak sekali dua kali aku terfikir dan tergoda untuk memilih melakukan hal yang terlarang. Selingkuh misalnya, namun ku tahan sebisa mungkin, karena aku sendiri yang memilih bertahan."Assalamualaikum Maya, Abang pulang." Akhirnya yang di tunggu-tunggu datang juga."Waalaikumsalam." jawabku pelan tanpa beranjak menyambutnya."Loh ... Maya Abang kok cemberut?" tanya Bang Kay.Hening, aku hanya ingin menatap lurus kedepan, memberi kode bahwa aku sedang bad mood kepada Bang Kay. Kemudian aku ngeloyor meninggalkanya beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mungkin dengan menyirami kepalaku dengan air bisa membuat rilex diriku.Setelah mandi, kulihat Bang Kay duduk di sofa empuk dengan satu kaki dinaikkan ke atas meja. Matanya mer
“Maafkan kesalahan Abang yang tidak berterus terang. Yang Abang yakini pondasi rumah tangga adalah kepercayaan. Kamu hebat sayang, bisa bertahan dan percaya selama 1 tahun belakangan walau mungkin hari ini hatimu goyah.” ucap Bang Kaylani dengan suara lemah lembut. Begitu layak Bang Kay dikagumi, diluar sana, mana ada laki-laki yang mau meminta maaf duluan. Padahal sudah jelas kesalahannya. Berbeda dengan Bang Kay ku sayang, Dia mau meminta maaf dan mau membujukku hingga hatiku luluh lantah.“Bang, maafkan Maya juga ya, kalau tadi Adek ngomongnya kasar, marah-marah, sampai banting pintu. Maya tidak tahan Bang, tiap hari Maya ke warung ada aja orang yang nanya, kenapa Maya belum hamil. Teman-teman Maya juga gitu, selalu nanyain Maya kapan Hamil. Kata mereka, ga sabar gendong ponakan.” ucapku lembut. Aku ingin mencari simpati suamiku lagi, karena kenyataannya, dia tidak bisa melakukan kewajibannya adalah semata-mata karena alasan taat. Tidak seperti apa yang kuduga selama ini. Homo, pun
“Maafkan kesalahan Abang yang tidak berterus terang. Yang Abang yakini pondasi rumah tangga adalah kepercayaan. Kamu hebat sayang, bisa bertahan dan percaya selama 1 tahun belakangan walau mungkin hari ini hatimu goyah.” ucap Bang Kaylani dengan suara lemah lembut. Begitu layak Bang Kay dikagumi, diluar sana, mana ada laki-laki yang mau meminta maaf duluan. Padahal sudah jelas kesalahannya. Berbeda dengan Bang Kay ku sayang, Dia mau meminta maaf dan mau membujukku hingga hatiku luluh lantah.“Bang, maafkan Maya juga ya, kalau tadi Adek ngomongnya kasar, marah-marah, sampai banting pintu. Maya tidak tahan Bang, tiap hari Maya ke warung ada aja orang yang nanya, kenapa Maya belum hamil. Teman-teman Maya juga gitu, selalu nanyain Maya kapan Hamil. Kata mereka, ga sabar gendong ponakan.” ucapku lembut. Aku ingin mencari simpati suamiku lagi, karena kenyataannya, dia tidak bisa melakukan kewajibannya adalah semata-mata karena alasan taat. Tidak seperti apa yang kuduga selama ini. Homo, pun
“Ini Bang, ambil emasnya dan jual besok ya Sayang.” ucapku menawarkan kotak perhiasanku.“Itu emasmu Sayang, biar sajalah Abang usahakan sendiri. Kalau bisa Abang minjam sama Bapak.”“No, no, no. Pokoknya emas ini udah Adek kasih ke Abang. Terserah mau Abang gunakan buat apa. Mau nutupin kekurangan uang buat beli kucingpun Engga apa-apa deh Bang. Bagiku, Mas sesungguhnya itu ya kamu.” ucapku memaksa namun dengan nada manja.“Tapi kan Yang … ga usah Sayang.” ucap Bang Kay bersih keras menolak. Aku jadi curiga apa ada hal lain yang mungkin dia tutupi. Harusnya kan Suami senang kalau istrinya menolong perjuangan suaminya. Tapi ini kok seolah-olah Bang Kay ingin mengulur waktu 5 bulan lagi.”“Ga ada tapi- tapi ya Sayang, pokoknya jual aja besok emas itu terus kita ke kota cari kucing Persia, terus Abang harus segera hamilin Maya!”ucapku menegaskan."Sayang ... jangan keras kepala. Nanti setelah beli kucing Persia kamunya nangis, sedih kehilangan emasnya." Bang Kay masih bersih keras."Ban