Share

BAB 04

Seserahan Yang Diminta Kembali.

Bab 4

Riana tertawa melihat perubahan ekspresi Angga, yang tadinya senyum semringah kini berubah masam.

"Kamu kenapa berubah sih Adiva, kemana sikap lembut dan murah hatinya kekasih mas yang dulu?" protesnya setelah mendengar jawabanku.

"Aku memang murah hati Mas, tapi tidak bo*oh, jika memang Aira mengidam ingin dibelikan emas, belikan dong pakai uangmu," sahutku tidak mau kalah.

"Adiva, beraninya kamu berkata seperti itu, apa kamu merendahkan ku?!" ujarnya dengan wajah merah padam. Mungkin dirinya mulai tersinggung dengan ucapanku.

"Aku tidak merendahkanmu Mas, hanya saja aku sedang mempertahankan milikku, emas itu dibeli dengan uangku, sudah tentu itu hakku!" 

"Benar itu, masa uang ceweknya mau dikuasai juga, kalau lelakinya setia sih mending, nah yang ini malah selingkuh," ejek Riana membuat wajah mas Angga semakin merah padam, bahkan kedua tangannya ikut terkepal.

"Awas kalian berdua, aku pasti bikin perhitungan," ancamnya sebelum berlalu pergi.

"Siapa takut?! Situ yang bersalah, kok situ juga yang merasa terdzolimi, dasar mokondo!!!" sahut Riana yang merasa kesal. Sedangkan aku hanya menggeleng melihat ulah mas Angga.

"Sudah, nggak usah ditanggapi, lagian dia sudah pergi," ujarku pada Riana. 

Gadis itupun bersungut kesal, karena aku memintanya untuk berhenti berkomentar.

"Kamu ini terlalu baik Adiva, lelaki seperti Angga itu harus dilawan, enak saja dia mau menyenangkan istrinya, pakai uangmu," ujarnya meluapkan kekesalannya pada sosok seperti mas Angga.

"Sebenarnya aku sudah memberikan perlawanan, buktinya aku kembalikan seserahan darinya yang tidak seberapa itu," ujarku bukan bermaksud memberitahu kekurangan mas Angga. Tapi Riana memang tahu perjalanan cintaku dengan mantan calon suamiku itu.

"Aku yakin, jika itu semua karena tuntutan Aira. Karena kita semua tahu seperti apa Aira, demi mendapatkan keinginannya, dia rela melakukan berbagai macam cara, termasuk menyerahkan tubuhnya," ucap Riana begitu antusias.

"Sudahlah Riana, kita tidak perlu membahasnya lagi, mereka sudah bukan urusanku lagi," ucapku yang membuatnya berpaling.

"Maafkan aku Adiva, aku tidak bermaksud," 

"Tidak apa-apa, aku hanya berusaha melupakan rasa kecewaku dengan cara tidak lagi membahas mereka," ujarku sambil tersenyum.

🌺🌺🌺🌺🌺

Baru saja merebahkan tubuhku di atas ranjang yang empuk, tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar.

Aku bergegas membukanya, hingga sosok ibuku yang terlihat.

"Ada apa Bu?"

"Tuh, temanmu yang tidak beradab datang," ujar ibuku terlihat tidak suka pada sosok tamu yang datang ke rumah.

"Aira Bu?" tanyaku sambil menghela napas.

"Siapa lagi, jika bukan dia," jawab ibu yang hanya aku angguki.

"Sebentar Bu, Adiva mau mengenakan hijab dulu," ujarku masuk kembali, lalu mengambil hijab instan.

"Kalau sudah selesai, langsung suruh pulang saja," 

"Iya Bu," jawabku segera melangkah untuk menemui Aira.

"Mau apa lagi kamu ke sini," ujarku tanpa berbasa-basi kepadanya.

"Aku ke sini hanya untuk meminta hakku," ucapnya dengan penuh percaya diri.

"Hak yang mana, karena aku tidak pernah merasa mengambil ataupun merebut hakmu," ucapku sambil menatap kearahnya.

"Seserahan yang diserahkan mas Angga kepadamu, kembalikan semuanya tanpa terkecuali," ucapnya membuatku mengernyit.

Apa wanita itu masih belum paham, jika seserahan yang dibeli dengan uang mas Angga, sudah aku serahkan semuanya.

"Seingatku sudah kukembalikan," 

"Belum semuanya, karena seingatku mas Angga memberikan banyak, ada emas, uang tunai, gamis serta tas dan peralatan make-up," ujarnya membuatku ingin tertawa.

Sepertinya mas Angga memang tidak memberitahu yang sebenarnya, jika seserahan yang disebutnya tadi, dibeli menggunakan uang pribadiku.

"Aku tidak akan pernah memberikannya kepadamu, karena itu bukan pemberian mas Angga," ucapku dengan wajah datar.

"Jangan serakah kamu Adiva, mas Angga tidak jadi menikahimu, harusnya seserahan itu diberikan kepadaku," pekiknya membuatku menutupi kedua telingaku.

"Serakah, justru kamulah yang serakah Aira, setelah melihat jumlah seserahan yang diberikan mas Angga kepadaku, justru kamu menggodanya, menyusun rencana untuk menggagalkan pernikahan kami, tapi tidak masalah bagiku, karena seorang pengkhianat memang pantas dengan penggoda," ucapku membalas perkataannya.

"Kamu mengejekku?" ucapnya seperti tidak terima.

"Tapi itulah faktanya, aku tahu seperti apa dirimu, jadi pergilah dari sini, sebelum aku membongkar semua rahasiamu," ujarku memang ingin mengusirnya.

"Kamu mengancamku?!"

"Tidak, tapi jika kamu berusaha mengusikku, maka aku tidak akan segan-segan bilang pada Angga, jika bayi itu bukanlah darah dagingnya," ucapku yang membuatnya mendadak pias

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status