Share

BAB 03

Seserahan Yang Diminta Kembali.

Bab 3

"Mas, itu semua tidak benar kan?" ujarnya sambil menatap mas Angga, sedangkan aku hanya memperhatikan interaksi kedua orang tersebut.

Mas Angga terlihat gugup, kala Aira terus saja mencecarnya, dengan pertanyaan seputar seserahan.

Entah apa yang akan dijelaskan lelaki itu, pada istrinya, membuat Aira menatap kearahku dengan sorot tajam, kemudian beranjak pergi dari sini.

Baguslah mereka pergi, itu artinya mas Angga sadar jika seserahan itu memang mutlak milikku.

Setelah kepergian mereka, akupun bergegas masuk lalu menutup pintu.

"Bagaimana Nak, apa urusannya sudah selesai?" tanya ibu yang terlihat cemas.

"Sudah Bu," jawabku sambil menempatkan Boko*gku ke sofa.

"Kenapa kamu tidak memberitahu ibu, jika seserahan itu menggunakan uangmu, ibu pikir itu semua memang pemberian Angga,"

"Maafkan Adiva Bu, karena menyembunyikannya dari ibu dan juga bapak, Adiva melakukannya agar keluarga besar kita menghargai mas Angga, tapi nyatanya lelaki itu justru berkhianat," ujarku merasa bersalah.

"Ibu tidak menyalahkan kamu Nak, hanya saja ibu tidak habis pikir, kok ada ya lelaki yang tidak tahu malu seperti Angga, jelas-jelas hantarannya hanya seperangkat alat sholat dan perlengkapan mandi, tapi beraninya meminta seserahan yang lainnya,"

"Namanya juga bucin Bu, mas Angga itu sangat mencintai Aira, makanya dia berusaha menuruti apapun keinginan istrinya itu," ujarku membuat ekspresi ibu berubah sedih.

"Ibu jadi kesal sama Angga, apa jangan-jangan kamu hanya dijadikan pelarian, karena Aira pernah menolak cintanya?" ujar ibu yang membuatku berpikir.

Mungkin saja, karena sudah sejak lama mas Angga memang memendam rasa pada Aira, kuakui jika mantan sahabatku itu memiliki tubuh yang seksi serta wajah yang cantik, berbeda jauh denganku yang memiliki wajah pas-pasan serta penampilanku yang serba tertutup.

"Kamu jangan minder seperti itu, bagi ibu dan bapak, kamu itu cantik. Semua orang sudah diberikan kelebihan dan kekurangan, Adiva jangan berkecil hati ya?" ujar ibu sambil tersenyum.

"Iya Bu," ujarku sambil mengulas senyum.

"Ya sudah, sebaiknya kamu istirahat, lupakan Angga dan Aira, ibu yakin jika Allah sudah mempersiapkan jodoh yang baik untukmu,"

"Aamiin," ucapku dan ibu bersamaan.

🌺🌺🌺🌺🌺

Aku yang baru saja keluar dari tempat kerjaku, terkejut mendapati mas Angga sedang berdiri tepat di samping motorku.

"Adiva!" panggilnya membuatku merasa sedikit kesal.

"Bukannya itu mantan calon suamimu, untuk apa lagi dia ke sini," ujar Riana teman kerjaku.

"Aku tidak tahu," ujarku sambil mengendikkan bahu.

"Dasar lelaki tidak punya ot*k, sudah membatalkan pernikahan sepihak, masih berani datang menemuimu," ujar Riana terdengar sangat kesal pada mas Angga.

"Adiva, Mas mau bicara," ujarnya sambil menatap Riana, berharap gadis itu paham maksudnya. Namun Riana malah bersikap acuh.

"Mau bicara apa lagi Mas, semua sudah jelas," ucapku yang langsung diangguki Riana.

"Tapi ini sesuatu yang sangat pribadi, mas ingin membicarakannya hanya denganmu, berdua," ujarnya membuatku menatap kearahnya.

"Berdua, apa kamu sadar dengan ucapanmu, kamu itu sudah menikah Mas, seharusnya sadar jika status kita sudah berubah," ucapku dengan nada tinggi, membuatnya merasa terkejut.

"Benar itu," ucap Riana mendukung ucapanku.

"Mas mohon Adiva, ini semua demi kebaikan Aira," ucapnya yang membuatku semakin muak.

"Katakan saja di sini!" ucapku tanpa mau melihat wajahnya.

"Adiva, mas mohon dengan sangat, bisakah kamu memberikan sebagian seserahan itu kepada mas, tidak usah semua, hanya seperangkat perhiasan itu saja," ujarnya sambil tersenyum, membuatku mendengus kesal.

"Baiklah Mas, akan aku serahkan," ujarku yang membuatnya langsung semringah.

"Mas sudah duga jika kamu memiliki hati seperti malaikat," pujinya yang membuatku tersenyum sinis.

"Asal kamu mau membayarnya lima puluh juta, karena jumlah emas itu tidak sedikit, lima puluh gram," ujarku yang membuat ekspresinya berubah masam.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status