Saat yang sama di dalam sebuah gudang kosong, gudang yang letaknya tidak jauh dari salon kecantikan milik pria berotot kekar itu.
“Tolong jangan lakukan itu, Akira. A-Aku bisa berikan apa saja selama kamu mau melepaskan aku,” pinta seorang gadis cantik, yang kini sedang duduk terikat di sebuah kursi besi.Dia adalah Jesica Lee, salah satu bunga kampus yang terkenal sangat cantik, dingin dan angkuh. Namun semua itu terpaksa sirna ketika ia harus berhadapan dengan seorang pemuda gendut bernama Yoshiko Akira.“Cukup berikan saja keperawananmu, aku janji akan melepaskanmu setelahnya,” balas Akira, menyentuh rambut lurus Jesica dengan lembut.“Singkirkan tanganmu, bajingan. Jangan sampai kesabaranku habis,” ancam Jesica, merasa tak nyaman ketika Akira menyentuh rambutnya.Alih-alih menurut, Akira malah semakin menjadi. Dia tidak hanya menyentuh rambut Jesica kali ini, bahkan mulai berani menyentuh wajahnya, yang konon tidak pernah disentuh pria mana pun.“Dengar baik-baik, Jesica. Situasi keluarga Lee sedang terpuruk dan sudah diambang kehancuran saat ini. Dan akan semakin parah lagi jika keluarga Lee kalah dari keluarga Yoshiko dalam Turnamen Bela Diri nanti.”“Ingat, keluarga kita sudah memasang taruhan sangat besar dalam turnamen itu. Pemenangnya sudah pasti akan melahap semua harta yang kalah hingga tidak bersisa sama sekali.”“Jadi, aku sarankan agar kamu mau menuruti setiap keinginanku. Setidaknya aku masih bisa menampungmu ketika keluarga Lee lenyap dari muka bumi ini.”Akira memberikan ultimatum kepada Jesica, sekaligus menegaskan bahwa kekuatan keluarga Yoshiko jauh lebih baik dari keluarga Lee.Faktanya, ada dua distrik khusus yang digunakan untuk tempat tinggal orang-orang keturunan Benua Timur di kota Noxus ini. Yaitu Distrik Utara dan Distrik Selatan.Untuk Distrik Utara ditempati oleh empat keluarga besar asal Negara Tirai Bambu, keluarga Lee, Han, Wade dan Ye.Sedangkan untuk Distrik Selatan ditempati oleh empat keluarga besar asal Negara Sakura, keluarrga Yohsiko, Nakamura, Kawashita, dan Satoshi.Kedua distrik pun selalu mengadakan turnamen seni bela diri secara rutin dalam lima tahun sekali. Bertujuan untuk menunjukan kekuatan keluarga masing-masing serta taruhan dalam skala besar.Petarungnya sendiri wajib Patriak dari setiap keluarga. Alasannya, tentu karena mereka orang terkuat di dalam keluarga tersebut.Sungguh unik memang situasi orang-orang di kota Noxus ini. Karena kebanyakan penduduk di sini berasal dari luar negeri, sementara warga asli atau pribumi hanya tersisa sedikit, termasuk Edward salah satunya.Kini Jesica benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi Akira. Pasalnya Patriak keluarga Lee sudah menghilang lebih dari setahun lamanya. Kedua orang tua Jesica juga sudah tiada, menyisakan dirinya seorang untuk mengurus setiap masalah keluarga.Sebagai mahasiswi dan gadis biasa, Jesica jelas kerepotan untuk menanggung semua masalah itu. Namun, dia sedikit terbantu berkat kehadiran seorang pelayan handal yang mampu menangani setiap urusan bisnis keluarga Lee.Sayangnya, Jesica sedikit lengah hari ini. Siapa sangka Akira akan menggunakan cara licik dengan menculiknya ketika masih berada di tempat terbuka, bahkan berani menekannya hingga sejauh ini."Aku lebih baik mati dari pada harus memberikan tubuhku," ujar Jesica sangat tegas."Cuh! Dasar pecundang gendut! Kamu benar-benar tidak tahu malu," lanjut menghina Akira disertai semburan ludahnya, yang melesat lurus hingga mengenai wajah Akira.Akira menyentuh ludah Jesica dari wajahnya, lalu menjilatnya dengan senyum cabul yang tidak bisa disembunyikan dari sudut mulutnya. "Ah! Rasanya sungguh enak sekali! Kamu memang yang terbaik, Jesica." ujarnya, semakin berhasrat pada gadis terikat di kursi itu.Tak tahan lagi, Akira langsung mengulurkan tangannya ke arah bukit kembar Jesica. Menyentuhnya dengan lembut seakan benjolan tidak terlalu besar itu harta karun yang sangat berharga."T-TIDAK!!! Siapa saja tolong aku! Aku mohon ...." Jesica hanya bisa teriak sambil meronta-ronta saat Akira mulai menjamah tubuhnya. Ada juga air mata yang tak henti-henti keluar dari manik indah matanya."Kamu berisik sekali, Jesica. Mulutmu sepertinya harus aku bungkam lebih dulu," kesal Akira, melorotkan celananya begitu saja hingga kepunyaannya yang teramat kecil nampak jelas di mata Jesica."Eh? Itu punyamu?" tanya Jesica, sontak behenti menangis dan mencoba menahan tawa.Pasalnya, kepunyaan Akira memang sangat kecil, bahkan terlalu kecil jika harus dibandingkan dengan sepotong sosis."Ya, ini punyaku. Kenapa memangnya? Apa kamu punya masalah?" tanya Akira dengan begitu polosnya."Bodoh! Apa kamu pikir bisa memuaskan wanita dengan ukuran sekecil itu? Aduh, aku tak habis pikir, bisa-bisanya nasibku sesial ini? Aku tak hanya akan diperkosa oleh pria gendut, bahkan kepunyaannya berukuran sangat kecil," cibir Jesica."Ayolah, kamu jangan bercanda lagi, Akira. Lebih baik hentikan semua ini sekarang juga. Aku tak mau harga dirimu terluka setelah benda kecil itu memasuki punyaku," tambah Jesica, merasa yakin Akira tidak akan tahan lama ketika sudah memulai percintaan.Wajah Akira sontak merah padam usai mendengarnya. Sadar bahwa gadis yang satu ini sedang mengejek benda pusaka yang selalu dibanggakannya."Sialan! Dasar kurang ajar! Mulutmu masih saja angkuh meski sudah terdesak hingga sejauh ini," gerutu Akira, bergegas mengarahkan sosisnya ke mulut Jesica."TIDAAAAK!!!" Jesica berteriak lagi sangat panik."Hehehe. Nikmatilah punyaku, Jesica." seringai penuh kemenangan terbentang di wajah bulat Akira, burung kecil pun semakin mendekati bibir Jesica, yang tampak sangat seksi dengan lipstik merahnya.Namun ...."One Punch!!!"BRAAKKK!BAAAM!Akira malah tertabrak pintu besi yang melayang ke arahnya begitu saja, membuat tubuhnya terhempas hingga cukup jauh dan baru berhenti setelah menabrak tembok.Seorang pria tampan pun muncul tak lama setelahnya. Dia lalu bergegas menghampiri Jesica yang masih duduk terikat tali di kursi kayu."Apa kamu baik-baik saja? Aku datang kesini untuk ...." ucapan pria tampan itu terjeda.Glup!Malah menelan salivanya saat melihat tubuh Jesica, yang tampak sangat seksi dalam ikatan tali itu."Apa lihat-lihat? Cepat bantu aku!" ketus Jesica, tentu saja bisa melihat tatapan cabul pria tampan itu. Jika tidak, ia tidak akan pernah memasang sikap galak kepada orang yang akan menolongnya."I-Iya," sahutnya, segera mengulurkan tangan untuk melepaskan ikatan tali Jesica.Singkatnya, tidak butuh waktu lama bagi Jesica untuk terlepas dari ikatan tali itu. Karena kekuatan tangan si pria tampan benar-benar di luar dugaan. Dia hanya perlu menarik tali sekuat tenaga untuk memutuskannya."Ayo pergi, aku takut teman-teman si gendut akan datang kemari," ajak Jesica, mulai berjalan ke arah pintu keluar.Pria tampan itu hanya mengangguk sebagai tanggapan, lalu mengekori Jesica dengan hati-hati.Dor!Sungguh tidak terduga, sebuah tembakan tiba-tiba keluar tepat ketika Jesica baru mengambil beberapa langkah. Sontak membuat pria tampan harus memasang punggung untuk melindunginya.Brugh!Pria tampan itu terjatuh kemudian, ada juga darah yang keluar dari punggungnya."K-Kamu tidak apa-apa? Hei! Cepat bangun! Hei ...." Jesica reflek berjongkok sambil mengguncang keras tubuh pria tampan itu. Perasaan bersalah pun seketika menjalar di hatinya saat sadar ada seorang pria yang telah melindunginya."Sialan! Aku hampir saja mati gara-gara pintu besi ini," ucap Akira, perlahan bangkit dengan pistol hitam di tangannya."Jangan pikir bisa kabur dariku, Jesica. Karena orang-orangku sudah menjaga tempat ini," lanjutnya seraya melambai ke arah belakang.Dap! Dap! Dap!Suara banyak langkah kaki langsung terdengar dalam sekejap, sepuluh pria menyeramkan muncul satu demi satu di dalam gudang itu."Habisi pria itu lebih dulu, kemudian bantu aku melepas semua pakaian dari tubuh Jesica. Kalian juga boleh menikmatinya setelah aku puas nanti," titah Akira."Siap, Tuan Muda," sahut orang-orangnya serempak, jelas akan bersemangat setelah mendapatkan tawaran seperti itu.Jesica hanya bisa menangis sambil terus mengguncang tubuh pria di depannya. Ia benar-benar sudah kehabisan langkah dan tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi."Maaf ... Aku sungguh minta maaf ... Huu ... Huu ... Huu ...."Tanpa sadar, ada perasaan hangat yang tiba-tiba mengalir dari hati Jesica untuk pria itu. Dia tidak habis pikir, bahwa akan ada seorang pria yang rela berkorban nyawa demi dirinya sehingga perasaan suka di hatinya pun keluar begitu saja.["Selamat, Master. Misi utama untuk mendapatkan perasaan dari wanita pewaris keluarga Lee sudah berhasil. Sekarang master sudah naik level dan sudah mendapatkan hadiah sangat bagus."]Suara Irene terdengar di earphone pria tampan itu, sontak membuatnya bangkit dengan cepat seakan luka tembak barusan tidak berarti apa-apa."Bagus sekal, Irene. Rencana kita akhirnya berhasil," balas pria tampan itu, yang tak lain adalah Edward."Eh? Kok bisa? Bukankah kamu seharusnya sudah mati gara-gara tembakan barusan?" tanya Jesica, buru-buru menatap wajah Edward dengan bingung."Aku tak mungkin mati karena tertembak peluru Airsoft Gun. Tubuhku ini sangat kuat tahu," jawab Edward tersenyum cerah pada Jesica."Hmm ..." Jesica langsung memkirkan sesuatu. "Ah! Kamu pasti sudah menipuku, kan?! Sial! Kamu seorang bajingan juga ternyata," tudingnya sambil mencubit gemas perut Edward."Hahaha! Jika aku tidak menipu, aku pasti tidak akan pernah bisa mendapatkan perasaanmu." Edward keceplosan."HAH?!" pekik Jesica."Apa maksudmu?" tanyanya kemudian."Bukan apa-apa," jawab Edward, buru-buru memalingkan wajahnya."Kamu lebih baik cari tempat aman untuk bersembunyi, biar aku saja yang akan menghadapi mereka sendirian," lanjut Edward seraya berjalan menghampiri Akira dan orang-orangnya.Sang Pemilik Sistem Harem akan memulai pertarungan pertamanya di tempat ini, jelas membuatnya sangat bersemangat karena ingin menguji kemampuan hasil dari kerja kerasnya selama seminggu terakhir. Apa lagi ia benar-benar penasaran dengan kondisi fisiknya, yang sudah banyak berubah setelah mendapatkan bantuan sistem.Oleh karena itu, Edward akan langsung All-Out sejak awal pertarungan. Ia idak peduli dengan jumlah musuh, yang terpenting harus berhasil mengalahkan mereka dengan cepat agar bisa lanjut berduaan bersama Jesica si bunga kampus. ...Edward menatap dengan cermat sosok pria yang baru saja bangkit dengan tenaga luar biasa. Meskipun dia mengaku telah sembuh berkat obat Edward, ekspresi wajah pria itu menunjukkan kekhawatiran mendalam. “Ayah, kamu benar-benar baik-baik saja?” tanya Aluna, penuh rasa syukur dan cemas bersamaan. “Tenang, Nak. Aku baik-baik saja sekarang,” jawab pria itu sambil mengamati tim medis yang sudah berusaha menolongnya. Edward merasa lega, tetapi rasa ingin tahunya semakin membara. Dia berusaha menyusun strategi untuk menghadapi ancaman di balik serangan bom tersebut. “Aluna, ayo kita bicara sebentar,” ajak Edward, menarik Aluna ke samping, jauh dari kerumunan. “Ada apa, Ed? Kenapa serangan ini bisa terjadi?” tanya Aluna dengan suara bergetar. Edward mencoba menganalisis situasi. “Ada kemungkinan bahwa serangan ini bukan hanya sekadar aksi teroris. Menurut informasi yang aku dapat, keluarga Everdeen mungkin sudah menjadi target lama. Ada beberapa kelompok yang bisa melakukan hal ini,
Edward merasa gelisah dan khawatir usai mendengar kabar buruk dari Aluna. Dia segera kembali ke meja Clara dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Ada apa, Ed?" tanya Clara, tampak penasaran.Edward menjelaskan situasi yang sedang terjadi kepada Clara, tentang pengeboman di perusahaan ayah Aluna. Clara terkejut mendengarnya dan merasa prihatin dengan keadaan Aluna dan keluarganya."Kita harus segera pergi ke tempat Aluna. Dia butuh dukungan kita di saat-saat seperti ini," ujar Clara tegas.“Tidak, kamu tak perlu pergi kesana. Kamu masih punya masalah yang harus diselesaikan,” tukas Edward, diam-diam mengeluarkan sebotol air dari sistem harem.“Minumkan ini pada ibumu, lalu kabari aku reaksinya. Cukup satu gelas saja, jangan berlebihan,” jelasnya sambil memberikan botol air itu pada Clara.“Air mineral? Untuk apa air mineral, Ed?” Clara bingung sendiri, menatap air itu dan tidak mengerti.Edward tersenyum tipis, “Percayalah, air itu bisa mengatasi masalahmu. Aku yakin ibumu aka
Edward menatap Aluna dengan ekspresi serius, mengangguk pelan. "Dua triliun, ya? Baiklah, aku akan membantu kamu," ujarnya, mengambil ponsel Aluna dan mulai melakukan transfer.Aluna menatap Edward dengan mata berkaca-kaca, terharu dengan kesediaan Edward yang membantu keluarganya. "Terima kasih, Edward," ucapnya, suaranya bergetar.Edward hanya tersenyum, menepuk bahu Aluna dengan lembut. "Tidak perlu berterima kasih, Aluna. Kita adalah pasangan, dan pasangan harus selalu membantu satu sama lain," ujarnya, menenangkan Aluna.Setelah selesai transfer, Edward mengembalikan ponsel Aluna. "Ok, masalahnya beres. Aset keluarga Everdeen sudah aman sekarang," ujarnya, tersenyum tulus.Aluna menatap Edward dengan mata berbinar, penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar menyelamatkan kami, Edward. Aku tidak tahu bagaimana cara membalas budi baikmu," ucapnya, suaranya penuh rasa haru.Edward hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Tak perlu membalas apa-apa, aku hanya melakukan apa yang seh
Edward termenung cukup lama usai membaca pesan Irene, benar-benar bingung dan tak tahu harus mengambil keputusan apa."Sarapannya sudah siap, Ed. Ayo kesini," teriak Aluna dari arah dapur, sontak membuyarkan lamunan Edward."Oke, sebentar ...." Edward menanggapi sambil mengenakan pakaiannya. Mencoba melupakan Helena sejenak dan berusaha fokus pada Aluna.Tak lama berselang, Edward tiba di ruang makan, tampak beragam makanan yang sudah tersaji di atas meja."Wah, kamu jago masak ternyata. Kelihatannya makananmu enak-enak," ujar Edward, memuji usaha Aluna.Wajah Aluna pun memerah, jelas senang dengan pujian Edward."Silakan dicoba, Ed. Semoga kamu tidak kecewa," ujarnya.Edward tersenyum kecil mendengarnya, "Kenapa aku harus kecewa? Aku pikir makananmu terasa lezat.", kemudian dia menyantap makanan itu. Mulai dari daging hingga sayur sop bening.Namun, yang paling menggugah selera Edward adalah sambal buatan Aluna. Siapa sangka, wanita secantik dia sangat pandai membuat sambal."Ini ena
Pagi berikutnya.Edward dan Aluna terbangung dalam keadaan telanjang, mereka tampak masih lelah usai melakukan persetubuhan panas tadi malam.Aluna sendiri sangat menikmati hal tabu tersebut meski sudah pernah merasakannya. Dia pikir Edward terlalu perkasa sehingga berhasil membuatnya melalang buana berulang kali. Ini juga merupakan pengalaman baru bagi wanita dewasa itu.Entah berapa kali Aluna mendapatkan pelepasan tadi malam, pastinya sangat sering sampai dia tak bisa menghitungnya pakai jari lagi.“Uh ... aku sepertinya akan kesulitan berjalan,” ujar Aluna masih dengan mata mengantuk.Dia lalu menyentuh ranah kewanitaannya, dan ternyata masih ada sisa-sisa cairan di sana.“Aduh, aku langsung tidur semalam, aku tak sempat membersihkannya. Kira-kira Edward benci wanita kurang teliti seperti aku tidak ya?” Aluna tampak cemas, jelas takut akan hal tersebut.“Mana mungkin aku membencimu, jusru aku menyukai wanita seperti kamu,” sahut Edward, langsung membawa Aluna ke dalam pelukannya.
“Edward, apa kamu baik-baik saja?” tegur Aluna kala Edward semakin larut dalam lamunannya.Edward tidak langsung menanggapi, hanya mentapa wajah cantik Aluna dengan sayu. Dia tiba-tiba ragu untuk menuntaskan misi utama sistem harem dengan wanita itu.Aluna seketika menyadari sesuatu dari ekspresi Edward, namun dia tidak ingin berhenti di sini setelah memantapkan hatinya untuk Edward. Dengan berani, dia pun mendekati Edward sambil melepas pakaiannya secara perlahan.“Ini mungkin bukan yang pertama bagiku, tapi aku percaya kemampuanku bisa mengilangkan semua keraguanmu. Aku harap kamu tidak keberatan, supaya kita bisa lanjut ke tahap yang lebih serius,” ujar Aluna, kini sudah telanjang bulat di depan Edward. Dia sangat berharap Edward akan langsung menyerangnya setelah disuguhkan pemandangan indah semacam itu.Glup!Edward menelan salivanya, bersamaan dengan naiknya gairah yang secara perlaan. Tidak mau jadi orang munafi, dia memang sudah terangsang oleh Aluna saat ini.“Tolong lihat ak