Share

Bab 5 - Bunga Kampus

Saat yang sama di dalam sebuah gudang kosong, gudang yang letaknya tidak jauh dari salon kecantikan milik pria berotot kekar itu.

“Tolong jangan lakukan itu, Akira. A-Aku bisa berikan apa saja selama kamu mau melepaskan aku,” pinta seorang gadis cantik, yang kini sedang duduk terikat di sebuah kursi besi.

Dia adalah Jesica Lee, salah satu bunga kampus yang terkenal sangat cantik, dingin dan angkuh. Namun semua itu terpaksa sirna ketika ia harus berhadapan dengan seorang pemuda gendut bernama Yoshiko Akira.

“Cukup berikan saja keperawananmu, aku janji akan melepaskanmu setelahnya,” balas Akira, menyentuh rambut lurus Jesica dengan lembut.

“Singkirkan tanganmu, bajingan. Jangan sampai kesabaranku habis,” ancam Jesica, merasa tak nyaman ketika Akira menyentuh rambutnya.

Alih-alih menurut, Akira malah semakin menjadi. Dia tidak hanya menyentuh rambut Jesica kali ini, bahkan mulai berani menyentuh wajahnya, yang konon tidak pernah disentuh pria mana pun.

“Dengar baik-baik, Jesica. Situasi keluarga Lee sedang terpuruk dan sudah diambang kehancuran saat ini. Dan akan semakin parah lagi jika keluarga Lee kalah dari keluarga Yoshiko dalam Turnamen Bela Diri nanti.”

“Ingat, keluarga kita sudah memasang taruhan sangat besar dalam turnamen itu. Pemenangnya sudah pasti akan melahap semua harta yang kalah hingga tidak bersisa sama sekali.”

“Jadi, aku sarankan agar kamu mau menuruti setiap keinginanku. Setidaknya aku masih bisa menampungmu ketika keluarga Lee lenyap dari muka bumi ini.”

Akira memberikan ultimatum kepada Jesica, sekaligus menegaskan bahwa kekuatan keluarga Yoshiko jauh lebih baik dari keluarga Lee.

Faktanya, ada dua distrik khusus yang digunakan untuk tempat tinggal orang-orang keturunan Benua Timur di kota Noxus ini. Yaitu Distrik Utara dan Distrik Selatan.

Untuk Distrik Utara ditempati oleh empat keluarga besar asal Negara Tirai Bambu, keluarga Lee, Han, Wade dan Ye.

Sedangkan untuk Distrik Selatan ditempati oleh empat keluarga besar asal Negara Sakura, keluarrga Yohsiko, Nakamura, Kawashita, dan Satoshi.

Kedua distrik pun selalu mengadakan turnamen seni bela diri secara rutin dalam lima tahun sekali. Bertujuan untuk menunjukan kekuatan keluarga masing-masing serta taruhan dalam skala besar.

Petarungnya sendiri wajib Patriak dari setiap keluarga. Alasannya, tentu karena mereka orang terkuat di dalam keluarga tersebut.

Sungguh unik memang situasi orang-orang di kota Noxus ini. Karena kebanyakan penduduk di sini berasal dari luar negeri, sementara warga asli atau pribumi hanya tersisa sedikit, termasuk Edward salah satunya.

Kini Jesica benar-benar tidak tahu harus berbuat apa untuk menghadapi Akira. Pasalnya Patriak keluarga Lee sudah menghilang lebih dari setahun lamanya. Kedua orang tua Jesica juga sudah tiada, menyisakan dirinya seorang untuk mengurus setiap masalah keluarga.

Sebagai mahasiswi dan gadis biasa, Jesica jelas kerepotan untuk menanggung semua masalah itu. Namun, dia sedikit terbantu berkat kehadiran seorang pelayan handal yang mampu menangani setiap urusan bisnis keluarga Lee.

Sayangnya, Jesica sedikit lengah hari ini. Siapa sangka Akira akan menggunakan cara licik dengan menculiknya ketika masih berada di tempat terbuka, bahkan berani menekannya hingga sejauh ini.

"Aku lebih baik mati dari pada harus memberikan tubuhku," ujar Jesica sangat tegas.

"Cuh! Dasar pecundang gendut! Kamu benar-benar tidak tahu malu," lanjut menghina Akira disertai semburan ludahnya, yang melesat lurus hingga mengenai wajah Akira.

Akira menyentuh ludah Jesica dari wajahnya, lalu menjilatnya dengan senyum cabul yang tidak bisa disembunyikan dari sudut mulutnya. "Ah! Rasanya sungguh enak sekali! Kamu memang yang terbaik, Jesica." ujarnya, semakin berhasrat pada gadis terikat di kursi itu.

Tak tahan lagi, Akira langsung mengulurkan tangannya ke arah bukit kembar Jesica. Menyentuhnya dengan lembut seakan benjolan tidak terlalu besar itu harta karun yang sangat berharga.

"T-TIDAK!!! Siapa saja tolong aku! Aku mohon ...." Jesica hanya bisa teriak sambil meronta-ronta saat Akira mulai menjamah tubuhnya. Ada juga air mata yang tak henti-henti keluar dari manik indah matanya.

"Kamu berisik sekali, Jesica. Mulutmu sepertinya harus aku bungkam lebih dulu," kesal Akira, melorotkan celananya begitu saja hingga kepunyaannya yang teramat kecil nampak jelas di mata Jesica.

"Eh? Itu punyamu?" tanya Jesica, sontak behenti menangis dan mencoba menahan tawa.

Pasalnya, kepunyaan Akira memang sangat kecil, bahkan terlalu kecil jika harus dibandingkan dengan sepotong sosis.

"Ya, ini punyaku. Kenapa memangnya? Apa kamu punya masalah?" tanya Akira dengan begitu polosnya.

"Bodoh! Apa kamu pikir bisa memuaskan wanita dengan ukuran sekecil itu? Aduh, aku tak habis pikir, bisa-bisanya nasibku sesial ini? Aku tak hanya akan diperkosa oleh pria gendut, bahkan kepunyaannya berukuran sangat kecil," cibir Jesica.

"Ayolah, kamu jangan bercanda lagi, Akira. Lebih baik hentikan semua ini sekarang juga. Aku tak mau harga dirimu terluka setelah benda kecil itu memasuki punyaku," tambah Jesica, merasa yakin Akira tidak akan tahan lama ketika sudah memulai percintaan.

Wajah Akira sontak merah padam usai mendengarnya. Sadar bahwa gadis yang satu ini sedang mengejek benda pusaka yang selalu dibanggakannya.

"Sialan! Dasar kurang ajar! Mulutmu masih saja angkuh meski sudah terdesak hingga sejauh ini," gerutu Akira, bergegas mengarahkan sosisnya ke mulut Jesica.

"TIDAAAAK!!!" Jesica berteriak lagi sangat panik.

"Hehehe. Nikmatilah punyaku, Jesica." seringai penuh kemenangan terbentang di wajah bulat Akira, burung kecil pun semakin mendekati bibir Jesica, yang tampak sangat seksi dengan lipstik merahnya.

Namun ....

"One Punch!!!"

BRAAKKK!

BAAAM!

Akira malah tertabrak pintu besi yang melayang ke arahnya begitu saja, membuat tubuhnya terhempas hingga cukup jauh dan baru berhenti setelah menabrak tembok.

Seorang pria tampan pun muncul tak lama setelahnya. Dia lalu bergegas menghampiri Jesica yang masih duduk terikat tali di kursi kayu.

"Apa kamu baik-baik saja? Aku datang kesini untuk ...." ucapan pria tampan itu terjeda.

Glup!

Malah menelan salivanya saat melihat tubuh Jesica, yang tampak sangat seksi dalam ikatan tali itu.

"Apa lihat-lihat? Cepat bantu aku!" ketus Jesica, tentu saja bisa melihat tatapan cabul pria tampan itu. Jika tidak, ia tidak akan pernah memasang sikap galak kepada orang yang akan menolongnya.

"I-Iya," sahutnya, segera mengulurkan tangan untuk melepaskan ikatan tali Jesica.

Singkatnya, tidak butuh waktu lama bagi Jesica untuk terlepas dari ikatan tali itu. Karena kekuatan tangan si pria tampan benar-benar di luar dugaan. Dia hanya perlu menarik tali sekuat tenaga untuk memutuskannya.

"Ayo pergi, aku takut teman-teman si gendut akan datang kemari," ajak Jesica, mulai berjalan ke arah pintu keluar.

Pria tampan itu hanya mengangguk sebagai tanggapan, lalu mengekori Jesica dengan hati-hati.

Dor!

Sungguh tidak terduga, sebuah tembakan tiba-tiba keluar tepat ketika Jesica baru mengambil beberapa langkah. Sontak membuat pria tampan harus memasang punggung untuk melindunginya.

Brugh!

Pria tampan itu terjatuh kemudian, ada juga darah yang keluar dari punggungnya.

"K-Kamu tidak apa-apa? Hei! Cepat bangun! Hei ...." Jesica reflek berjongkok sambil mengguncang keras tubuh pria tampan itu. Perasaan bersalah pun seketika menjalar di hatinya saat sadar ada seorang pria yang telah melindunginya.

"Sialan! Aku hampir saja mati gara-gara pintu besi ini," ucap Akira, perlahan bangkit dengan pistol hitam di tangannya.

"Jangan pikir bisa kabur dariku, Jesica. Karena orang-orangku sudah menjaga tempat ini," lanjutnya seraya melambai ke arah belakang.

Dap! Dap! Dap!

Suara banyak langkah kaki langsung terdengar dalam sekejap, sepuluh pria menyeramkan muncul satu demi satu di dalam gudang itu.

"Habisi pria itu lebih dulu, kemudian bantu aku melepas semua pakaian dari tubuh Jesica. Kalian juga boleh menikmatinya setelah aku puas nanti," titah Akira.

"Siap, Tuan Muda," sahut orang-orangnya serempak, jelas akan bersemangat setelah mendapatkan tawaran seperti itu.

Jesica hanya bisa menangis sambil terus mengguncang tubuh pria di depannya. Ia benar-benar sudah kehabisan langkah dan tidak tahu harus berbuat apa-apa lagi.

"Maaf ... Aku sungguh minta maaf ... Huu ... Huu ... Huu ...."

Tanpa sadar, ada perasaan hangat yang tiba-tiba mengalir dari hati Jesica untuk pria itu. Dia tidak habis pikir, bahwa akan ada seorang pria yang rela berkorban nyawa demi dirinya sehingga perasaan suka di hatinya pun keluar begitu saja.

["Selamat, Master. Misi utama untuk mendapatkan perasaan dari wanita pewaris keluarga Lee sudah berhasil. Sekarang master sudah naik level dan sudah mendapatkan hadiah sangat bagus."]

Suara Irene terdengar di earphone pria tampan itu, sontak membuatnya bangkit dengan cepat seakan luka tembak barusan tidak berarti apa-apa.

"Bagus sekal, Irene. Rencana kita akhirnya berhasil," balas pria tampan itu, yang tak lain adalah Edward.

"Eh? Kok bisa? Bukankah kamu seharusnya sudah mati gara-gara tembakan barusan?" tanya Jesica, buru-buru menatap wajah Edward dengan bingung.

"Aku tak mungkin mati karena tertembak peluru Airsoft Gun. Tubuhku ini sangat kuat tahu," jawab Edward tersenyum cerah pada Jesica.

"Hmm ..." Jesica langsung memkirkan sesuatu. "Ah! Kamu pasti sudah menipuku, kan?! Sial! Kamu seorang bajingan juga ternyata," tudingnya sambil mencubit gemas perut Edward.

"Hahaha! Jika aku tidak menipu, aku pasti tidak akan pernah bisa mendapatkan perasaanmu." Edward keceplosan.

"HAH?!" pekik Jesica.

"Apa maksudmu?" tanyanya kemudian.

"Bukan apa-apa," jawab Edward, buru-buru memalingkan wajahnya.

"Kamu lebih baik cari tempat aman untuk bersembunyi, biar aku saja yang akan menghadapi mereka sendirian," lanjut Edward seraya berjalan menghampiri Akira dan orang-orangnya.

Sang Pemilik Sistem Harem akan memulai pertarungan pertamanya di tempat ini, jelas membuatnya sangat bersemangat karena ingin menguji kemampuan hasil dari kerja kerasnya selama seminggu terakhir. Apa lagi ia benar-benar penasaran dengan kondisi fisiknya, yang sudah banyak berubah setelah mendapatkan bantuan sistem.

Oleh karena itu, Edward akan langsung All-Out sejak awal pertarungan. Ia idak peduli dengan jumlah musuh, yang terpenting harus berhasil mengalahkan mereka dengan cepat agar bisa lanjut berduaan bersama Jesica si bunga kampus.

...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status