LOGINPetir menggelegar, bercampur hujan. Derasnya tidak terkira. Air seperti dicurahkan habis-habisan dari langit. Dalam kondisi seperti ini, semua orang akan pilih berlindung di rumah mereka yang nyaman. Atau bahkan bersembunyi di balik selimut yang hangat. Mengarungi mimpi ditemani melodi dari rintik hujan. Sungguh menenangkan.Namun dari sekian banyak populasi orang di kota itu. Ada satu yang pilih meringkuk di sisi sebuah nisan. Ivana seperti tidak punya tujuan. Bahkan berada di makam Sofia juga seperti satu kesalahan."Ibu," sebutnya ragu."Bolehkah aku tetap memanggilmu ibu. Aku tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini. Boleh ya, Bu. Ibu bisa marah padaku setelah kita bertemu nanti."Ivana sampai tak bisa membedakan air mata dan air hujan. Keduanya berpadu, kompak menjeritkan kesedihan hatinya. Fakta yang baru saja dia ketahui mencabik kebanggaan Ivana.Dulu dia merasa bangga saat marga Moonstone tersemat di belakang namanya. Namun itu sebelum Meredith dan Amelia datang.Dua orang
Anak adopsi? Ivana terhuyung, jantungnya berdebar lebih cepat. Apa tadi Amelia bilang, anak adopsi? Maksudnya dia hanyalah anak adopsi keluarga Moonstone.Fakta mengejutkan lain menghantam Ivana. Dia membekap mulutnya ketika tangisnya mulai pecah. Tidak lebih dari dua hari, hidup Ivana dijungkirbalikkan oleh keadaan. "Jangan bicara sembarangan, Amelia!" Suara Matt membuat rasa ingin tahu Ivana makin besar."Kenyataannya memang begitu, Pa. Sofia membawanya pulang. Lebih menjijikkan lagi, orang tua anak itu hanyalah karyawan kalian yang miskin," Meredith berujar sengit."Diam kau Meredith. Jika bukan karena mereka, aku tidak mungkin berada di sini. Jadi lelaki yang kalian manfaatkan!" Emosi mulai menguasai Matt."Kami memanfaatkanmu? Kau tidak salah bicara? Ingat, Matt. Kau sendiri yang datang padaku. Kau bilang Sofia terlalu membosankan. Terlalu sibuk mengurusi kantornya, sampai dia tidak punya waktu untukmu.""Diam!" Matt meraung. Teriakannya membuat Amelia dan Meredith ketakutan.
Begitu nama Tatiana disebut, tubuh Armando menegang. Wajah memucat, ekspresinya seketika muram. Ada kesedihan begitu dalam di sorot mata Armando."Jawab aku, Kak!" Ivana makin tidak sabaran. Walau dari respon sang kakak Ivana sudah bisa menebak jawabannya.Dia perlu mengkonfirmasi, sebelum mengambil langkah selanjutnya. Jika Armando benar-benar pembunuh Tatiana, habis sudah harapannya untuk bisa hidup bersama Zack.Sang suami bilang dia tidak tahu perasaannya pada Ivana. Namun bagi Ivana, jika Armando memang menghabisi Tatiana, dia pilih mundur. Pergi menjauh. Pasti sangat menyiksa bagi Zack melihat adik dari pembunuh saudaranya sendiri ada di depan mata. Jika dia jadi Zack, mungkin dia sudah lama menghabisi Ivana.Armando sendiri bungkam selama beberapa waktu. Sampai akhirnya dia berkata, "Dari mana kamu tahu soal Tatiana?" Ivana menggertakkan gigi. "Tatiana adik Zack."Armando melebarkan mata. Tatiana adik Zack. Teka teki kenapa Zack membencinya, juga dendam padanya terjawab sudah
Ketika Zack kembali ke The Crystal hampir tengah malam. Dia dapati Ivana meringkuk di sofa sambil memeluk boneka beruang. Wajahnya sembab, sepertinya perempuan itu masih lanjut menangis tadi.Kata Bern, Ivana tidak turun lagi untuk makan malam. Perempuan itu bilang tidak selera. Bern sudah menawarkan jika Ivana ingin makan makanan lain dia akan membuatkannya. Namun Ivana menolak.Katanya dia lelah, langsung ingin tidur. Zack berjongkok di sisi Ivana. Dipandanginya wajah Ivana yang memerah juga basah."Aku memang membenci Armando Moonstone. Tapi kamu .... Aku tidak tahu." Jemari Zack mengusap pelan pipi Ivana. Untuk beberapa waktu pria itu berada di sana. Perhatian Zack teralihkan saat ponsel Ivana berdenting. Sebuah pesan masuk. Dari pop up Zack merasa curiga. Hingga dia membuka pesan tersebut."Maaf, Nyonya Ivana. Saya menghubungi Anda larut malam begini. Tuan saya baru ingat, jika besok siang beliau ada dinas keluar negeri beberapa hari.""Jadi beliau ingin bertemu Nyonya untuk mem
Ekspresi Zack berubah kelam. "Dari mana kamu tahu?""Jawab saja!" Ivana sudah menahannya sejak tadi. Dia perlu penjelasan, dia butuh kepastian.Zack seketika dilema. Armando memang menghabisi Tatiana. Namun menjadikan Ivana alat balas dendam, Zack tidak yakin.Selama hidup bersama, perasaan Zack sedikit demi sedikit mulai tumbuh untuk Ivana. Meski balas dendam masih mendominasi."Memang benar, kakakmu membunuh adikku. Itulah kenapa aku sangat ingin membencinya. Aku sangat ingin membalasnya. Aku membenci Armando sampai ke tulangku!"Ivana menangis saat itu juga. "Apa kamu sudah menyelidikinya. Sudah pasti kalau adikmu dihabisi kakakku." Di tengah isak tangisnya, Ivana masih coba memastikan. Tatapan Zack berubah tajam. Dia tatap Ivana yang kondisinya membuat hati Zack trenyuh. Mungkin yang dikatakan Arthur dan yang lainnya benar, Ivana tidak berhubungan dengan kejahatan Armando. Tapi hubungan darah di antara mereka memaksa Zack mencari alasan untuk ikut membenci Ivana."Kamu tidak bis
"Dia menikahimu hanya untuk balas dendam. Dia hanya ingin memanfaatkanmu. Dia sama sekali tidak mencintaimu. Dia membencimu."Rentetan ucapan Sabrina membuat Ivana syok. Dia sampai terhuyung saat berjalan kembali ke mobilnya. Tangannya gemetar, seluruh tubuhnya juga. Berkali-kali dia gagal membuka kunci fob mobilnya.Padahal benda itu tinggal tekan saja. Ivana terlalu kaget, gugup, juga panik. Begitu dia berhasil masuk mobil. Dia diam di sana untuk beberapa waktu. Pikirannya melayang kembali pada perkataan Sabrina. Berulangkali dia coba menyangkal, tapi dia tidak tahu apa yang dia sangkal."Kak Armando membunuh adik Zack, itulah sebabnya dia melarikan diri lima tahun lalu. Dia mendekatiku, menikahiku hanya untuk balas dendam."Air mata Ivana melaju cepat di pipinya. Perempuan itu pada akhirnya menangis hebat. Dadanya terasa sesak. Pertanyaan apa semua itu benar berputar di kepalanya.Apakah benar Armando mampu menghabisi nyawa orang? "Dia tidak mungkin melakukan itu kan?" Ivana seola







