"Sudah jelas aku masih gadis." Adaline berucap dengan nada bangga. Walau, berujar pelan. "Kau tidak bisa membedakan mana perempuan yang masih gadis? Kau payah sekali." "Haha. Kau masih gadis rupanya." Titans pun menjawab dengan santai. Tak lupa menyeringai. "Jadi, kau belum pernah tidur dengan pria mana pun, Miss Adaline? Kau tidak ada kelainan bukan?" "Tidak! Aku normal, Mr. Titans!" Adaline berseru dalam intonasi yang tinggi, tak ada keraguan. "Aku tidak mungkin bisa menyukai sesama jenis. Aku hanya suka pria. Apalagi, macam dirimu." Adaline meneruskan. Bicara blak-blakan. "Dan, aku yang akan pertama untukmu, benar bukan? Bagaimana cara aku memuaskanmu? Kau ingin yang seperti apa, Miss Adaline?" "Berikan aku percintaan yang paling panas. Aku sudah membayarmu dengan mahal." Adaline sedikit mesra, kali ini. Kedua tangannsudah berada di dada bidang Titans yang keras. ……………………. Di usia sudah menginjak 26 tahun, Adaline Hernandez tak mempermasalahkan dirinya yang belum pernah bercinta dengan seorang pria mana pun. Bahkan, tak menjalin kasih juga. Hanya sekadar berteman dekat bersama mereka yang menyukainya. Dan, saat mulai mengenal Titans Genon, hasrat terbangkitkan. Bahkan, sejak pertama kali bertemu pria itu, ia sudah membayangkan mereka akan terlibat dalam percintaan-percintaan membara di tempat tidur. Namun, Adaline tak membayangkan jika dirinya juga harus melibatkan perasaan. Ditambah muncul masalah kehamilan yang mengharuskannya menikah dengan Titans. Dan, sebuah rahasia pria itu juga terbongkar.
View More"Selamat malam, Miss Hernandez. Maaf, jika aku datang terlambat. Aku mendadak punya urusan yang harus aku tuntaskan dulu."
Adaline segera bangun dari kursi. Kepala ia anggukan dengan gerakan ringan. Senyum cukup lebar terukir di wajah cantiknya guna memberikan sambutan hangat serta juga bersahabat kepada Amanda Geovant. Tamu spesial sudah dinantinya sejak satu jam lalu.
"Tidak apa-apa, Miss Geovant. Aku mengerti dengan kesibukanmu. Terima kasih sudah menyempatkan waktu menemuiku di sini."
Setelah menyelesaikan ucapannya, Adaline pun menjabat tangan Amanda Geovant dan dilanjutkan dengan memberikan pelukan. Singkat saja sebagai bentuk keramahannya.
Kemudian, Adaline mempersilakan Amanda Geovant untuk duduk lewat gerakan tangan. Wanita itu secara cepat dapat mengerti. Dan, melakukan apa diminta olehnya tadi.
"Tentu aku harus mendatangi klien baruku untuk melanjutkan pembicaraan kita yang belum sepenuhnya selesai di telepon."
Adaline tertawa pelan seraya menempatkan diri di kursinya tadi. "Haha. Aku suka gaya kau, Miss Geovant. Sangat to the point. Tidak perlu berbasa-basi yang terlalu lama lagi."
"Aku juga sama seperti kau. Aku lebih suka mengutarakan maksudku dengan sejelasnya dan cepat agar tidak membuang waktu. Kau tahu jika aku harus bekerja keras terus."
Adaline memperlebar senyuman sembari menegakkan tubuh kembali. "Jika aku tidak ingin dikalahkan oleh Davae, maka aku diharuskan menunjukkan kemampuan yang paling baik aku miliki dalam berbisnis dan juga memenangkan banyak proyek."
"Iya, aku mengerti. Auramu benar-benarlah berkharisma. Kau seorang wanita karier dengan ambisius tinggi. Aku sudah tahu."
Adaline tertawa kali ini. Kepala pun turut diangguk-anggukkan. "Terima kasih untuk pengertianmu, Miss Geovant. Aku semakin yakin aku tidak salah memilihmu."
"Aku terkejut kau meneleponku. Apa kau tahu dari kakakmu? Mr. Davae Hernandez?"
"Tentangmu dan jasa perusahaanmu? Tidak, Miss Geovant. Informasi bukan dari kakakku itu," jawabnya masih dengan gaya santai.
"Aku memperkerjakan seorang detektif. Dia akan memberikanku informasi tentang apa dan siapa saja yang aku butuhkan," tambah Adaline. Diungkapkan olehnya secara jujur.
"Termasuk jasa perusahaanmu yang sudah membantu kakakku menjadi lebih sukses. Alena bekerja dengan sangat baik." Adaline mengarahkan topiknya semakin khusus.
"Wow, aku rasa kau juga semakin seram dan menakutkan. Hmm, aku cukup mengenal Mr. Davae Hernandez. Dari matanya, aku tahu dia bukan pria ambisius seperti kau. Jadi, aku ragu jika kalian berdua bersaudara."
Adaline kembali tertawa. Lebih kencang. Ia tergelitik dengan ucapan Amanda Geovant. Kedua tangan disilangkan di depan dada dan arah pandang yang masih dipusatkannya ke sosok wanita itu. Ditatap kian lekatnya.
"Kami sungguh bersaudara. Kami lahir dari ibu yang sama. Sifat kami memang berbeda."
"Gender kami pun sudah tidak sama sejak lahir. Kami tidak punya kecocokan yang bisa membuat kami akrab. Tapi, tidak berarti juga hubungan kami berdua buruk."
Adaline memasang ekspresi kian serius. Ia masih pusatkan pandangannya pada sosok Amanda Geovant. "Hanya saja aku tidak mau kalah darinya. Dad, lebih membanggakan dia karena akan menjadi pewaris utama."
"Aku ingin membuktikan saja, walau aku ini wanita. Kemampuanku dalam berbisnis dan mengelola perusahaan bisa sepadan dengan Davae. Aku orang yang ambisius." Adaline menambahkan penjelasan agar dipahami.
"Kau memang sudah terlihat jelas ambisius, Miss Hernandez. Aku akan membantu sesuai permintaanmu. Aku menemukan staf yang akan cocok meraih keinginanmu itu."
Adaline merekahkan kembali senyuman. Lalu, kepalanya diangguk-anggukan dengan semangat. "Aku percaya kau bisa memilihkan staf terbaik untukku, Miss Geovant."
"Berapa pun yang kau inginkan aku bayar, kataka saja. Aku tidak akan keberatan harus mengeluarkan uang banyak. Aku tidak bermaksud sombong juga." Adaline menjelaskan dengan nada sopan. Agar tak salah paham.
"Haha. Terima kasih, Miss Hernandez. Percayalah, aku tidak menganggapmu sombong atau apa. Aku justru suka kau bersikap begini. Tipe klien yang tidak memberatkan."
Adaline melebarkan lagi senyuman. "Tentu. Supaya kita enak satu sama lain," tanggapnya sembari tertawa.
"Aku tidak akan membuat aturan yang mengekang. Kau dan Titans bebas melakukan apa ingin kalian lakukan. Kau pasti sudah paham maksudku, Miss Hernandez?"
Adaline mengencangkan tawa. "Hahaha. Sudah bisa aku pahami. Mungkin jika dia semenarik yang sudah kau beri tahu kepadaku, tidak menutup kemungkinan aku akan melepaskan keperawanku bersama dengan dia."
"Kau belum pernah tidur bersama seorang pria? Maaf, aku lancang bertanya begini. Tolong kau janga--"
"Hahaha. Tidak apa, Miss Geovant. Santai saja denganku dan jangan merasa sungkan. Aku memanglah belum pernah tidur bersama pria mana pun selama ini," ujar Adaline santai memotong ucapan Amanda Geovant.
"Aku jamin dia bersih, Miss Hernandez. Walau, aku tidak bisa menjamin seberapa bagus dia di ranjang karena aku tidak pernah tidur dengan staf-staf pria di kantor."
Acara makan dengan ayah dan ibunya berjalan lancar. Dalam artian tidak ada pembahasan yang aneh dibicarakan. Menjadi sebuah keanehan.Biasanya kerap akan muncul saat sedang berkumpul. Namun, bukan berarti kewaspadaan Adaline hilang. Hanya dikurangi.Pasalnya sang kakak masih ikut bergabung di ruang makan. Sangat memungkinkan jika Davae akan melancarkan aksi jahil padanya.Bukan merupakan bentuk dari kepercayaan diri yang tinggi. Hanya saja, sudah sering menjadi bahan candaan sang kakak. Jadi, ia otomatis menerapkan sikap waspada.Apalagi tadi, mereka telah terlibat dalam percakapan yang sedikit menyebalkan. Tak ada salah berpikir kakaknya akan berulah."Ada apa adikku, Sayang?"Adaline langsung mengernyit ke arah sang kakak. "Aku bagaimana? Aku tidak kenapa.""Kau saja yang berlebihan." Adaline dengan nada santai meloloskan sindirannya.Tingkat antisipasi ditambah oleh Adaline, saat sang kakak memamerkan seringaian. Ia yakin Dava
Adaline sudah menduga bahwa orangtuanya akan sampai di rumah tak sesuai akan janji yang sudah dibuat. Ia pun dapat memaklumi karena pertemuan dengan klien besar tetap paling diutamakan demi hubungan baik di masa depan dan juga jangka panjang bagi bisnis jika masih menginginkan kejayaan.Tak hanya orangtuanya saja, namun ia dan sang kakak sudah mulai menjalin relasi baik nan akrab dengan mitra-mitra perusahaan. Ya, hanya sebatas hubungan kerja. Ia sangat menghindari perjodohan-perjodohan yang biasa dilakukan oleh kalangan pebisnis."Kau jangan berkelid lagi. Paham, Adikku? Jangan membohongiku. Kau tahu jika aku tidak suka. Sudah mengerti belum?"Adaline menyeringai. "Kenapa aku berkelid? Memang ada masalah apa?" balasnya santai."Aku tidak paham dengan ucapanmu, Kakak. Kau bisa mengatakan tanpa ada kode? Langsung ke inti."Sembari menunggu ayah dan ibunya datang, Adaline memanfaatkan waktu luang untuk makan bersama sang kakak, Davae. Kegiatan yang jarang
"Wanita harus bisa sedikit memasak. Apakah kau mengerti, Miss Adaline?""Aku rasa kau tidak masuk kategori wanita yang akan bisa mudah membuat makanan enak. Benar?"Kedua daun telinga Adaline seketika sukses memanas mendengar sindiran diucapkan oleh Titans Genon. Terlebih, pria itu sengaja memperlebar seringaian, saat mata mereka berdua masih saling melakukan kontak.Harusnya, ia memalingkan wajah. Namun, tak dilakukan. Adaline justru jadi semakin terpesona dengan paras tampan dari Titans Genon.Hati dan perasaan memihak pria itu. Walau, logika tetap berteriak agar ia dapat menjaga harga diri sebagai wanita berkelas."Kau tidak mendengar ucapanku? Kenapa kau selalu merespons terlambat?""Kontras dengan perintahmu yang menyuruh aku selalu datang tepat waktu. Aneh memang."Adaline mengembuskan napas panjang yang kasar sembari coba merangkai jawaban di dalam kepala
"Selamat pagi, Miss Adaline. Aku datang ke sini sudah tepat waktu bukan?""Sesuai akan perintahmu semalam kepadaku. Dan, aku menepati. Jadi, kau akan memberi hadiah apakah kepadaku sebagai imbalan tertepat?"Adaline masih diam mematung dengan rasa terkejut yang tak kunjung bisa dihilangkan. Wajar jika ia menunjukkan reaksi demikian sebab tak menyangka bahwa Titans Genon akan sesuai rencana janji mendatanginya di pagi hari. Ia menyangka pria itu terlambat.Kekagetan telah melandanya sejak beberapa menit lalu, tepat ketika kamera depan yang terpasang di pintu utama apartemennya sehingga ia dapat menyaksikan sosok pria itu dengan nyata. Bukan bayangan semata."Hei! Kenapa kau tidak menjawab apa yang aku tanyakan. Kau tidak tuli bukan?"Adaline menggeleng pelan. Rasa kesalnya pun seketika muncul akibat sindiran Titans Genon dalam nada ejekan yang begitu jelas.Pria itu sengaja menga
Adaline mengakhiri ciumannya. Berjalan mundur sebanyak dua langkah saja, hendak menjaga jarak dengan Titans Genon. Jika ia lebih lama berdekatan, maka kendali dirinya akan benar-benar hilang. Entah apa yang terjadi nanti. Bisa berakhir tak bagus."Apa keputusanmu? Kau mau terima kerja sama yang aku tawarkan?" Adaline bertanya serius. Ingin tahu kepastian pria itu."Aku bilang aku masih pikirkan, Sayang.""Tidakkah kau bisa langsung mengatakan kepadaku, apa yang kau mau? Aku pastinya akan berusaha mengabulkan permintaanmu agar kau mau bekerja sama denganku."Adaline menarik napas panjang. Kemudian, ia embuskan kasar. Ditatapnya sosok Titans Genon dalam pancaran mata yang semakin kesal. Sedangkan, pria itu masih tak henti menunjukkan seringaian di wajah. Adaline jelas saja curiga. Ekspresi yang tidak biasa baginya untuk dilihat. Mengandung pesan tersirat. Ia harus menemukan jawaban."Aku juga pas
Adaline tidak suka dengan penolakan yang diberikan oleh Titans Genon kemarin malam di restoran. Ia pun masih mengingat jelas bagaimana kata-kata pedas ditujukan oleh pria itu kepadanya. Tergiang-giang terus.Adaline tak menyangka saja bahwa respons negatif akan diberikan Titans Genon. Belum ada pria yang bersikap demikian. Membuat Adaline sadar jika ia semakin tertarik akan sosok Titans Genon. Harus mampu dirinya mengubah keputusan diambil pria itu.Adaline memilih mendatangi apartemen milik Titans Genon. Alamatnya diberi tahu oleh Amanda Geovant. Ia akan melakukan apa saja agar pria itu mau membantunya."Hai, Miss Hernandez. Selamat datang.""Kau bisa juga datang telat? Aku pikir kau orang yang sangatlah disiplin seperti yang kau sudah tunjukkan kepadaku. Terny--""Kau tahu aku akan datang?" Adaline pun memotong segera dengan pertanyaan sarat keterkejutan. Kedua mata kian membulat.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments