Bonita menghentikan rekaman pembicaraan yang didapatkan dari pramusaji yang bersedia dia suap, lalu mengaktifkan mode pesawat di ponselnya sebelum memasuki bandara. Dia sudah memutuskan untuk pergi setelah semua kalimat Mea ditelan oleh hati kecilnya yang rapuh. Rekaman itu bahkan belum selesai, tapi dia seolah bisa membayangkan Benjamin juga menelan semua kalimat Mea seperti dirinya.Mea benar. Kebenaran menampar Bonita hingga membuatnya berpikir matang. Bonita sudah merasa ada yang aneh dengan Benjamin yang langsung melamarnya di pertemuan pertama mereka. Mereka hanya bertemu tatap selama sekian detik saat itu, bagaimana bisa Benjamin yakin untuk menikahinya hanya dengan waktu sesingkat itu? Bagaimana jika mereka memang tidak cocok dan baru menyadarinya setelah terlanjur menikah?Pernikahan ayah dan ibunya yang meninggalkan luka dalam di jiwa Bonita membuatnya lebih bertanya-tanya. Bagaimana ayahnya bisa menyetujui permintaan neneknya hanya untuk menghindari ocehan? Bagaimana ayahnya
Perasaan aneh muncul di hati Bonita saat mendengar pria yang dibencinya ternyata sudah tiada. Namun, ada kelegaan dan rasa senang yang ganjil. Dia sangat yakin Jeremy pasti bersorak girang jika mengetahui fakta itu karena harapan agar ibu mereka memetik hasil perbuatannya menjadi kenyataan.Hening menyergap ruangan yang hanya diisi denting peralatan makan. Edith makan dengan raut wajah berubah-ubah; terkadang dingin, sendu, terlihat jauh seolah sedang mengingat sesuatu, dan yang paling Bonita pahami, ibunya itu mungkin merasa asing."Apa yang kamu kerjakan untuk menopang hidup selama ini?" tanya Bonita setelah mencuci peralatan makan.Edith melambaikan tangan sebagai isyarat agar Bonita mengikutinya ke ruang tengah yang memiliki penerangan remang-remang dari lampu baca. Dia duduk di sofa panjang yang mengarah ke perapian kecil —lebih kecil dibanding yang berada di ruang tamu, lalu menawari Bonita sekotak coklat praline yang tergeletak di meja.Langkah Bonita yang awalnya ragu menjadi m
"Boo pasti pergi ke suatu tempat. Dia bisa saja sedang menginap di hotel karena tidak mungkin pergi terlalu jauh seorang diri." Gumam Jeremy."Aku melihatnya membereskan koper tadi pagi. Kupikir itu karena dia akan pergi bersamamu. Dia berkata kalian akan berkencan." Ujar Melissa dengan tatapan tidak ramah pada Benjamin yang duduk di sofa ruang tengah. "Dia berdandan sangat cantik pagi ini. Aku yakin dia tidak berbohong saat berkata akan berkencan denganmu."Kata-kata "Bonita berdandan sangat cantik" sudah dilontarkan Melissa kesekian kali malam itu hingga membuat Benjamin semakin merasa bersalah. Hadiah yang seharusnya Benjamin berikan untuk Bonita bukan hanya mengganjal saku jasnya, tapi juga mengganjal hatinya. Selain itu, di sakunya ada selembar memo kecil yang diterima dari pramusaji restoran bertuliskan tangan Bonita: Aku tahu siapa yang kamu temui. Aku tidak akan mengganggu.Benjamin tidak menceritakan tentang memo itu pada Jeremy atau Melissa. Dia berpikir Bonita hanya tidak in
Sepanjang malam mendengarkan Edith bercerita membuat lelah dan kantuk Bonita hilang. Bagi Bonita, berbincang dengan ibunya terasa seperti sedang bergosip dengan Velica. Saat ibunya meninggalkannya bertahun lalu, yang dia tahu hanyalah bahwa dirinya dibuang dan tidak dicintai oleh ibunya lagi. Setelah tahu kenyataannya, dia merasa menyesal karena tidak mengunjungi ibunya lebih cepat.Kekosongan di hati Edith setelah meninggalkan Jeremy dan Bonita membuatnya menyadari arti cinta. Saat menikahi Nolan, dia menganggap hidupnya tidak bahagia jika tidak bersama Frans. Namun, setelah meninggalkan Nolan dan anak-anaknya untuk hidup bersama Frans, dia menyadari bahwa bukan Frans yang dia cintai.Edith mencintai ide tentang jatuh cinta. Dia terjebak dengan segala pemikiran tentang cintanya yang hilang. Yang dia cintai merupakan "rasa" untuk jatuh cinta, bukan cinta itu sendiri.Saat dia menyadari cintanya berada di tempat lain yang tidak lagi mungkin untuk dijangkau, yang mampu dia lakukan hanya
Semua hotel di kota tempat tinggal Bonita didatangi oleh Benjamin dalam waktu beberapa hari. Frustrasi karena staf hotel mengusirnya setelah menjelaskan bahwa informasi mengenai tamu mereka bersifat rahasia, tetap tidak membuat Benjamin kehabisan akal. Benjamin mendatangi semua toko yang biasa Bonita kunjungi dengan harapan akan bertemu dengan tunangannya itu di salah satunya walau tidak menghasilkan apa-apa. Dia pulang ke apartemen hanya untuk mandi dan berganti pakaian sebelum kembali mencari Bonita di hotel dan toko-toko di kota tempat tinggalnya sendiri walau nihil.Di hari berikutnya, hal terakhir yang terpikirkan di kepala Benjamin hanya Zayna. Dia tidak yakin Bonita akan menemui Zayna, tapi tidak ada salahnya mencoba. Maka dia mendatangi apartemen Zayna walau sudah lewat tengah malam."Apa yang kamu pikirkan? Ini jam setengah dua pagi! Kembalilah besok." Tegur Zayna ketus melalui interkom yang terpasang di dinding. Dia mendapati Benjamin berdiri di depan pintu apartemennya deng
Bertahun lalu, kepergian Mea memberikan kelegaan tersendiri walau Benjamin seringkali merasa kehilangan. Namun, perasaan itu sedikit terobati karena mereka masih saling terhubung melalui telepon dan pesan.Menjadi sahabat sejak kecil membuat Benjamin dan Mea memiliki hubungan yang hampir mirip seperti saudara. Para tetangga sering bertanya tentang keadaan Mea pada Benjamin secara berkala setelah Mea pindah, seolah tahu Mea masih terus berhubungan dengan Benjamin dan akan selalu seperti itu.Hari terik di musim panas biasa dilewati Benjamin dan Mea dengan menghabiskan waktu di rumah salah satu dari mereka seraya menikmati es krim. Setelah Mea pindah, musim panas harus dilewati seorang diri oleh Benjamin di rumahnya. Jenna berkali-kali mengajak Benjamin bermain bersama adik-adiknya di kolam renang di belakang rumah untuk menyejukkan tubuh, tapi Benjamin tidak beranjak dari kamar sejak pagi karena sibuk berkirim pesan dengan Mea melalui komputer. Mereka membahas lingkungan tempat tinggal
"Apakah kamu tidak melihat aku sedang bekerja?" tanya Velica dengan tatapan tidak ramah pada Benjamin yang datang ke salon miliknya. Velica sudah meminta Benjamin menunggu, tapi Benjamin bersikeras mengikuti langkah Velica yang hilir-mudik menata rambut seorang pelanggan wanita yang ingin mengganti warna dan mengubah gaya dari keriting menjadi lurus."Kumohon, tolong aku."Velica menatap Benjamin melalui cermin dengan ekspresi kasihan yang dibuat-buat, "Boo pasti baik-baik saja.""Kamu berkomunikasi dengannya?" tanya Benjamin dengan binar pengharapan di matanya."Tidak. Aku mengatakan itu karena dia sahabatku. Aku yakin dia akan selalu baik-baik saja." Ujar Velica dengan tangan sibuk mengoleskan cat rambut berwarna hijau tosca. "Dia tunanganmu. Kenapa kamu tidak berpikir sama sepertiku? Boo bukan anak-anak lagi. Dia bebas melakukan apapun yang dia inginkan."Benjamin meremas rambut frustrasi, "Kami akan menikah dalam hitungan hari! Bagaimana mungkin aku tidak panik saat dia tiba-tiba p
Sudah lebih dari tiga jam Bonita berjalan-jalan di kota menggunakan sepeda pinjaman milik salah satu karyawan Edith —di mana toko daging dan ikan milik Edith berada. Saat itu, Edith sedang sibuk di tokonya karena ada dua orang marketing perusahaan besar datang memberikan penawaran kerja sama.Berbagai toko buku, toko kue, toko es krim, dan toko pakaian sudah dijelajahi oleh Bonita. Perutnya kenyang karena banyak memakan kudapan; hatinya sedikit merasa senang karena sudah lama tidak berjalan-jalan seorang diri, walau terasa aneh karena kegiatan itu pasti jauh lebih menyenangkan jika dilakukan bersama Velica.Bonita membaca buku yang baru dibeli seraya memesan kopi di salah satu penginapan bergaya interior pedesaan. Cahaya matahari yang melimpah dari jendela di sampingnya membuatnya terlihat mencolok hingga beberapa pria berusaha mengajaknya bicara, tapi dia mengusir semuanya dengan sedikit basa-basi dan senyum ramah.Lembaran buku baru saja dibalik saat matanya menangkap keberadaan pria