แชร์

22. DITUDUH MENCURI

ผู้เขียน: Evita Maria
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-09-23 18:00:00

Du Fei mundur selangkah, otaknya berpacu mencari alasan. Ia tidak boleh membocorkan keberadaan Guru Tua, tapi ia juga tahu Lin Mo tidak akan melepaskannya begitu saja.

"A-aku ... aku hanya …," Du Fei menjawab terbata-bata, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

Sementara itu, si pengemis yang tadinya ditolong Du Fei, memperhatikan mereka dengan seksama. 

"Aku hanya bermain-main saja," kata Du Fei akhirnya, berusaha terdengar meyakinkan. Dengan gerakan halus, ia menyembunyikan bungkusan obat di belakang punggungnya. Jantungnya berdegup kencang, khawatir kebohongannya akan terbongkar.

Mata tajam Lin Mo yang selalu awas menangkap gerak-gerik mencurigakan Du Fei. Ia melangkah maju, wajahnya berubah garang. 

"Apa yang kau

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   23. PENGEMIS MISTERIUS

    Si Pengemis yang sedari tadi hanya menonton, kini berdiri tegak menghadapi Lin Mo. Tak ada lagi kesan lemah dan menyedihkan dalam dirinya. Matanya bersinar tajam, tubuhnya yang tadinya membungkuk kini tegap menantang."Kalau ingin berkelahi," kata si Pengemis mengembangkan senyuman sinis, "jangan mencari bocah ingusan!" Ia melangkah maju, berdiri di antara Du Fei dan Lin Mo. "biar aku yang menggantikannya!"Du Fei, yang masih terbaring di tanah, berusaha bangkit dengan susah payah. Pipinya yang terkena pukulan Lin Mo mulai membengkak dan membiru. Namun, meski dalam kondisi babak belur, ia masih memikirkan keselamatan orang lain."Paman, jangan!" Du Fei berkata lirih, wajahnya mengernyit menahan sakit. "Nanti kau terluka!"Si Pengemis menoleh, menatap Du Fei dengan pandan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-23
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   24. KEKALAHAN MURID BU TONG PAI

    Bukannya merasa gentar, si Pengemis justru terkekeh pelan. Suara tawanya yang ringan namun penuh percaya diri membuat Lin Mo dan keempat temannya semakin gusar.Dengan gerakan santai berkesan meremehkan, tangan kanan si Pengemis bergerak dalam gerakan memanggil, jari-jari nya berulang kali menekuk ke dalam. "Majulah kalian semua!" tantangnya dengan bibir masih menyunggingkan senyum."Paman, hati-hati!" seru Du Fei dari pinggir arena, sambil meringis memegangi pipinya yang bengkak.Kerumunan penonton semakin membesar. Bisik-bisik keheranan terdengar di sana-sini. Bagaimana mungkin seorang pengemis berani menantang lima murid Bu Tong Pai sekaligus? Bahkan beberapa pria di antaranya membuat taruhan siapa yang akan memenangkan pertarungan nanti.Lin Mo dan keempat temannya s

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-24
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   25. PESAN IBU YANG MEMBELENGGU

    "Dari teman-temanmu itu!" jawab si Pengemis enteng, seolah-olah apa yang ia lakukan adalah hal yang biasa."Paman, mencuri itu tidak dibenarkan!" tegur Du Fei, keningnya mengernyit tanda tak setuju. Ia teringat akan pesan mendiang ibunya.Si pengemis terkekeh mendengar teguran polos Du Fei. "Dengar, Tuan Kecil!" jelasnya dengan sabar namun serius. "Aku hanya mencuri dari orang-orang congkak, untuk menolong orang-orang yang kelaparan. Terkadang, dunia ini tidak sesederhana hitam dan putih. Yang putih, tak sepenuhnya putih. Dan yang hitam, tak sepenuhnya hitam."Melihat kebimbangan di wajah Du Fei, si pengemis tersenyum sambil menepuk bahunya. "Sudah, jangan banyak tanya lagi!" ujarnya, nada suaranya kembali ceria. "Ayo ikut aku membeli obat!"Si Pengemis menarik bahu Du Fei, menuntunnya kembali ke arah toko obat. Du Fei, meski masih ragu, membiarkan dirinya dibimbing. Dalam benaknya, pertanyaan-pertanyaan moral terus bergulir. Apakah mencuri bisa dibenarkan jika tujuannya baik? Apakah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-24
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   26. MENJADI MURID DATUK RACUN

    Du Fei melangkah cepat menyusuri jalan setapak menuju gua tempat sang Kakek menunggu. Napasnya tersengal-sengal, lelah sekaligus cemas. Dalam perjalanannya, perhatian Du Fei teralihkan pada dua orang pria asing yang terlihat mendaki Gunung Wudang. Dari langkah kaki yang cepat dan gesit, nyaris tak menyentuh tanah, menunjukkan keduanya memiliki ilmu meringankan tubuh yang luar biasa. Entah mengapa, pemandangan itu membuat perasaan Du Fei tidak enak. Ia mulai berpikir jangan-jangan kedatangan kedua pria asing itu ada hubungannya dengan Guru Tua. Pemikiran tersebut membuat Du Fei waspada, ia bersembunyi di balik pohon, menunggu sampai kedua pria itu benar-benar telah jauh. Setelah memastikan situasi aman, putra kandung Qing Ning itu melanjutkan perjalanan.Setibanya di mulut gua, Du Fei memperlambat langkah. Ia mengintip ke dalam dan melihat sang Kakek sedang bersemedi, duduk bersila dengan mata terpejam. Untuk sesaat, Du Fei ragu-ragu, tidak ingin mengganggu. Ia memasuki gua sambil me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-24
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   27. TERPAKSA BERBOHONG

    "Bagus! Masih ingat pulang kau rupanya?" Tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari dalam kegelapan. Du Fei berjingkat kaget, refleks menoleh ke arah sumber suara. Ia segera mengenali sosok yang berdiri di penghujung lorong. Sosok itu melangkah mendekat hingga cahaya bulan menerangi sebagian wajahnya yang tampak keruh dan dingin."Tetua Lin!" Du Fei buru-buru membungkuk hormat bercampur takut, takut akan memperoleh hukuman karena menghilang seharian dan lalai mengerjakan tugas-tugasnya."Ke mana saja kau? Meninggalkan perguruan hampir sehari penuh, sepertinya ada yang kau sembunyikan?" tanya Tetua Lin dengan sorot mata curiga.Lagi-lagi, Du Fei terpaksa berbohong, "Murid hanya pergi melihat-lihat ke kota, karena terlalu senang hati hingga lupa untuk pulang. Maafkan Murid, Tetua Lin!"

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   28. CINTA PERTAMA

    Sedetik kemudian, terdengar suara telapak tangan beradu dengan kulit pipi mengusik keheningan malam. Mata Du Fei berkunang-kunang saat pipinya merasakan tamparan yang keras dari Lin Mo."Ini karena kau suruh pengemis temanmu mempermalukan kami!" desis kakak seperguruannya dengan nada penuh kebencian, bibirnya menyeringai kejam, menunjukkan kepuasan atas penderitaan Du Fei.Belum habis rasa pening mendera kepala, giliran pipi kirinya yang sudah lebam mendapatkan hajaran yang sama. “Dan ini karena kau membuat kami tidak bisa sarapan pagi tadi!” Lin Mo mendengus seperti kerbau terluka, kembali menghajar Du Fei dengan pukulan dan tamparan tanpa ampun.Beberapa menit kemudian yang seperti selamanya bagi Du Fei, dengan satu tendangan yang kuat, Lin Mo menghantam punggungnya, menyebabkan pemuda itu jatuh tersungkur di tanah. Du Fei nyaris tak bisa bernapas, mulutnya megap-megap seperti ikan kekurangan air saat dadanya membentur tanah keras."Dasar Sampah tak berguna!" Lin Mo tersenyum sinis.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   29. JANJI BERTEMU

    “Hehh, sedang apa kau di situ?” Bentak Lin Mp yang tahu-tahu sudah ada di depannya. Du Fei gelagapan, wajahnya merona merah tanpa disadari. Ia khawatir Lin Mo mengetahui apa yang baru saja menggetarkan hatinya.“Sebentar lagi acara makan bersama, layani para tamu dengan baik, mengerti?!” perintah Lin Mo sambil berkacak pinggang.“Baik!” Du Fei segera berbalik dan berlari menuju ke dapur. Ia sedikit lega Lin Mo tidak menaruh kecurigaan sama sekali melihat kegugupannya tadi.Sesampainya di dapur, Du Fei mulai menyiapkan sajian untuk para tamu. Kali ini ia dibantu beberapa murid lain, karena banyaknya tamu yang datang.“Du Fei, antarkan mangkuk-mangkuk nasi ini ke meja Biarawati Yun Hui!” perintah seorang murid yang bertugas mengantarkan makanan ke meja-meja tamu, “aku harus mencuci mangkuk-mangkuk kotor yang menumpuk.”Du Fei mengangguk sigap, namun di dalam hati jantungnya kembali berdebar penuh ketegangan. Mengantarkan makanan ke meja Biarawati Yun Hui berarti ia akan mendapatkan kese

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   30. JEBAKAN

    Du Fei yang dilanda kekhawatiran tak mampu menahan gejolak rasa ingin tahunya. Tangannya yang sedikit gemetar bergerak perlahan, menyibak tirai ruang tidur dengan hati-hati. Aroma lembut bunga peach seketika menyeruak, memenuhi indra penciumannya.Mata Du Fei membelalak, terkejut bukan kepalang. Di hadapannya, Ming Mei duduk di atas ranjang, tubuh bagian atasnya hanya terbungkus pakaian dalam merah bersulamkan burung hong. Lengannya yang terbuka menampilkan kulit putih susu yang halus mulus.Secepat kilat, Du Fei membalikkan badan. Wajahnya memanas, rona merah menjalar dari pipi hingga ke telinga, menyerupai warna tomat matang di musim panen. Jantungnya meronta-ronta tak terkendali, seolah hendak melompat keluar dari dada."Kemarilah, Du Fei!" Ming Mei merayu dengan suara selembut desiran angin, nadanya memikat bagai nyanyian dewi-dewi.Du Fei menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Dengan suara bergetar, ia menjawab sesopan mungkin, "Ma-maaf, Nona Ming Mei ... ini ... ini tidak pan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-09-26

บทล่าสุด

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   254. KETAKUTAN QI LUNG

    Di istana, Raja Yu Ping terbaring gelisah di pembaringannya. Mimpi-mimpi buruk terus menghantui tidurnya—bayangan wajah-wajah yang menderita, jeritan-jeritan yang tak terdengar, dan sosok naga hitam yang mengintai dari kegelapan."Zhen Yi…," sang Raja mengigau, keringat dingin membasahi dahi. "Di mana... kau?"Xiao Lan, yang duduk di samping tempat tidur, mengelap keringat raja dengan kain lembap. Ekspresinya kosong, matanya hampa seolah jiwanya tidak hadir di sana.Pintu kamar terbuka perlahan, dan Qi Lung melangkah masuk. Ia mengenakan jubah tidur mewah berwarna biru tua dengan sulaman emas, tapi wajahnya tampak segar seolah belum akan tidur dalam waktu dekat."Bagaimana kondisinya?" tanya Qi Lung lirih, mendekati tempat tidur ayahnya."Masih sama," jawab Xiao Lan datar. "Racunnya bekerja seperti yang direncanakan. Ia terus bermimpi buruk, membuatnya tidak bisa beristirahat dengan tenang."Qi Lung mengangguk puas, "Sempurna. Sekarang di mana Yun Hao? Aku tidak melihatnya sejak sore

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   253. MENEMUI LIAN XI

    Hujan rintik-rintik membasahi jalanan kotaraja saat Yun Hao memacu kudanya menyusuri lorong-lorong sempit yang menjauh dari istana. Matahari nyaris terbenam sepenuhnya, menyisakan semburat oranye keunguan di langit barat. Ia mengenakan jubah hitam sederhana dengan tudung menutupi kepalanya—bukan pakaian yang biasa dikenakan seorang pangeran, tetapi sempurna untuk seseorang yang ingin bergerak tanpa menarik perhatian.Di belakangnya, istana megah dengan atap-atap merahnya berdiri angkuh, semakin mengecil seiring jarak yang ia tempuh. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Yun Hao merasa istana bukan lagi rumahnya—bukan lagi tempat yang aman. Sejak Qi Lung mengambil alih kekuasaan, dinding-dinding istana seolah menyimpan mata-mata di setiap sudutnya.Yun Hao membimbing kudanya memasuki wilayah kota yang lebih tua, di mana bangunan-bangunan kayu berjejer rapat dan papan-papan nama toko bergoyang tertiup angin malam. Jalanan semakin sepi, hanya beberapa pedagang yang sedang membereskan dag

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   252. Kekecewaan Yun Hao

    Matahari sudah mulai terbenam saat kereta tahanan berhenti di sebuah pos jaga di perbatasan antara wilayah hijau dan gurun pasir. Para pengawal menurunkan Zhen Yi, yang kakinya terasa kaku setelah seharian duduk di kereta yang sempit."Kita akan bermalam di sini," kata komandan pengawal. "Besok pagi-pagi sekali kita akan melanjutkan perjalanan ke Istana Pasir."Zhen Yi mengangguk. Ia tidak melihat gunanya melawan atau mencoba melarikan diri. Enam pengawal bersenjata lengkap mengawalnya, dan tidak ada tempat untuk bersembunyi di padang pasir yang terbentang luas di hadapannya.Komandan pengawal, seorang pria setengah baya, menatap Zhen Yi dengan ekspresi antara iba dan "Anda akan ditempatkan di kamar belakang, Pangeran," katanya, suaranya terdengar sedikit lebih lunak. "Tidak terlalu nyaman, tapi setidaknya lebih baik daripada sel tahanan.""Terima kasih," jawab Zhen Yi tulus. "Bolehkah tanganku dilepaskan? Sudah hampir sehari penuh terikat, dan aku tidak merasa nyaman."Komandan tamp

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   251. SAUDARA YANG TELAH BERUBAH

    Kereta tahanan bergerak lambat meninggalkan gerbang kota, roda kayunya berderit membelah jalanan berbatu. Di dalam kereta, Zhen Yi duduk bersandar pada dinding kayu yang kasar, tangannya masih terikat di belakang punggung.Melalui celah kecil di jeruji jendela, ia melihat kotaraja yang semakin mengecil di kejauhan—istana megah dengan atap-atap merah dan dinding putih yang selama ini menjadi rumahnya. Semua kenangan, semua kehidupannya, kini hanya tinggal titik kecil di cakrawala. Ia memejamkan mata, berusaha menenangkan pikirannya yang berkecamuk."Kenapa, Qi Lung?" bisiknya pada diri sendiri. "Apa salahku padamu?"Kereta berguncang keras saat melewati lubang di jalan, membuat Zhen Yi terlempar ke depan. Pengawal yang duduk di ujung kereta menatapnya tanpa ekspresi, seolah membawa seorang pangeran ke pembuangan adalah tugas biasa."Bisakah tanganku dilepaskan?" tanya Zhen Yi dengan suara tenang. "Aku tidak akan kabur."Pengawal itu mendengus. "Maaf, Pangeran. Perintah langsung dari Pa

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   250 HUKUMAN PENGASINGAN

    Di antara para pejabat, beberapa mulai berbisik-bisik. Beberapa menunjukkan ekspresi ragu, sementara yang lain tampak terkejut dan kecewa."Siapa yang menjebakmu, Pangeran Zhen Yi?" tanya Menteri Wei dengan sikap hati-hati. "Dan untuk tujuan apa?"Sebelum Zhen Yi bisa menjawab, terdengar keributan di luar aula. Suara teriakan dan hentakan langkah kaki saling bersahutan."Aku ingin masuk! Lepaskan aku!" Suara Yun Hao terdengar dari balik pintu. "Aku berhak menghadiri pengadilan saudaraku!""Lanjutkan sidang!" perintah Qi Lung dengan tenang. "Pengawal, pastikan tidak ada gangguan dari luar!"Suara keributan terus berlanjut beberapa saat sebelum akhirnya mereda—tanda bahwa Yun Hao telah berhasil disingkirkan dari area tersebut."Kau tidak bisa melakukan ini, Qi Lung," kata Zhen Yi, matanya menatap lurus ke arah saudaranya. "Ayah akan mengetahui kebenaran. Semua orang juga akan tahu bahwa aku tidak bersalah."Qi Lung tersenyum tipis. "Ayahanda sedang sakit parah, Adikku. Dan sulit dipasti

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   249. PENGADILAN UNTUK ZHEN YI

    Qi Lung berdiri di depan cermin besar yang terbuat dari perunggu mengkilap. Jari-jarinya yang panjang merapikan jubah kebesaran kaisar berwarna emas dengan bordiran naga hitam—jubah yang seharusnya hanya dikenakan oleh Raja Yu Ping. Ia menarik napas dalam-dalam, menikmati sensasi kain sutra berkualitas tertinggi yang menyentuh kulitnya, serta beban mahkota raja yang terasa pas di kepalanya."Apakah semuanya sudah siap?" tanya Qi Lung tanpa menoleh ke belakang, tatapannya masih terpaku pada refleksi dirinya di cermin.Kasim kepala membungkuk dalam-dalam. "Sudah, Yang Mulia. Aula Keadilan Langit telah disiapkan sesuai perintah. Para menteri dan pejabat tinggi telah dikumpulkan.""Dan tahanan kita?""Pangeran Zhen Yi sedang dibawa ke aula. Ia masih... belum sepenuhnya sadar, Yang Mulia."Senyum tipis tersungging di bibir Qi Lung. "Sempurna." Ia berbalik, merapikan sedikit lagi jubahnya. "Dan pastikan tidak ada yang menginterupsi sidang hari ini. Terutama Pangeran Yun Hao.""Hamba menger

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   248. SINGA YANG TAK BERDAYA

    Kabut tipis melayang di atas taman istana, menyelimuti paviliun-paviliun dan kolam teratai dalam kehampaan pagi yang sunyi. Tidak ada kicauan burung, tidak ada bisikan angin—seolah seluruh istana menahan napas, menunggu dalam kecemasan. Para dayang dan kasim berjalan hampir tanpa suara di sepanjang koridor yang mengarah ke paviliun tempat Raja Yu Ping terbaring sakit.Di dalam kamar utama yang luas, hawa dingin menyelinap melalui celah-celah jendela meskipun beberapa tungku pemanas telah dinyalakan. Tirai-tirai sutra merah keemasan menutupi jendela, membuat ruangan temaram meski matahari sudah merangkak naik di langit pagi. Di atas pembaringan megah berlapis sutra, Raja Yu Ping terbaring lemah. Wajahnya yang biasanya tegas dan berwibawa kini pucat, dengan lingkaran hitam di bawah matanya yang tertutup. Napasnya berat dan tidak teratur, kadang tersengal seolah setiap tarikan udara membutuhkan usaha besar. Keringat dingin membasahi dahinya meskipun udara di ruangan terasa sejuk.Di sam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   247. MERACUNI RAJA

    Paviliun Bulan Musim Gugur berdiri megah di sudut timur istana, dikelilingi oleh pohon-pohon maple yang daunnya mulai berubah kemerahan. Cahaya temaram dari lentera-lentera merah menyinari ruangan tengah paviliun dimana tiga sosok pangeran duduk mengelilingi meja bundar dari marmer."Sudah lama sekali kita tidak berkumpul seperti ini," ucap Qi Lung sambil menuangkan arak berwarna keemasan ke dalam tiga cawan porselen putih berukir naga. "Terakhir kali mungkin saat perayaan musim semi tahun lalu."Uap tipis mengepul dari cawan-cawan tersebut, membawa aroma manis arak berkualitas tinggi. Di atas meja tersaji berbagai hidangan mewah – daging angsa panggang dengan saus plum, ikan sungai dikukus dengan jahe, dan berbagai hidangan langka lainnya."Arak langka dari Wilayah Barat," Qi Lung mengangkat cawannya. "Hanya ada beberapa guci saja yang dikirim sebagai persembahan untuk Ayahanda."Zhen Yi menatap cairan di cawannya dengan ragu. Sebagai penghuni biara, ia sudah hampir tak pernah menyen

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   246. SAMBUTAN PUTRA MAHKOTA

    Zhen Yi kembali berlutut, kali ini lebih dekat dengan tempat tidur. "Ibu, jangan berkata seperti itu. Zhen Yi hanya memiliki satu orang Ibu. Meskipun... meskipun Ibu mungkin tidak selalu memperlihatkan kasih sayang, Zhen Yi tahu Ibu peduli."Air mata Qi Yue makin deras mengalir, musuh besarnya melahirkan sosok pangeran berhati emas. Sementara dirinya melahirkan sosok pangeran berhati iblis. Seandainya waktu dapat diputar kembali, ia ingin memperbaiki semuanya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.***Setelah keluar dari kamar Putri Qi Yue, Zhen Yi tampak merenung. Ia melangkah pelan menyusuri koridor panjang istana yang dihiasi lampion-lampion merah. Tatapannya kosong, seolah pikirannya berada di tempat yang jauh.Yun Hao menepuk pundak Zhen Yi, menyadarkannya dari lamunan. "Apa yang kau pikirkan, adikku? Sejak keluar dari kamar Ibu, kau seperti orang yang kehilangan arwah."Zhen Yi menghela napas panjang. "Aku merasa Ibu ingin menyampaikan sesuatu padaku, tapi tidak bisa mengatakannya de

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status