"Selamat Bu Andin. Usia kandungan sudah dua belas minggu ya. Wah, nantinya pasti akan jadi ramai nih. Seru banget."Dokter Budi, dokter Sp.OG langganan ku, memberi selamat. Dia adalah saksi perjuanganku mendapatkan buah hati saat bersama Mas Reno dulu. Dan kini, aku datang bersama Mas Ziyan. Sang dokter tak banyak bertanya. Dia profesional. Kebahagiaan pasiennya adalah fokus dirinya. Di luar itu bukan merupakan urusannya. Prinsip yang sangat kuhargai."Benar Dok. Allah ternyata begitu sayang padaku."Aku datang ke praktek dokter Budi dengan Formasi lengkap. Mas Ziyan, Aksa, dan juga ketiga gadis kecilku yang cantik. Tentu saja kami menjadi perhatian banyak orang. Dengan keempat anak yang masih kecil, dan aku kembali datang untuk periksa kehamilan.Aku hanya tersenyum membalas pandangan heran orang-orang. Tak perlu menjelaskan karena aku tak kenal mereka. Juga, tak perlu menjelaskan, karena ukuran kebahagiaanku dan mereka pasti berbeda.Ya. Aku bahagia, membayangkan masa tua bersamanya
STATUS WA ADIK IPARKU 1(Aku kira, ipar jahat hanya ada di sinetron dan cerita KBM, nyatanya aku mengalaminya sendiri. Kuat Ris, kuat ya kamu)Aku mengerutkan dahi membaca status WA Riris, adik iparku yang lewat dan tak sengaja terbaca. Bukannya apa, aku adalah satu-satunya ipar yang dia punya karena Radit, adik bungsuku menikah dengannya. Radit sedang tugas di pulau lain, meninggalkan Riris bersama Ibu di rumah. Sementara kecamatan tempatku tinggal berjarak satu jam perjalanan dari rumah Ibu.Ah, mungkin ipar yang dia maksud adalah ipar dari keluarganya. Tak ingin berprasangka buruk, aku meneruskan kegiatanku memasukkan makanan yang baru saja selesai kumasak ke dalam kotak-kotak tupperware. Rendang kesukaan Ibu dan puding coklat untuk Kayla, keponakanku, anak Radit dan Riris yang berusia dua tahun. Rencananya, hari ini aku ingin mengunjungi Ibu.(Kalau ada apa-apa itu tanya langsung ke aku. Jangan suka adu domba deh)Statusnya lewat lagi ketika aku membuka WA dan hendak mengabari ked
STATUS WA ADIK IPARKU 2"Ada apa ini?"Aku menghela nafas. Di hadapan Ibu, aku tak bisa bersuara keras. Ibuku adalah wanita yang lembut hati dan pengalah. Itu jugalah yang membuat rumah tangga orang tuaku langgeng hingga dua puluh lima tahun lamanya, sampai Ayah dipanggil Tuhan setahun yang lalu. Tapi sayang, sifat Ibu itu ternyata juga dimanfaatkan oleh adik iparku ini untuk kepentingan pribadinya."Mbak Andin berusaha mengadu domba aku dengan Bang Radit, Bu." Riris menangis, mengadu lebih dulu."Mentang-mentang keluargaku orang susah, Mbak Andin menuduh aku yang bukan-bukan."Playing victim. Jika kita berhadapan dengan musuh yang memang menunjukkan kejahatannya, itu lebih baik bagiku. Berbeda jika seseorang yang pura-pura terzolimi, nyatanya dia menusuk dari belakang.Ibu menghela nafas, menatapku sejenak. "Aku nggak pernah nuduh ya. Aku cuma mau klarifikasi. Aku malu baca status WA-mu itu. Seolah-olah, adikku nggak menafkahi kamu."Riris makin kencang menangis. Mungkin merasa ter
STATUS WA ADIK IPARKU 3Aku menelan ludah membaca statusnya. Ada yang terasa nyeri disini. Hatiku terasa dicubit kuat-kuat. Kenyataan kalau aku belum hamil di usia pernikahan kami yang kelima, kerap membuatku rendah diri. Aku dan Mas Reno sudah memeriksakan diri dan hasilnya kami baik-baik saja. Tapi tuntutan dan cemooh orang sekitar seringkali membuatku harus mengelus dada."Makanya nggak usah terlalu capek, Ndin. Serahkan butik itu pada adikmu. Kamu fokus usaha biar cepat hamil."Itu kata Mama mertuaku, bahkan beliau mengucapkan hal itu di tahun pertama pernikahan. Kalimat pertama yang terus diulangnya hingga aku hafal.Memberikan butik yang kurintis sejak masih gadis pada adikku. Entah adik yang mana yang dimaksud Mama. Apakah Vira adik Mas Reno, atau Radit adikku. Keduanya tidak mungkin kulakukan. Aku merintis butik itu dari nol. Berdua Lila sahabatku, kami memulainya dari hanya bermodal ruko kosong dan stok baju puluhan juta saja. Berjalan dua tahun, ketika butik nyaris kolaps, L
STATUS WA ADIK IPARKU 4Aku tengah mengaduk mie goreng di atas wajan ketika kurasakan sepasang tangan kekar melingkari pinggangku. Aroma sampo dan sabunnya terasa menyegarkan. Kurasakan rambutnya yang basah menggelitik leherku yang terbuka. Di rumah, aku terbiasa memakai gaun rumah yang sedikit terbuka, demi memanjakan matanya. "Maafkan Mas semalam." Suaranya terdengar lirih di telinga. Selarik rasa haru menyeruak, dia tak segan meminta maaf karena tahu perbuatannya semalam menyakiti hatiku. Kubiarkan setetes air mataku jatuh. Sejak tadi, sambil mengaduk mie goreng Jawa favoritenya di atas wajan, aku terus berusaha menahan tangis. Tapi satu saja kalimatnya membuat pertahananku jebol.Mas Reno mema-tikan kompor dan memutar tubuhku hingga kami saling berhadapan. Dia mengulurkan tangan, menghapus air mata yang mengembun di sudut mata."Mas hanya kesal karena pulang dalam keadaan rumah kosong. Mas membayangkan seorang anak menyambut setiap kali pulang kerja."Aku memegang tangannya, mem
STATUS WA ADIK IPARKU 5Salah satu hal paling menyedihkan dalam hidupmu, ketika seseorang yang kau sayangi tak lagi percaya dan tak juga bisa dipercaya. Aku menatap WA dari Radit dengan hati nelangsa. Baru saja mendapat hanta-man dari Mas Reno, dan kini pesannya membuat suasana hatiku makin tak menentu. Aku menelan ludah, memutuskan membalasnya sebelum mem-atikan ponsel dan menyimpannya.(Apakah kau lebih percaya pada seseorang yang baru kau kenal, dibanding Kakakmu yang telah bersamamu dua puluh lima tahun lamanya?)Aku dan Radit hanya dua bersaudara. Meski Ayah mendidik kami dengan sikap tegas khas seorang perwira militer sebagaimana profesinya, Ibu melengkapi sifat Ayah dengan kelembutan. Semuanya terasa seimbang. Ibu selalu bisa meredam ama-rah Ayah dan Ayah memberi kami pelajaran bahwa hidup tak selalu indah. Kami tumbuh dengan cinta yang memenuhi setiap ruang dalam rumah dan dalam hati. Semua sempurna, sampai aku menikah dan tak kunjung hamil. Lalu kehadiran Riris di rumah Ibu.
STATUS WA ADIK IPARKU 6Mas Reno langsung masuk ke dalam kamar begitu tiba di rumah. Maghrib masih beberapa menit lagi. Masuk ke kamar, ditariknya koper dan dibukanya. Dia sibuk memisahkan pakaian kotor sementara aku berdiri mematung di belakangnya, menunggu benda si-alan itu keluar dari tempat persembunyiannya. Baju kotor dia pisahkan, lalu paling bawah, kemeja yang masih bersih dibawanya ke dalam lemari. Lama kutunggu, benda itu tak juga jatuh seperti yang terjadi tadi pagi. Tak sabar, aku berpura-pura menabrak Mas Reno, tumpukan baju di tangannya jatuh dan benda itu melayang lalu mendarat di lantai.Dia tertegun, sementara aku melihat perubahan wajahnya yang perlahan memerah. Aku memungut benda itu sebelum dia bereaksi, menatapnya sebentar dengan dada bergemuruh."Dengan siapa Mas memakai benda ini?"Suaraku bergetar. Amarah yang sejak pagi kuredam mendesak hendak keluar. Wajah itu merah padam. Dengan kasar Mas Reno merampas benda itu dari tanganku."Ini bukan punyaku. Mungkin Ard
STATUS WA ADIK IPARKU 7Wajah itu memucat, dan perubahannya tak luput dari pengamatanku. Sedikitpun aku tak berkedip. Dia harus tahu, bahwa tak seorangpun boleh mencurangi Ibu dan adikku. Saat ini Radit mungkin masih percaya padanya. Riris mungkin tak menyangka bahwa hubungan kami sebagai kakak adik sedekat bayi dan ari-ari."Apa maksud, Mbak?"Aku tersenyum, menepuk pipinya yang pucat. Dia berjengit sedikit, mungkin dia mengira aku akan menam-parnya."Kau lebih tahu apa yang kumaksud. Kusarankan agar kau berubah jika masih tetap ingin menjadi adik iparku. Atau sebaiknya kau berhati-hati."Aku mundur, memberi ruang padanya untuk menarik nafas, lalu melangkah ke belakang. "Oh ya, Ris. Tolong bereskan kamarku. Mainan Kayla dan baju-bajumu itu, singkirkan dari sana karena mulai saat ini aku akan menempatinya."Tak kupedulikan wajahnya yang bersungut-sungut. Tepat pada saat itu, Kayla muncul dari kamarnya. Anak kecil itu tampaknya baru bangun tidur, dan dia tersenyum gembira melihatku."