Masuk“Apa Bapak kenal dengan orang yang ada di foto itu Pak?”“Saya tidak mengenalnya tapi saya tahu orang ini siapa, namanya Kuswijaya, dulu dia itu juniornya Pak Hardyo. Sekarang dia menjadi salah satu pengusaha ternama di kota ini.”“Apa ada hal lain yang Bapak tahu tentang dia? Mungkin tentang hubungannya dengan Pak Hardyo atau tentang bisnis mereka dulu seperti apa?”“Seingat saya dia sempat dekat dengan Pak Hardyo tapi kemudian Pak Hardyo menjauhinya pelan-pelan. Selain tidak mau lagi berhubungan dekat, Bapak juga tidak mau lagi bekerja sama dengan dia.”“Kenapa bisa seperti itu Pak?”“Sempat ada rumor kalau dulu dia pernah memiliki hubungan juga dengan Bu Kanti walaupun tidak lama dan Bapak sendiri pernah mendapatkan kiriman foto kalau mereka pernah berlibur ke tempat yang sama. Bapak bahkan sudah menanyakan langsung pada mereka berdua tapi mereka sama-sama membantahnya. Saat itu mereka beralasan kalau mereka pergi berlibur tidak hanya berdua tapi bersama dengan teman-teman Pak
“Ada apaan Hen?” tanya Sika saat masuk ke ruangan Hendi, dia langsung duduk di kursi.“Ada yang perlu aku omonginlah.”“Di luar kerjaan kan pasti?” tanyaku pada Hendi setelah berada di depannya lalu aku duduk di samping Sika.“Tentang kamu dan Big Bos.”“Hah...aku?” aku langsung panik dan menoleh ke arah Sika, apa mungkin akhirnya aku jadi dipecat.“Aku kenapa Hen?” tanyaku lagi.“Dia tiba-tiba nanya tentang kamu dan kerjaan kamu gimana selama ini.”“Aku yang akhirnya mau dipecat Hen?” tanyaku cemas.“Kemungkinan besar begitu tapi dia aneh juga kenapa harus kamu?”“Apaan sih maksudnya Hen kalau bicara yang jelas dong, jangan bikin aku tambah panik!”“Iya memang begitu yang terjadi, si Om tanya tentang kamu dan aku sudah jelasin lengkap, dia tanya gimana kerjaan kamu juga sudah aku jelasin lengkap. Tapi setelah dia tahu semuanya tiba-tiba dia bilang, kenapa jadi kamu yang harus dipecat, gitu.”“Lah kenapa jadi begitu, itu kan kemauan dia Hen terus itu pertanyaan dia tujukan
“Tersangka kita berganti lagi dan sekarang Ibu-ibu menyebalkan itu yang menggantikan posisi anaknya. Ternyata intuisiku masih tajam setajam pisau,” kata Sika yang langsung datang ke mejaku begitu jam istirahat tiba.“Dia nggak ngeluarin ancaman macem-macem lagi kan?” tanya Sika lagi.“Nggak, dia mungkin masih bisa berpikir jernih akibat apa yang bakal terjadi kalau aku bener-bener nekat nemuin istrinya,” kataku sambil menikmati bekal makan siangku.“Sebenernya bingung juga menebak isi hati dan maunya si Pras ini tapi setelah mendengar semuanya aku jadi ngerasa dia itu punya kepribadian abu-abu nggak sih? Dia itu suka sama kamu tapi sekaligus benci juga. Dia itu jahat tapi masih ada baiknya juga.”“Nggak taulah Ka namanya apa, buatku dia tetep menakutkan.”“Iya juga sih, dia menyukai dengan cara yang tidak biasa. Dia memelihara sebagian rasa suka itu menjadi dendam, dia membiarkan orang yang disukai merasa menderita dulu, hancur, dan akhirnya menyerah dengan sendirinya. Dia lalu a
“Apa yang diberikan pada Trisno sudah sesuai seperti yang seharusnya, tidak ada kelebihan jumlah transfer dan selama beberapa bulan ini dia juga aman-aman saja, dia kerja juga lurus-lurus saja. Jadi sepertinya kamu harus cari tahu sendiri dari mana dia mendapat tambahan uang itu,” kata Prasetyo.“Boleh saya lihat berapa yang seharusnya dia dapatkan?”“Oke, ini ada bukti transfer juga per bulannya kita kasih berapa,” kata Pras memberikan ponselnya padaku dan seperti yang aku duga sebelumnya bahwa yang diberikan Mas Tris padaku bisa dua atau tiga kali lipat dari yang sebenarnya.“Ini didapat dari orang yang Mas telepon tadi?”“Iyup, ini orangnya telepon lagi,” kata Prasetyo menunjukkan ponselnya padaku dan aku langsung mengenali siapa orang yang ada di foto profil itu. “Orang itu menanyakan suami saya?” tanyaku setelah Prasetyo menutup panggilan teleponnya.“Dia tanya aja kenapa tiba-tiba aku tanya tentang Trisno dan kenapa sampai minta dikirim bukti transfer segala, ya aku bilan
“Sepertinya ada hal yang sangat penting sampai kamu harus izin pulang lebih cepat dari kantor seperti ini, aku jadi merasa tersanjung dengan pengorbanan kamu,” kata Prasetyo yang baru datang setelah aku menghubunginya kemarin sore. “Kamu nggak punya waktu banyak kan jadi langsung aja ke intinya, kenapa tiba-tiba pingin ketemuan, bukan karena kangen kan?” “Saya ingin bertanya langsung pada Mas tentang banyak hal,” kataku sedikit gugup. “Oke, silakan tanya sepuasnya, tentang suami kamu kan?” tanyanya seperti paranormal yang berhasil menebak keinginan tamunya. “Tapi sebentar, aku mau menikmati kopi dan segala macam yang sudah kamu siapkan ini, senang sekali dengan peyambutan ini, terima kasih Lestari,” katanya tersenyum sambil menikmati kopinya. “Oke, silakan lanjut!” katanya lagi. “Kenapa Mas tiba-tiba mendekati suami saya, Mas punya maksud apa?” “Nggak ada maksud apa-apa, kebetulan ada posisi kosong aja jadi aku tawarin.” “Mas mau menjauhkan saya dari Mas Tris ka
“Snacknya lagi promo beli satu gratis satu, promo cuci gudang Kak,” kataku pada pembeli yang antri terakhir siang ini.“Air mineral aja Mbak,” katanya sambil membenarkan masker dan topi yang dia kenakan.“Ini kembaliannya, terima kasih…”“Ya ampun Mira,” kataku kaget sesaat setelah dia membuka maskernya, Mira malah tertawa melihatku.“Gimana kabar Mbak?”“Kamu ngilang ke mana? Si Hendi udah nyari sampai ke ujung bumi nggak ketemu malah sekarang kamu muncul di sini. Duduk di sebelah sini aja,” kataku sambil menunjuk ke kursi plastik yang ada di sampingku dan Mira pun langsung mendekat kemudian duduk.“Maaf ya Mbak saya sampai nggak sempet kasih kabar soalnya kejadiannya begitu cepat secepat kilat,” katanya lalu memegang tanganku.“Aku tu pikirannya udah ke mana-mana, takut kamu diculiklah, takut kamu disekaplah gara-gara berita sekarang yang selalu bikin panik. Kamu baik-baik kan? Sehat-sehat kan? Keluarga kamu gimana? Bapak, Ibu, saudara gimana? Ada masalah keluarga apa yang bu







