MasukPemandangan sore di atas kota Tokyo terlihat begitu mempesona: terbentang lewat kaca jendela lantai 21 salah satu gedung. Sesosok pria muda dengan setelan jas elegan, tengah termangu menatap jauh ke penjuru kota. Pandangannya jelas-jelas menyiratkan ada sesuatu yang ia pikirkan. Beberapa lembar foto ukuran 4R tergeletak di atas meja kerjanya. Untuk ke sekian kali ia menarik nafasnya mengingat pembicaraannya setahun yang lalu dengan sang ayah.
Flashback
“Kenshi, perusahaan kita berkembang pesat sejak kamu ikut mengelola perusahaan. Sebagai anak laki-laki di keluarga Takeda, ayah berpikir, sudah saatnya kamu memikirkan tentang kehidupanmu sendiri. Umurmu sudah cukup untuk membina keluarga.”
Pernyataan itu keluar tiba-tiba dari seorang pria baya di hadapannya.
“Aku mengerti keinginan ayah, tapi…,”ucapan Kenshi terhenti melihat pandangan sang ayah yang penuh pengharapan.
“Kamu tidak usah khawatir. Ayah sudah menemukan orang yang tepat.” Keduanya saling berpandangan.
“Ayah, jika ini berarti sebuah pernikahan, aku harap ayah bisa sedikit lebih bijaksana jika menyangkut kehidupan pribadiku.” Kenji mencari alasan yang tepat tanpa bermaksud menolak langsung keinginan sang ayah. Namun laki-laki di hadapannya kini meletakkan sebuah map hitam di hadapannya.
“Setelah melihat ini, mungkin kamu bisa mempertimbangkannya!” Laki-laki itu bangkit lalu berjalan menuju jendela kaca besar yang membentang sepanjang ruangan.
Kenshi ragu saat membuka map di hadapannya dan sempat terhenyak.
“Aryo Hadiwijaya, bukankah dia rekan bisnis kita?” Kenshi melihat lebih seksama isi berkas di tangannya.
“Aryo Hadiwijaya. Dia salah satu sahabatku. Dialah yang telah mengenalkan kita pada masjid. Kamu juga tahu." Ia menunduk sejenak.
“Aku tahu, hanya saja ini semua begitu tiba-tiba. Ayah tidak bermaksud mengambil keuntungan dari semua ini, bukan!”
Ucapan Kenshi yang terdengar menyelidik itu membuat sang ayah hanya tertawa lebar.
“Ah, tentu saja tidak. Aku hanya mempunyai niat baik sebagai seorang ayah. Aku ingin putraku ini mendapatkan pendamping hidup yang baik.” Sergah sang ayah berusaha meyakinkan.
Meski dari sinar matanya, Kenshi masih belum menerima semua rencana itu, ia kembali terdiam sambil terus memperhatikan berkas-berkas di hadapannya. Ia terpaku pada sebuah foto keluarga dan foto seorang gadis asing.
“Aku menganggap ini sebagai sebuah perjodohan bisnis. Apakah ayah ingin menahan Hadiwijaya untuk tetap berada di perusahaan kita?"
"Apa kamu menganggapnya begitu?" Takeda melirik ke arah Kenshi.
"Aku dengar, kepulangannya ke Indonesia kali ini karena dia ingin mengembangkan salah satu perusahaan di Indonesia.”
“Aku tahu. Jika memang Hadiwijaya bertahan dengan perusahaan kita atau memilih pulang ke Indonesia itu adalah pilihannya! Ayah hanya berpikir tentang pernikahanmu dengan seseorang dari keluarga yang sudah kita kenal baik. Kita harus sadar, keberadaan kita saat ini masih minoritas.” Ungkap sang ayah dengan tetap menyiratkan sebuah ketegasan.
Ya, keluarga mereka merupakan keluarga muallaf beberapa tahun belakangan. Ia cukup paham maksud sang ayah. Bagi mereka keyakinan itu sesuatu yang bersifat privasi; tidak bisa menjadi konsumsi khalayak, bahkan dalam hubungan bisnis. Meski begitu ia paham, ia tak bisa menikahi sembarang wanita dengan keyakinan yang berbeda.
Memang ada wanita Jepang yang juga muallaf , namun mengingat Kenshi bukanlah tipe pria yang mudah mendekati wanita, dan sangat pemilih, membuatnya tetap lajang hingga kini.
“Aku mengerti maksud ayah. Hanya saja hal ini terlalu mendadak.” Ungkapnya dengan sebersit tanda tanya dalam hatinya.
Takeda adalah perusahaan milik keluarga Kenshi yang bergerak di bidang property, penyediaan alat berat dan juga perhotelan. Sedangkan, Wijayatama adalah perusahaan milik keluarga Mayang yang bergerak dalam penyediaan alat berat dan baru merintis bisnis properti di Indonesia. Aryo Hadiwijaya, ayah Mayang; menjadi salah satu konsultan perusahaan di Takeda, seiring awal mula berdirinya perusahaan Wijayatama, milik Hadiwijaya.
“Aku dan Hadiwijaya sudah bertemu. Bahkan nyonya Cory, istri Hadiwijaya sangat antusias dengan rencana ini. Putri mereka usianya 8 tahun lebih muda darimu dan pantas untuk menikah. Mereka tidak keberatan karena mereka telah bertemu denganmu sebelumnya.”
“Ya ayah. Aku tahu, Tapi apakah keputusan ini tidak terkesan memaksa untuk gadis itu? Kami bahkan belum pernah bertemu.”
Sebagai pria yang berpikiran sehat dengan standar rasionalitas yang tinggi, Kenshi berusaha memahami situasi itu bukan hanya rumit bagi dirinya, tapi juga bagi gadis asing itu.
“Nyonya Cory mengatakan akan membantu meyakinkan putriya.” Sikap tenang namun teguh yang diperlihatkan sang ayah, membuat Kenshi tak mampu bergeming.
“Baiklah. Aku akan mempertimbangkannya, tapi bukan dalam waktu dekat. Karena ini menyangkut masalah perasaan dan kehidupan pribadiku. Aku harap, ayah tidak terlalu terburu-buru dan mencampuri hal ini.” Ungkap Kenshi tegas namun tetap menjaga kata-katanya demi menghormati sang ayah.
“Aku mengerti!” Sang ayah mengangguk seolah memahami anaknya.
“Lagipula, jika ini semua terjadi, tetap akan menjadi pilihanmu. Ayah percaya padamu, kamu bisa menjaga kehormatan keluarga. Kamu harus bisa membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadimu.” Kata-kata itu menjadi akhir pembicaraan antara ayah dan anak itu.
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran
Dalam dunia bisnis menjalin rekanan dengan beberapa perusahaan itu sudah merupakan hal lumrah. Berbagai intervensi dari luar mungkin terjadi, demi memperkuat kondisi perusahaan, selain lewat merger juga melalui jalur pernikahan kedua keluarga. Seperti yang terjadi pada Kenshi dan Mayang. Pertimbangan bisnis lebih diutamakan daripada perasaan.Namun selalu saja ada pihak ketiga yang ingin masuk ke dalam lingkaran itu. Tentu saja untuk mencari keuntungan lewat jalan singkat, dengan cara-cara yang tidak lazim dan licik.Daiguchi adalah salah satunya. Perusahaan itu pernah menjadi rekan bisnis Takeda. Namun dalam perjalanan bisnisnya Daiguchi selalu mencari keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain, sehingga Takeda pun memutuskan kerja samanya demi menjaga profesionalitas dan kesinambungan saham dengan pihak lain. Meskipun harus menderita kerugian yang tidak sedikit, hal itu justru menyelamatkan perusahaan, karena tak lama sejak pemutusan kerjasama, Daiguchi menghadapi masalah hukum den
Mayang POVDisinilah kami, berjalan santai di jalanan plaza sebelum kembali ke hotel."Aku minta maaf, tidak sempat menemanimu. Kebetulan kolega-kolegaku dari Korea datang." Kenshi membuka obrolan."Sinca, aku yang seharusnya minta maaf, tidak bisa ikut menemanimu menemui mereka karena keterbatasanku. Hm, chaebol" Ujarku jujur. Tanpa sadar aku meringis kecil menahan rasa linu di kakiku karena highheels baru."Kamu mengerti, sinca? chaebol??" Kenshi tersenyum penasaran. Aku hanya mengendikkan bahu."You know, some of my friends at the party, they have talked about you. They praised you!""Ha...you must be kidding me!""No, its true. They said, you are really a beautiful Asian woman. I'm obviously jealous.""What? Jealous?""Ya. This is the first time I feel like someone is making me jealous."Keningku mengkerut. Kupercepat langkahku karena kurasakan wajahku mulai memanas."Seriously., I'm not kidding. They said you're pretty, ecotik, proporsional and otentic." "Ish, kamu gombal, Kensh
MAYANG POVKenshi mengajakku ikut dalam sebuah acara pertemuan dengan beberapa klien. Awalnya aku ingin menolak, karena kupikir aku belum siap mendampingi Kenshi dalam acara bersifat resmi seperti itu, apalagi aku masih belum berstatus istrinya yang sah. Namun kedua orang tuaku, terutama mama, menyarankan atau lebih tepatnya memaksa untuk menerima ajakan Kenshi itu. Apalagi acara pertemuan itu begitu penting, atau lebih tepatnya pesta perayaan setelah Kenshi berhasil mendapatkan tender besar dari perusahaan Korea yang tempo hari ia temui saat festival Kembang Api.Kenshi menjemputku di lobi hotel dan membawaku bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di sebuah pesta kebun."Hello!""Oh, hi!".Aku terkejut ketika seorang wanita semampai menegur di sebelahku saat aku sedang memilih beberapa makanan appetizer."Kimi wa Kenshi no fiansena nda ne (Jadi anda tunangan Kenshi-san)""I'm sorry, miss, I can't speak Japanese," ungkapku jujur."Well...well...well...so you fluent in English. But still
Suara dering telepon membuat Mayang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi. "Ya, halo! Assalamualaikum!""Wa'alaikumsalam. Hai, May! Gimana kabarnya?"Deg. Dada Mayang berdegup mendengar suara yang familiar di ujung sana."Ri... Rian!""Iya. Syukur kalo kamu masih inget. Aku dengar kamu di Jepang, ya?""Em, iya. Kamu sendiri, gimana kabarnya? S2 kamu dimana?" Mayang bertanya gugup."Di Jepang. Kamu pasti kaget, kan!”Deg. Mayang menutup matanya seraya menunduk lesu. Rupanya masa lalunya belum benar-benar berlalu.“Kalau waktu itu aku bilang S2 ku ke Jepang, seharusnya kamu gak harus nolak aku kan, May! Kita toh akan ketemu lagi.”Mayang tak berkutik. Ia tak bisa membayangkan jika Rian mengetahui kenyataan yang sebenarnya alasan dirinya berada di Jepang.“Aku tahu kamu masih bimbang. Tapi aku masih di sini, May! Menunggu kamu."Ingatan masa lalunya kembali berkelebat. Saat-saat dimana ia mulai memasuki dunia kampus. Saat-saat dimana ia menikmati kebersamaanya bersama kawan-kawannya di







