Masuk"Silahkan, nona!" Kenshi membukakan pintu mobil.
"Tidak, saya di belakang saja." Mayang sengaja menuju sisi pintu belakang, seperti sore tadi. Ia merasa tak nyaman jika harus duduk di depan, tepatnya di sisi pria asing itu.
Walaupun awalnya sempat merasa aneh dengan keramahan pria itu, kata-katanya tadi cukup meyakinkan Mayang sehingga mengusir keraguannya. Mungkin saja pria ini orang suruhan papanya. Bagaimanapun juga ia tak mau melepaskan kesempatan ini untuk sekedar mengisi malamnya, daripada harus sendirian di kamar hotel di hari pertamanya di Tokyo.
Dari balik jendela kaca mobil, Mayang asyik memperhatikan jalan yg dilaluinya dan memilih duduk di belakang. Ia lebih banyak diam dan sesekali mengabadikan apa yang baru dilihatnya lewat kamera handphonenya.
Lewat spion kabin kedua mata mereka sempat beradu pandang. Mayang mencoba tak menghiraukannya. Terlebih lagi sedari tadi ia fasih berbicara bahasa Indonesia padanya. Walaupun ini kali pertama ia jalan dengan seorang pria yang baru dikenalnya, entah kenapa, Mayang merasa nyaman dan bersedia saja menerima ajakan Kenshi saat di restoran tadi.
“Tuan Kenshi!” Panggilnya memberanikan diri.
“Ya!” Pria itu langsung menyahut.
“Boleh aku tahu, kita mau kemana?” Tanya Mayang sambil memperhatikan jalanan.
“Kita berkeliling kota saja. Sepertinya kita masih bisa melihat sunset di sisi pantai.“ Terang Kenshi dari belakang kemudi.
“Hah, pantai? Di dekat sini? Benarkah!” Pekik Mayang girang.
Seketika itu juga wajah Mayang sumringah. Bagaimana tidak, sudah lama sekali ia tidak melihat pantai dan sunset. Di Jakarta pun jarang sekali dia pergi ke pantai terdekat seperti Ancol atau Anyer. Alasannya selain kesibukannya kuliah, apalagi kalau bukan macet. Sohib-sohibnya juga kini sedang menikmati pantai di Pulau Seribu. Dan kini seseorang tiba-tiba mengajaknya pergi melihat sunset di pantai.
"Bagaimana kalau kita langsung ke sana saja, maksudku ke pantai saja, Tuan Kenshi?" Serunya bersemangat. Meski sempat canggung, namun Mayang merasa senang sekali.
Kenshi tertawa kecil melihat wajah cerah gadis itu dari spion.
Angin sore itu cukup sepoi-sepoi dan sinar mentari di sepanjang pantai sudah mulai meredup. Rupanya Kenshi membawa Mayang ke wilayah pantai Odaiba yang tak jauh dari hotel. Kenshi memarkirkan mobil tak jauh dari sisi laut yang dibatasi pagar besi dengan jajaran kursi-kursi santai di sepanjang jalan.
"Waah, indah banget!" Ungkap Mayang sambil menyisir pemandangan di hadapannya. Meski bukan benar-benar di sisi pantai berpasir, namun Mayang cukup puas memandangi laut biru di hadapannya yang tampak begitu luas dan menentramkan hatinya.
Dari kejauhan matahari sudah hampir tenggelam ke dalam lautan menyisakan semburat warna kuning keemasan ke sekelilingnya, menandakan siang akan berganti malam.
Pantulan sinar matahari keemasan itu menyentuh wajah Mayang yang merona dalam senyumnya, yang seolah tak mempedulikan sekitarnya, bahkan seorang pria di sampingnya yang enggan berpaling memandangi keberadaannya.
"Aku senang akhirnya melihat senyum nyata dari calon pengantinku." Ungkap Kenshi dalam bahasa jepang yang kental seolah bergumam untuk dirinya sendiri. Meski samar namun membuat Mayang menoleh ke arahnya.
“Ehmm...Anda bilang apa barusan?” Mayang penasaran.
“Oh, tidak, bukan apa-apa!” Sangkal Kenshi membuat kening Mayang berkernyit sambil menyandarkan tubuhnya ke sisi pagar hingga mereka pun saling berhadapan.
“Sepertinya, disini cuma aku yang tidak mengerti bahasa kalian.” Ungkapnya jujur. Kenshi mengulas senyumnya sambil menikmati pemandangan di hadapannya, sunset dan juga gadis di sampingnya.
“Apa itu jadi masalah?” Tanyanya memberi perhatian.
“Bukan begitu. Hanya saja, sepertinya disini aku yang egois. Kamu tadi tidak sedang mengolok-olokku, kan!” Dilihatnya Kenshi hanya tertawa kecil.
“Tentu saja tidak, Nona!”
“Ehm, apa benar begitu?” Mayang sengaja memberengutkan wajahnya tidak puas dengan jawaban itu.
“Tadi aku cuma mengatakan, akhirnya Nona tersenyum!” Sambung Kenshi sengaja berbohong, membuat Mayang sedikit mendelik.
“Maksudmu, eem... memangnya kenapa kalau aku tersenyum?"
Kenshi menjawab dengan tawa kecil.
"Aku cuma senang saja, sudah lama sekali aku tidak melihat matahari terbenam di pinggir pantai seperti ini. Makanya aku excited banget!” Ungkapnya riang sambil sesekali melirik Kenshi yang masih tak lepas memandanginya.
“Terima kasih, ya!” Sahutnya disela senyuman tipisnya, “Arigatto!”, sambungnya ragu-ragu diiringi tatapan Kenshi yang terkejut.
“Cuma itu saja yang bisa kuucapkan!” Cengirnya malu-malu. Kenshi tersenyum.
“Disini, aku yang jadi orang asing. Bukan hanya bahasanya yang tidak kumengerti, bahkan perjodohan ini!” Suara Mayang meredup namun masih bisa terdengar oleh Kenshi.
“Apa ada…”Kenshi menghentikan kata-katanya begitu melihat Mayang tiba-tiba memalingkan wajahnya ke arah lain sambil mengembangkan senyumnya.
“Hey, lihat-lihat! Mataharinya sudah hampir tenggelam. Ups, hampir lupa, aku rekam saja!” Mood gadis itu berubah seketika, dan ia kembali asyik dengan gawainya.
Kenshi hanya mampu tersenyum memandanginya. Sepertinya dia masih harus menunggu momen yang tepat.
Mayang POVUjung mataku menangkap seseorang ikut duduk di samping bangku yang kutempati. Reflek aku menoleh sekedar mencari tahu.“Kenshi? Apa yang kamu lakukan di sini?”Aku terlonjak kaget menyadari orang disisiku ini adalah Kenshi. Laki-laki yang baru saja ingin kuhilangkan dari pikiranku, ternyata berada disini, tepat di sampingku. Aku pun celingukan heran.“Hanya ingin menghirup udara segar!” Suara Kenshi terdengar datar.Hmm...ya...mungkin dia masih marah. Suaranya masih terdengar dingin seperti kemarin.Walau masih terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba, aku hanya menelan ludah karena tenggorokanku rasanya tercekat.“Apa disini cukup nyaman?” Tanyanya tiba-tiba, masih tanpa menatapku lain dari yang biasa dia lakukan.“Ehm…ya.” Aku pun hanya menjawab sekenanya lalu berpaling darinya.Pertanyaan apa itu? Apa itu semacam perhatian atau hanya basa basi belaka. Sungguh, meski sempat takut, tapi aku sangat ingin melihat wajahnya lagi. Entah perasaan apa lagi ini, aku pun mema
“Moshi moshi!”“Kenshi...apa Mayang menemuimu?” Kenshi segera menyadari suara diujung telpon.“Ya, Nyonya. Kemarin saya bertemu hanya sebentar. Apa ada masalah?”“Mayang belum kembali ke kamar sejak semalam!” Suara Nyonya Kori terdengar gusar lalu diiringi isak tangisnya.Deg. Dada Kenshi tiba-tiba berdegup kencang.“Semalam?”, Kenshi lantas berdiri dari kursinya,”Apa dia tidak bisa dihubungi?” Tanyanya.“Tidak. Dia tidak membawa ponsel, koper ataupun pakaiannya. Semuanya masih di hotel. Sepertinya dia hanya membawa tas tangan. Kenshi, maaf mengganggumu. Kami pikir, mungkin dia menemuimu.” Suara diujung telepon tiba-tiba terputus.Kenshi mencoba berpikir sejenak. Gadis itu baru pertama kali ke Tokyo, belum banyak tempat yang bisa dia kunjungi, terlebih lagi tidak ada sanak familinya disini.*Kenshi sempat terpukul dengan pembatalan sepihak itu. Bagaimana pun semua kejadian itu tidak terduga. Tak dapat dipungkiri perasaannya yang tidak menentu membuatnya segera menemui sang ayah, oran
Dalam dunia bisnis menjalin rekanan dengan beberapa perusahaan itu sudah merupakan hal lumrah. Berbagai intervensi dari luar mungkin terjadi, demi memperkuat kondisi perusahaan, selain lewat merger juga melalui jalur pernikahan kedua keluarga. Seperti yang terjadi pada Kenshi dan Mayang. Pertimbangan bisnis lebih diutamakan daripada perasaan.Namun selalu saja ada pihak ketiga yang ingin masuk ke dalam lingkaran itu. Tentu saja untuk mencari keuntungan lewat jalan singkat, dengan cara-cara yang tidak lazim dan licik.Daiguchi adalah salah satunya. Perusahaan itu pernah menjadi rekan bisnis Takeda. Namun dalam perjalanan bisnisnya Daiguchi selalu mencari keuntungan sendiri dan merugikan pihak lain, sehingga Takeda pun memutuskan kerja samanya demi menjaga profesionalitas dan kesinambungan saham dengan pihak lain. Meskipun harus menderita kerugian yang tidak sedikit, hal itu justru menyelamatkan perusahaan, karena tak lama sejak pemutusan kerjasama, Daiguchi menghadapi masalah hukum den
Mayang POVDisinilah kami, berjalan santai di jalanan plaza sebelum kembali ke hotel."Aku minta maaf, tidak sempat menemanimu. Kebetulan kolega-kolegaku dari Korea datang." Kenshi membuka obrolan."Sinca, aku yang seharusnya minta maaf, tidak bisa ikut menemanimu menemui mereka karena keterbatasanku. Hm, chaebol" Ujarku jujur. Tanpa sadar aku meringis kecil menahan rasa linu di kakiku karena highheels baru."Kamu mengerti, sinca? chaebol??" Kenshi tersenyum penasaran. Aku hanya mengendikkan bahu."You know, some of my friends at the party, they have talked about you. They praised you!""Ha...you must be kidding me!""No, its true. They said, you are really a beautiful Asian woman. I'm obviously jealous.""What? Jealous?""Ya. This is the first time I feel like someone is making me jealous."Keningku mengkerut. Kupercepat langkahku karena kurasakan wajahku mulai memanas."Seriously., I'm not kidding. They said you're pretty, ecotik, proporsional and otentic." "Ish, kamu gombal, Kensh
MAYANG POVKenshi mengajakku ikut dalam sebuah acara pertemuan dengan beberapa klien. Awalnya aku ingin menolak, karena kupikir aku belum siap mendampingi Kenshi dalam acara bersifat resmi seperti itu, apalagi aku masih belum berstatus istrinya yang sah. Namun kedua orang tuaku, terutama mama, menyarankan atau lebih tepatnya memaksa untuk menerima ajakan Kenshi itu. Apalagi acara pertemuan itu begitu penting, atau lebih tepatnya pesta perayaan setelah Kenshi berhasil mendapatkan tender besar dari perusahaan Korea yang tempo hari ia temui saat festival Kembang Api.Kenshi menjemputku di lobi hotel dan membawaku bertemu dengan rekan-rekan kerjanya di sebuah pesta kebun."Hello!""Oh, hi!".Aku terkejut ketika seorang wanita semampai menegur di sebelahku saat aku sedang memilih beberapa makanan appetizer."Kimi wa Kenshi no fiansena nda ne (Jadi anda tunangan Kenshi-san)""I'm sorry, miss, I can't speak Japanese," ungkapku jujur."Well...well...well...so you fluent in English. But still
Suara dering telepon membuat Mayang tergopoh-gopoh keluar dari kamar mandi. "Ya, halo! Assalamualaikum!""Wa'alaikumsalam. Hai, May! Gimana kabarnya?"Deg. Dada Mayang berdegup mendengar suara yang familiar di ujung sana."Ri... Rian!""Iya. Syukur kalo kamu masih inget. Aku dengar kamu di Jepang, ya?""Em, iya. Kamu sendiri, gimana kabarnya? S2 kamu dimana?" Mayang bertanya gugup."Di Jepang. Kamu pasti kaget, kan!”Deg. Mayang menutup matanya seraya menunduk lesu. Rupanya masa lalunya belum benar-benar berlalu.“Kalau waktu itu aku bilang S2 ku ke Jepang, seharusnya kamu gak harus nolak aku kan, May! Kita toh akan ketemu lagi.”Mayang tak berkutik. Ia tak bisa membayangkan jika Rian mengetahui kenyataan yang sebenarnya alasan dirinya berada di Jepang.“Aku tahu kamu masih bimbang. Tapi aku masih di sini, May! Menunggu kamu."Ingatan masa lalunya kembali berkelebat. Saat-saat dimana ia mulai memasuki dunia kampus. Saat-saat dimana ia menikmati kebersamaanya bersama kawan-kawannya di







