BUGH!!BRAK!!“Kau beruntung suasana hatiku bagus, kalau tidak kepalamu itu akan putus dari lehermu.”“Tu-an Dan-te to-lo-ng ampuni aku, a-ku…BRAK!!“Jangan berbicara lagi, aku tidak sudi mendengar ucapanmu.” Dante kembali menendang pria yang sudah terlihat mengenaskan itu dengan kakinya yang perkasa.Penampilan Dante jauh dari kata rapi, kemeja putihnya sudah ternoda dengan bekas darah dan rambutnya sudah tidak tertata rapi seperti sedia kala. Tatapan matanya tajam dan menggelap menatap orang yang dia incar selama ini.“Tuan, apa dia akan dibawa ke bawah?” Seorang bodyguard yang berjalan menunduk itu berbicara dengan nada bergetar kepada majikannya itu, karena satu saja kesalahn yang dia perbuat yang membuat suasana hati Dante berubah maka nasibnya akan sama seperti pria yang sudah tergeletak pingsan itu.“Tidak, siksa dia disini sampai mengaku!”Dante seperti biasa sedang berada di markasnya yang berada di bawah gedung Valhala tempat clubnya berada. Dante sengaja membuat ruangan b
“Shit! Aku akan membunuhnya!”“Tunggu Dante, kau jangan bersikap gegabah. Dia bukan pria yang bisa kau bunuh begitu saja. Jaringannya sangat luas.” Rafael mencegah Dante hendak pergi dari ruangan itu.Dante barusaja menangkap pria yang selama ini meneror istrinya, Serena. Namun, Dante belum tau siapa yang menyuruhnya melakukan itu atau apa motifnya mengancam Serena.Selama ini, Dante selalu menjadi pelindung bayang-bayag Serena, yang tidak dilihat, bahkan tidak diketahui oleh Serena sejak dulu.Bahkan, Dante sudah menyelidiki gadis itu jauh sebelum Nicholas datang di hidup Serena dan mulai membuat Dante merasa terancam dengan posisinya.Awalnya, pria itu merasa melindungi Serena dari belakang sudah cukup. Dante pikir, hanya melihat gadis itu dari jauh saja sudah cukup membuatnya tenang.Namun, dia salah besar. Dante sudah beberapa kali membunuh anak buahnya karena marah melihat kegiatan-kegiatan mesra yang dilakukan gadisnya bersama pria lain. Dan parahnya lagi, entah kenapa alerginya
“Menjauh dari istriku, jika kau tidak ingin mati konyol detik ini juga.”“Dante!”“KAU!” Dante menghentikan ucapan Serena yang hendak membentaknya karena mengancam Nico. Dante mendekatkan tubuhnya ke arah istri kecilnya itu. “Kau, gadis nakal diamlah. Kecuali kau ingin merasakan bagaimana hukuman dariku,” bisiknya di telinga Serena membuat gadis itu meremang.Ancaman Dante tak pernah gagal membuatnya bergidik ngeri bahkan dari sejak pertama kali bertemu hingga sekarang pria ini selalu mendominasi.Serena menutup mulutnya seketika. Dia tak ingin melanggar titah Dante dan berujung mendapatkan hukuman yang tentunya tidak akan pernah baik untuknya.“Dante.” Nico berucap sambil mendekat ke arah Dante seakan-akan menantang senjata haram milik Dante untuk melukainya.Jika Dante gila, maka Nico adalah psikopat dan Serena tau itu. Nico tidak bisa dan tidak akan pernah mengalah dengan siapapun.Serena menelan ludahnya susah payah ketika Nico malah menekan pistol itu ke arah dadanya. Benar-benar
“Ah! Dante lepaskan aku, Awh,” rengek Serena ketika Dante menyeretnya masuk ke sebuah ruangan aneh yang ada di gedung bawah tanah Club Valhala.Pria bringas itu menyetir denga ugal-ugalan sekana-akan dia punya nyawa cadangan. Entahlah, Serena sudah capek meneriaki Dante yang sudah seperti orang kerangsukan itu.“Hey! Kau punya telinga kan? Pelan-pelan menarikku, sakit tau gak!” Lagi, Serena berteriak kesal tapi Dante tetap menarik tangannya dengan sangat keras hingga hampir membuat Serena tersandung beberapa kali.Gadis itu mulai merasakan hawa-hawa aneh saat memasuki ruangan aneh di bawah tanah itu. Suasana gelap, dan mencekam. Serena awalnya mengira ini adalah bagian dari Valhala, namun setelah melihat ruangan-ruangan yang berisi jeruji besi Serena mulai merinding.“Tempat apa ini? Kau ingin membawaku kemana hah?” tanya Serena sambil berlari untuk menyamai langkahnya dengan Dante yang sudah kesetanan sambil menahan amarahnya.“Aku ingin keluar dari sini!” Serena berusaha menghentika
“Ahhh…. Ahhhh, Dantee…..” Desahan Serena memenuhi ruangan yang minim pencahayaan itu. Dante melumat leher Serena dengan kasar, sama sekali tidak ada kelembutan dalma sentuhannya.“Desahkan namaku, hanya namaku Serena.” Dante semakin memperdalam ciumannya di area leher Serena yang sudah tak mampu menahan desahannya itu.Tubuhnya seakan tersengat aliran listrik ketika Dante menyentuhnya. Ada hal aneh yang Serena rasakan. Walaupun dia sering melakukannya dengan Nico, tapi Serena tidak pernah merasa sebergairah ini dengan pria lain sebelumnya.Apa yang terjadi pada tubuhnya?Serena sangat ingin menolak sentuhan Dante mengingat gengsinya sangat tinggi untuk pria ini namun Serena tak kuasa menahan kenikmatan yang diberikan suaminya ini.Krek!!Dengan kasarnya, Dante berhasil merobek kemeja Serena. Entah keberapa kalinya kemeja Serena dirobek. Entah oleh Nico ataupun Dante, tak pernah ada yang menyentuh Serena dengan lembut sebelumnya.Tapi, cara Dante melakukannya kali ini sangat berbeda. W
“Ingat, jangan berani main-main di belakangku, baby girl.” Dante tak henti-hentinya memegang tangan Serena sejak perjalanan dari mansion hingga tiba di kantornya ini. SGadis cantik yang sudah memakai pakaian lengkapnya itu hanya membalasnya dengan senyuman malas. Seperti biasa, Dante sangat posesif dengannya.“Turunkan aku di sana!” Serena menunjuk posisi tepat di depan gedung kantornya. Namun, Dante malah menatapnya tajam.“Jawab aku, jangan mengalihkan pembicaraannya, Serena!” kesal Dante karena Serena terlihat menganggap ancamannya itu seperti main-main.“Baik Tuan Dante, saya tidak akan berani membantah perintah anda,” ucap Serena berlagak seperti anak buah Dante agar pria itu puas dengan jawabannya.“Ah! Tidak bisa seperti ini. Tidak bisakah kau berhenti bekerja saja? Sejujurnya ini hanya formalitas. Hartaku tak akan pernah habis untuk apa istriku harus bekerja? Aku tidak rela orang-orang menatapmu setiap hari dengan keadaan secantik ini,” keluh Dante membuat Serena ingin tert
“Bagaimana kabarmu, Serena?”Pria bertubuh tinggi kekar dengan tato yang memenuhi tubuhnya itu langsung menanyakan kabar Serena saat mereka berdua sudah sampai di ruangan kerja Serena.“Kau kesini hanya untuk menanyakan kabarku?” ucap Serena dengan nada yang tidak ramah. “Sudah hampir 7 bulan aku tidak melihatmu, kemana saja kau pergi?” Serena bertanya sambil menghidupkan komputer yang ada di depannya tapi pikirannya tak bisa lepas dari pria yang ada di depannya ini.“Kau tau, kakekmu memberiku tugas yang sangat banyak. Aku hampir tidak punya waktu untuk menemui istriku,” ucap Allesandro dengan mata yang selalu tertuju ke arah Serena.Serena berdehem pelan untuk menyembunyikan ketegangannya. Allesandro adalah orang kepercayaan kakeknya sekaligus pria paling misterius yang pernah Serena temui di hidupnya. Pekerjaannya pun tidak jelas bagi Serena, karena pria ini hanya membantu kakeknya jauh sebelum akhirnya menikah dengan Serena.“Langsung saja katakan apa keperluanmu kesini karena aku
Dante : Temui aku di rooftop kantormu jam 9 malamSerena langsung menegang ketika membaca pesan dari suaminya itu. Mereka terakhir kali bertemu pagi tadi saat Dante mengantar Serena ke kantor dengan manja.Namun, Serena dapat merasakan aura dingin dari pesan yang dikirim Dante kepadanya.“Bagaimana ini? Apa Dante sudah tahu aku bertemu dengan pria lain?” tanya Serena pada dirinya sendiri dengan nada khawatir. “Ah! Tidak mungkin, aku hanya berbicara 10 menit dengan Allesandro tidak mungkin Dante tau secepat itu kan?”“Argh! Aku bisa gila memikirkan ini,” lirih Serena sambil merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya. Semenjak menerima pesan itu saat makan siang Serena sudah tak bisa tenang lagi.Dante sudah memperingatinya untuk tidak dekat-dekat dengan pria lain selama jauh darinya. Tapi keadaan ini berbeda bukan? Allesandro yang mendatanginya, bukan Serena yang sengaja menemui Allesandro diam-diam di belakang Dante.“Ah! Lebih baik aku tidak memikirkan itu, masih banyak pekerjaan dan ini