Home / Romansa / SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS / 3. Pernikahan Tak terduga

Share

3. Pernikahan Tak terduga

Author: TrianaR
last update Last Updated: 2024-11-15 22:12:08

Part 3

"Pak, dia ....."

"Nama saya, Aksara, Pak." Lelaki itu memperkenalkan diri pada bapak dan juga ibu, sembari tersenyum ramah memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Pak, Mas Aksara ini bosku. Pemilik toko kue tempatku kerja," jelasku dengan nada bergetar.

Bapak dan ibu terlihat bingung, seolah tak percaya apa yang baru saja kukatakan.

"Jadi Mas ini bosnya Dewi? Ibu pikir bos kamu itu udah berumur, ternyata masih muda?!" ujar ibu dengan polosnya

Mas Aksara mengangguk dan tersenyum. Aku memang jarang cerita mengenai pekerjaanku pada bapak maupun ibu. Karena mereka pun sibuk bertani. Kumpul di rumah sudah sama-sama capek.

"Mas Aksara, kenapa tiba-tiba menawarkan diri ingin menikahi Dewi? tanya bapak, mencoba memahami situasi yang semakin membingungkan.

Mas Aksara menatapku dengan lembut. "Saya tahu keputusan ini mungkin tampak aneh, tetapi saya percaya bahwa setiap orang berhak mendapatkan kesempatan untuk bahagia."

Bapak dan Ibu saling memandang, sepertinya mempertimbangkan keputusan mendadak ini. Pak Penghulu menatapku, menunggu jawaban.

"Apa Mas Aksara masih bujangan? Maksud saya apa Mas Aksara belum menikah?" tanya Bapak memastikan.

"Iya, saya masih sendiri, Pak. Maka dari itu saya berani mengambil keputusan ini. Jika kehadiran saya bisa sedikit meringankan beban Dewi, maka saya ingin melakukannya."

Aku menelan ludah, bingung tentu saja. Aku tahu kedatangan Mas Aksara ini hanya lah sebagai tamu undangan.

"Tapi Mas, apakah kamu yakin?"

"Ya, saya yakin. Saya siap, dan saya akan melakukan yang terbaik" jawabnya tegas.

Bapak dan ibu saling berpandangan kembali. Akhirnya, Bapak mengangguk perlahan. "Baiklah, jika kamu yakin dan Dewi setuju, kami tidak keberatan."

Aku menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri sebelum mengangguk pelan. "Baiklah, Mas Aksara. Terima kasih."

Pak Penghulu memeriksa jamnya dan kemudian berkata, "Baiklah, mari kita lanjutkan ke acara ijab. Meskipun ini tidak seperti yang direncanakan, kita akan melanjutkan. Masalah pergantian dokumen bisa menyusul."

Dengan keputusan mendadak dan segala ketidakpastian, kami melangkah ke pelaminan, berharap semoga inilah yang terbaik.

Suasana di ruangan itu terasa berbeda, dan semua orang mulai kembali ke posisi mereka, menyiapkan prosesi yang baru saja berubah.

Mbak Devi selaku MUA kembali membenarkan riasanku agar kembali rapi. Lalu aku duduk di belakang bersama ibu dan juga para kerabat yang lain. Sementara bapak, Mas Aksara dan Pak Penghulu duduk di meja akad.

Sebelum dimulai, Pak Penghulu memberikan pencerahan sekaligus mengajukan pertanyaan pada Mas Aksara.

"Mas Aksara sudah disiapkan untuk maharnya?" tanya Pak Penghulu.

Mas Aksara menjawab dengan tegas, "Ya, Pak Penghulu, saya sudah menyiapkan maharnya."

Lelaki itu mengambil dompet di saku celananya lalu mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak 10 lembar. "Saya gak bawa uang cash banyak, cuma ada satu juta, apa bisa?"

"Tidak apa-apa, Nak. Sebaik-baik pernikahan adalah yang paling mudah." Pak Penghulu tersenyum dan melanjutkan, "Yang penting niat dan kesungguhan dari hati."

Mas Aksara mengangguk, suasana hatinya menjadi lebih tenang. "Terima kasih, Pak Penghulu," ucapnya.

Pak Penghulu kemudian memulai prosesi akad nikah dengan doa dan bimbingan, memastikan semuanya berlangsung dengan lancar dan sesuai dengan tuntunan agama. Seluruh keluarga dan kerabat menyaksikan momen penting ini dengan penuh rasa haru.

"Saya terima nikah dan kawinnya Dewi Kirana binti Basuki dengan mas kawin tersebut dibayar TU-NAI." Dengan lantang Mas Aksa mengikrarkan janji suci itu.

"Bagaimana, saksi, Sah?"

"Saahhh!"

"Alhamdulillah ...."

Entah kenapa perasaanku ikut lega saat mendengarnya.

Aku mencium tangan lelaki yang baru saja menjadi suamiku itu. Pernikahan ini sungguh tak terduga. Rasanya sangat canggung, mengingat dia adalah bosku. Sebelum aku sering meledek Mas Aksa yang masih betah melajang.

"Dewi, maaf kalau aku belum bisa mempersembahkan yang terbaik untukmu."

"Mas, jangan minta maaf, kamu tidak bersalah. Harusnya aku yang berterima kasih, karena kamu sudah menyelamatkan kehormatan keluargaku."

"Baiklah, sekarang, mari kita mulai hidup baru," katanya dengan senyum yang hangat seolah semua akan baik-baik saja.

***

"Dewi ..." sapa sebuah suara. Aku menoleh, mendapati Damay berjalan mendekat ke arahku dengan senyuman manisnya. Ia adalah sahabat terbaikku.

Saat ini aku berada di kamar, tengah berganti gaun pengantin.

Damay memelukku dengan erat. "Maaf ya, Wi, aku baru sempat datang kemari. Tadi sempat kaget juga saat lihat Mas Aksara, tapi tadi ibu udah cerita tentang kalian."

Aku mengangguk, mengingat kejadian tadi. Kuhela napas dalam-dalam.

"Pasti ini berat buat kamu ya, Wi. Tapi apapun itu kamu harus kuat ya. Insyaallah Mas Aksara juga orang baik, dia sangat bertanggung jawab, pasti kamu akan bahagia dengannya."

Aku mengangguk dan kembali memeluk tubuh kurus Damay. "Iya, May, terima kasih. Aku bersyukur. Mungkin ini yang terbaik untukku. Rasa-rasanya ujianku tidak ada apa-apanya dengan ujian hidupmu, May."

Damay mengusap punggungku dengan lembut, seolah menyalurkan kekuatan untukku.

"Bagaimana dengan baby kamu, May?" tanyaku.

"Alhamdulillah, Baby Rain sudah menunjukkan perkembangan lebih baik lagi."

"Aku ikut senang mendengarnya, May. Semoga baby Rain cepat pulih lagi."

Aku berjalan ke depan bersama Damay, kulihat Mas Aksara tampak berbincang akrab dengan Mas Saga dan beberapa tamu yang lainnya.

***

Malam semakin larut, acara hajatan sudah mulai sepi. Aku duduk di bibir ranjang dengan perasaan tak menentu. Jantung berdegup cukup kencang terlebih saat mendengar derap langkah mendekat.

"Dewi, masih belum tidur?" tanya lelaki itu. Ia melepas arloji yang melingkar di tangannya lalu diletakkan di atas meja.

Aku menggeleng.

Mas Aksara duduk di sampingku, membuat ranjang bergetar lembut. Wajahnya yang serius tampak semakin jelas dalam cahaya temaram. Tak dapat dipungkiri bosku itu memang punya pesona tersendiri.

"Dewi, apa ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya dengan lembut.

Aku menggeleng pelan. Sulit rasanya untuk mengungkapkan meski ada yang mengganjal di hati.

"Aku hanya .... susah tidur," sahutku sambil mengangguk.

"Boleh aku tahu masalah yang sebenarnya terjadi? Aku ingin dengar langsung dari ceritamu," ucap lelaki itu lagi.

Aku bangkit, mengambil ponsel dan menunjukkan padanya, tentang chat Mas Gala yang tiba-tiba membatalkan pernikahan.

Mas Aksara membaca chat itu dengan seksama, ekspresinya berubah semakin serius. Setelahnya, dia beralih menatapku.

"Ini jelas sangat mempengaruhi kamu. Membaca pesan seperti ini tentu sangat menyakitkan."

"Iya, Mas, aku merasa tertekan dan tidak tahu harus bagaimana."

Mas Aksara meraih tanganku dengan lembut, lalu menatapku. "Dewi, kamu tidak sendirian. Jika kamu merasa ini sudah melewati batas dan mempengaruhi kesehatan mentalmu kita bisa ambil langkah hukum."

.

.

.

.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 63. END

    Beberapa Minggu Kemudian ...Toko Kue Aksara yang awalnya hancur lebur hanya sisa puing-puing kebakaran, kini mulai dibangun kembali. Dan berdiri lebih kokoh.Papan kayu bertuliskan “Renovasi – Segera Dibuka Kembali” kini sudah diganti dengan papan baru yang lebih besar dan elegan.“Grand Re-Opening – Toko Kue Aksara”Bangunan toko yang dulu hangus kini berdiri kembali, lebih cantik, lebih modern. Catnya berwarna krem hangat dengan jendela besar yang memajang deretan kue. Semua itu berdiri berkat bantuan modal dari Pak Arif yang tanpa ragu mengeluarkan tabungan dan menjual sebagian asetnya.“Papa nggak usah segitunya,” Aksara sempat menolak dulu.Tapi Pak Arif hanya menepuk bahunya sambil tersenyum. “Harta bisa dicari lagi, Nak. Tapi kerja keras dan impian kalian harus terus hidup. Ayah hanya ingin lihat kalian bahagia.”Hari pembukaan toko, suasana begitu meriah. Balon warna-warni menghiasi pintu, banner promosi “Beli 1 Gratis 1” terpampang jelas, dan stand kecil di depan menyediaka

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 62

    Ruang Sidang – Siang HariRuangan penuh sesak, wartawan berjejer dengan kamera, keluarga korban duduk di bangku pengunjung. Dewi menggenggam erat tangan Aksara yang masih tampak lemah tapi berusaha tegar. Arjuna duduk di sisi mereka, wajahnya tegas, sementara Pak Arif, Bu Rini, dan keluarga Dewi duduk di belakang, menatap penuh emosi.Hakim memasuki ruangan. Semua berdiri, suasana hening.“Sidang perkara pembakaran dan percobaan pembunuhan dengan terdakwa Gala Saputra dan Geni Larasati, dinyatakan dibuka kembali,” ucap hakim dengan suara mantap.Gala dan Geni digiring masuk dengan borgol di tangan. Gala masih berusaha menegakkan kepala dengan tatapan menantang, sedangkan Geni hanya menunduk, wajahnya pucat pasi.Jaksa penuntut membacakan tuntutannya dengan tegas:“Bahwa kedua terdakwa secara sah dan terbukti melakukan perencanaan untuk membakar toko milik korban, yang mengakibatkan kerugian besar, trauma psikologis, dan hampir merenggut nyawa korban Aksara. Tindakan tersebut memenuhi

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 61

    Dewi menunduk, mencium tangan Aksara sambil terisak. “Mas… kita selamat. Kita bisa mulai lagi. Yang penting Mas sehat dulu.”Arjuna meraih bahu saudara kembarnya dengan lembut.“Aku janji, Sa. Mulai sekarang aku gak akan biarin ada orang lagi yang nyakitin kamu dan Dewi," ucap Arjuna, suaranya bergetar karena menahan emosi***Keesokan Pagi – Ruang Rawat AksaraMatahari baru naik, sinarnya menembus tirai tipis rumah sakit. Suasana ruang rawat Aksara lebih hangat pagi ini. Dewi masih setia di samping ranjang, sesekali membetulkan selimut suaminya. Bella duduk di sofa kecil sambil memainkan ponselnya, sementara Pak Arif berdiri memperhatikan televisi kecil yang menempel di dinding.Tiba-tiba, layar TV menampilkan berita terbaru. Suara penyiar terdengar jelas:“Pemirsa, berita mengejutkan datang dari kepolisian kota. Dua pasangan muda yang tengah pesta pora di vila sewaan, Gala Saputra dan Geni Larasati, resmi ditangkap setelah diduga menjadi dalang di balik kasus pembakaran sebuah toko

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 60

    Arjuna melangkah cepat ke ruang tunggu. Pak Arif dan Bella yang sejak tadi resah langsung berdiri. Dewi, dengan wajah lelah penuh cemas, menghampiri begitu melihat tatapan Arjuna yang serius.“Gimana, Mas? Ada hasilnya?” tanya Dewi terbata.Arjuna menarik napas dalam, lalu menatap satu per satu. “Dalangnya sudah ketahuan.” “Siapa?” tanya Pak Arif.“Gala,” jawab Arjuna tegas.Hening seketika. Bella menutup mulutnya, tak percaya. Dewi melotot kaget, tubuhnya goyah. “Mas Gala…?"Arjuna mengangguk pelan, rahangnya mengeras. “Aku dengar langsung dari mulut orang suruhannya. Mereka gak mungkin bohong, karena bukti udah kuat. Gala yang bayar mereka buat bakar toko.”Dewi menunduk, air matanya mengalir. “Astaga… jadi benar ada yang mau hancurin kita…”Pak Arif mengepalkan tangan, nadanya berat. “Kurang ajar. Dia bukan cuma hancurin bisnis Aksara, tapi udah main api sama nyawa kalian.”Tiba-tiba suara lirih terdengar dari ranjang. “Dewi…”Semua serentak menoleh. Aksara membuka mata perlahan

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 59

    Kantor Polisi – Ruang InterogasiLampu neon putih menyala redup. Di tengah ruangan sempit itu hanya ada meja kayu dengan dua kursi berhadapan. Kedua pria yang tadi ditangkap sudah duduk dengan tangan diborgol ke meja. Wajah mereka kusut, masih ada sisa bau alkohol yang menyengat.Seorang polisi senior, Kompol Rendra, masuk ke ruangan dengan map tebal di tangannya. Arjuna ikut di belakang, bersandar di dinding sambil menyilangkan tangan. Tatapannya tajam, penuh emosi yang ditahan.“Baiklah,” Kompol Rendra membuka map. “Kalian berdua ditangkap saat mabuk di bar. Kami punya rekaman CCTV di sekitar lokasi toko kue yang terbakar. Wajah kalian jelas terekam. Jadi berhenti pura-pura bodoh.”Pria pertama mendengus, mencoba terlihat tenang. “Kami cuma lewat, kebetulan aja ada di sana.”Kompol Rendra menghantam meja dengan telapak tangan, membuat keduanya tersentak. “Jangan main-main! Ada saksi yang lihat kalian lari setelah api membesar!”Arjuna maju selangkah, mencondongkan tubuh. Suaranya da

  • SUAMI PENGGANTIKU SEORANG BOS   Part 58

    Arjuna mondar-mandir di parkir rumah sakit, sambil memegang ponsel dan berbicara dengan polisi. Tangannya mencatat setiap detail dari rekaman CCTV dan keterangan saksi, namun wajah pelaku masih misterius.“Pak Polisi, kita belum tahu siapa mereka. Saya perlu semua informasi kendaraan yang lewat di sekitar toko malam itu, siapa pun yang terlihat mencurigakan,” ujar Arjuna tegas.Beberapa menit kemudian, pihak kepolisian mengabari bahwa ada satu mobil pickup yang parkir dekat toko sekitar pukul 02.30 pagi. Dua orang keluar, wajah mereka tertutup topi dan jaket tebal. Mereka membawa sesuatu yang tampak seperti alat pemicu kebakaran. Polisi belum bisa mengenali identitasnya.Arjuna menatap layar ponsel, wajahnya serius. “Jadi kita belum tahu siapa mereka. Tapi saya yakin mereka pasti orang suruhan. Kita harus gali lebih dalam, cari pola dari kendaraan, jalur yang ditempuh, dan saksi sekitar.”Ia mulai menghubungi toko-toko sekitar untuk menanyakan apakah ada orang atau mobil mencurigakan.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status