Home / Romansa / SUAMIKU BOS GILA / Pak Benua Nggak Normal?

Share

Pak Benua Nggak Normal?

Author: Istyanah
last update Last Updated: 2025-05-05 12:59:05

“Cepetan Biru! Kamu ini dandannya lama sekali!”

“Sabar Pak. Ini sebentar lagi selesai.”

“Lagian ya kamu dandan lama pun tidak akan merubah bentukan wajah kamu yang biasa saja itu!”

Biru yang sedang memoles bibirnya dengan lipstik berwarna merah cabe itu sampai tak fokus karena mendengar kekesalan Benua.

Seharusnya dia yang melontarkan kekesalan ke Benua, tadi sore pria itu menolak kedua wanita pilihannya begitu saja. Satu jam kemudian Benua tiba-tiba meminta Biru untuk menemani ke pesta ulang tahun teman pria itu.

“Bos macam apa yang harus menunggu asisten pribadinya sampai lumutan begini? Seharusnya kamu yang nungguin saya, ini saya harus jemput kamu dan nungguin kamu pula. Hadeh!”

Tidak ada habisnya Benua menggerutu, padahal belum ada lima menit dia sampai di depan gang rumah Biru dan menunggu wanita itu.

“Kok jadi nyalahin saya Pak? Pak Benua sendiri yang mendadak minta tolong ke saya untuk menemani Pak Benua ke birthday party teman Pak Benua dan Pak Benua bilang sendiri akan menjemput saya.”

“Paling pintar memang kamu kalau urusan menyalahkan orang!” gerutu Benua untuk kesekian kalinya lalu mengakhiri obrolan dengan Biru.

Biru menggeram di dalam kamarnya setelah mendengar bertubi-tubi kekesalan Benua.

Ketiga adiknya, Auriga, Akash dan Flower datang bersama ke kamar Biru, takut kakaknya sedang kesurupan mendengar suara geraman mengerikan seperti tadi.

“Kakak kenapa?” tanya Flower, adik Biru yang paling kecil berusia 11 tahun.

“Nggak papa kok. Ini kesel aja pasang bulu mata nggak bisa-bisa hehe,” sahut Biru berusaha tenang.

“Kalian keluar ya. Kakak mau lanjut dandan lagi.”

“Syukurlah Kak kalau cuman karena bulu mata. Aku kira kakak kesurupan, padahal aku udah siap mau praktekin cara menangani orang kesurupan yang aku dapat dari internet.” Auriga adik paling besar Biru berusia 20 tahun itu terkikik.

Ketiga adik Biru kemudian tertawa bersama, Biru pun menanggapi celotehan adiknya dengan tawa.

Setelah ketiga adiknya keluar dari kamar, Biru lanjut memoles bibirnya lagi yang tadi sempat terhambat karena mendengar omelan bosnya.

Dibalut dress hitam yang sedikit mencetak lekuk tubuhnya, Biru tampak lebih cantik dan sek*i malam ini. Rambutnya yang biasa dikucir malam ini dibiarkan tergerai sampai menutup punggung.

“Kakak pergi dulu. Kalian tidurnya jangan malam-malam.” Biru berpesan sambil terburu-buru mengenakan high heels berwarna merah senada dengan warna lipstik dan tas selempang yang dia kenakan.

Biru mempercepat langkah sebelum bosnya yang mudah tantrum itu mengomel lagi seperti tadi.

“Sudah tujuh menit saya menunggu kamu, Biru!” tegur Benua langsung saat Biru masuk ke dalam mobil duduk di sampingnya.

“Ma....”

“Simpan kata maafmu. Saya bosan mendengarnya.”

Biru mengatupkan mulutnya rapat, dia memilih diam hingga sampai di tempat pesta ulang tahun teman Benua.

***

“Halo mantan.”

Biru tersedak saat sedang menikmati makanan ringan di pesta ulang tahun teman Benua, Gery namanya.

Dia melotot setelah memastikan pria yang berada di dekatnya dan barusan menyapanya adalah mantannya—Handika. Di samping kanan mantannya berdiri perempuan sek*i mengenakan dress berwarna ungu.

“Lo datang sama siapa? Kok bisa ada di pesta ini.”

“Gue datang sama—“

“Gue dong datang sama pacar baru gue yang cantik dan aduhai. Nggak kayak lo yang rata.” Handika lebih dulu bicara sebelum Biru memberikan jawaban. Dia melirik pacar barunya lalu tertawa kecil bersama dengan wanita itu.

Mulut Biru sudah gatal ingin memaki-maki mantannya, tapi dia tidak ingin merusak pesta ulang tahun orang lain.

“Oh ... lo datang sama bos lo. Hmm … udah gue duga, lo kalau sama dia senangnya nempel terus. Yah daripada duit nggak cair. Iya nggak?” ucap Handika meledek Biru lalu melirik Benua lagi yang berdiri tidak jauh dari Biru, sedang mengobrol dengan Gery.

Wajah Biru sudah menegang dipenuhi kemarahan, gelas di dekatnya itu rasanya ingin dia lempar ke wajah Handika dan pacar baru pria itu yang ikut menertawakannya.

“Dadah mantan.” Handika menggandeng pacar barunya, dia tersenyum miring sambil berjalan menjauh dari Biru. Pacar baru Handika pun ikut menatap Biru sinis.

“Dasar pasangan edan. Ya lo cocok banget sama tuh perempuan. Edannya selevel. Nyesel banget dulu gue jadi pacar tuh cowok!” Biru mengentak-entakkan kasar kakinya ke lantai.

Biru belum bisa tenang, dia masih sangat marah karena ucapan dan tatapan merendahkan Handika tadi.

Biru pergi dari keramaian dan menuju toilet. Biru hanya ingin membasuh wajahnya, tidak peduli jika itu merusak riasannya.

“Bisa-bisanya ya gue bertahan empat tahun sama Handika. Dia emang sering ledekin gue dan suka ngambek nggak jelas, tapi gue yang bucin banget sama dia jadi nggak pernah sadar sama keburukan dia,” gerutu Biru di depan cermin yang berada di dalam toilet.

Sebelum Benua mencari-carinya, Biru lalu keluar dari toilet.

“Oh ... Jadi kamu sudah putus.”

“Pak Benua.” Biru melonjak, Benua sudah berada di luar toilet, pria itu berdiri sambil bersandar di tembok.

“Kok Pak Benua tahu?”

“Saya mendengar ucapan dia ke kamu tadi. Kamu diputusin kenapa?”

“Saya nggak mau bahas itu Pak. Mau pulang sekarang apa gimana nih Pak?”

“Diputusin gara-gara rata ya?”

“Pak!!”

Biru belum selesai dengan kemarahannya karena Handika, tapi si bos menambah-menambah kemarahan Biru.

Pria itu kemudian melangkah lebih dulu sambil tertawa-tawa.

“Setidaknya kalau kamu sudah putus, saya tidak lagi mendengar suara berisik kamu yang suka bilang 'ayang aku kangen, ayang I love you, bla bla bla' menggelikan sekali kamu!”

Biru menghentikan langkah, terkejut luar biasa mendengar penuturan bosnya tadi, dari mana bosnya tahu dia sering mengatakan itu ke Handika?

“Kok Pak Benua bisa tahu kalau saya pernah bicara begitu?” tanya Biru, dia melangkah lagi menyusul Benua yang sudah berjalan cukup jauh di depannya.

“Jelas saya tahu. Kamu sering curi-curi waktu buat menghubungi pacar kamu!” sahut Benua.

Biru tersenyum canggung, dia malu sendiri, ternyata selama ini bosnya tahu salah satu kelakuannya saat di tempat kerja. Dia memang bucin parah ke Handika.

“Heran saya sama kamu, lelaki begitu saja sampai bikin kamu begitu.”

“Dia tuh dulu salah satu cowok keren di kampus Pak. Waktu tahu dia naksir sama saya, ya saya nggak bisa nolak.”

Benua yang alergi cinta-cintaan sampai bergidik mendengar cerita singkat Biru tentang mantannya.

“Kita pulang sekarang!” perintah Benua mengakhiri bahasan tentang kisah cinta Biru.

Benua berpamitan dahulu ke Gery—teman Benua sejak SMA dan kuliah.

“Makin cakep aja tuh aspri lo. Ya kali nggak demen sama dia.” Gery berbisik saat Benua menepuk pelan pundaknya.

Benua berdecak kesal, lalu mengusap-usap telinganya setelah mendengar bisikan Gery tadi. “Tuh perempuan bikin gue emosi terus. Kalau nggak karena kasihan ogah gue nerima dia jadi aspri gue.” Benua balas berbisik.

Biru menyelidik serius saat melihat Benua dan Gery saling balas berbisik sambil menatap ke arahnya.

Biru menunduk melihat pakaian yang dia kenakan, dia rasa tidak ada yang salah. “Apa mungkin masalahnya bukan di baju gue, tapi di bentuk tubuh gue? Apa iya gue serata itu? Padahal bagian depan dan belakang gue lumayan oke,” gumam Biru tiba-tiba jadi tak percaya diri ingat ucapan Handika yang meledeknya.

“Hai Benua!” sapa seorang wanita yang kini sedang berjalan dengan lenggokan indahnya mendekati Benua.

Mata Biru melotot, dia tak menyangka melihat wanita itu—Darla pemilik bisnis kecantikan yang produknya sudah populer di Indonesia, Biru bahkan mengenakan salah satu produk dari brand kecantikan milik wanita itu.

“Mukanya lebih cantik aslinya.” Biru memuji sampai melongo melihat wanita itu.

Dia yang wanita saja sampai minder melihat Darla yang begitu bening dan memiliki bentuk tubuh yang indah, bentuk tubuh idaman banyak wanita.

Wanita itu, Darla sedang cipika cipiki dengan Benua lalu bergantian dengan Gery. Darla lalu mengajak berbincang kedua pria itu.

Tidak ingin terlihat bodoh di dekat kedua pria dan satu wanita itu, Biru mundur perlahan, sedikit menjauh dari ketiganya.

“Oh … mereka saling kenal sejak SMA. Keren.” Biru bertepuk tangan pelan saat memperhatikan serius Darla bersama kedua pria itu.

“Ih Pak Benua kenapa masang wajah lempeng begitu sih? Mana diajak ngobrol sama Mbak Darla jawabnya datar aja lagi.” Biru mendengus kesal melihat respons dingin yang bosnya berikan ke Darla saat wanita itu mengajak Benua mengobrol.

“Setahu gue kan Mbak Darla udah cerai sama suaminya, boleh tuh Pak Benua sama Mbak Darla, si janda premium, hihi.” Biru menutup mulutnya, dia takut kelepasan tertawa saat ide hebat itu tiba-tiba melintas di kepalanya, ide membuat Darla agar bisa menjadi istri Benua.

“Biru, ayo kita pulang!” seru Benua tiba-tiba membuat Biru terkesiap.

“Iya siap Pak.” Biru menyahut cepat.

“Dia siapa Benua?” tanya Darla melirik Biru yang kini mendekat ke arah Benua.

“Dia asisten pribadi saya,” sahut Benua.

“Hai Mbak Darla. Saya salah satu fans Mbak Darla.” Biru meniup-niup telapak tangannya hendak bersalaman dengan Darla.

“Eh Pak!” teriak Biru karena Benua tiba-tiba menarik tangannya, dia gagal bersalaman dengan Darla padahal tadi Darla hampir menyambut tangan kanan Biru.

Di dalam mobil Biru menggerutu berkali-kali karena Benua sudah menggagalkan keinginannya yang ingin bersalaman dengan Darla.

“Tingkah kamu tuh berlebihan sekali sih Biru. Ngapain pengin salaman sama dia segala, hah?!”

“Ih … saya kan ngefans sama dia, Pak. Saya suka lihat konten-konten dia di media sosial tentang kecantikan.”

Benua mendesah kasar, mobil yang dia kendarai melaju lebih cepat setelah keluar dari halaman rumah Gery.

“Oh iya Pak, ternyata dia teman SMA Bapak ya?”

“Bukan teman hanya sekadar kenal!”

“Walaupun sekadar kenal, tapi Pak Benua cocok lho sama Mbak Darla. Dia setara sama Pak Benua. Walaupun dia janda, dia janda premium Pak. Buruanlah gas dapetin dia Pak!”

Ucapan Biru dibalas lirikan tajam Benua, dia lalu fokus ke depan lagi.

“Saya akan membantu Pak Benua untuk mendapatkan Mbak Darla. Saya serius Pak.” Biru berucap dengan bersungguh-sungguh.

“Bisa diam tidak kamu, hah?!” bentak Benua.

“Pak Benua kok malah marah sih. Bukannya senang ya sama ide saya barusan.”

“Nggak senang sama sekali, Biru. Saya tidak tertarik sama dia mau dia sudah pernah menikah ataupun belum!”

Biru melongo sempurna, menurutnya ada yang salah dengan Benua. Bisa-bisanya pria itu tidak tertarik dengan Darla, dia yang perempuan saja terpesona saat melihat wanita itu.

“Kok bisa Pak Benua nggak tertarik sama Mbak Darla?”

“Ya jelas bisa. Kenapa saya harus tertarik?”

“Hm … kayaknya memang benar ya ada yang salah sama Pak Benua.”

Mobil yang Benua kendarai berhenti mendadak, sebentar lagi sampai di depan gang rumah Biru.

“Apa maksud kamu bicara begitu?” tanya Benua marah.

“Pak Benua nggak nor—mal, nggak suka perempuan,” balas Biru terbata.

Emosi Benua langsung meledak, tergambar jelas di wajahnya yang terlihat tegang. Benua lalu membunyikan klakson tiba-tiba membuat Biru terkejut.

“Lancang sekali kamu bilang begitu Biru!” Benua menarik tangan kanan Biru membuat wanita itu mendekat ke tubuhnya.

Biru tidak sanggup mengatakan apa pun, dia gemetar tiba-tiba saat pria itu menarik tangannya dan melihat sepasang mata Benua yang tajam itu dalam jarak sedekat ini.

“Saya buat bunt1ng tahu rasa kamu!” tegas Benua tepat di depan wajah Biru.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • SUAMIKU BOS GILA   Wanita Milikku

    Benua menjabat erat tangan kanan Renando dan mengucapkan selamat untuk Renando yang hari ini sah menjadi suami Rhea, mantan anak magang di perusahaan Sejagat Gemilang yang dulu mengejar-ngejar Renando."Terima kasih banyak Kak." Renando membalas sambil sedikit meringis karena jabatan erat Benua.Sementara kakaknya di depannya menyeringai seperti sedang meledeknya. "Ogah-ogahan sama dia, eh kamu nikahin juga kan." Benua berbisik di dekat telinga Renando.Renando cengengesan, malu sendiri mendengar bisikan kakaknya.Dulu dia emang alergi dengan Rhea yang menurutnya terlalu agresif. Dia pun saat itu bingung apa yang membuat Rhea mengejarnya seperti wanita tidak waras.Renando sempat mendengar dari Rhea, bahwa Rhea jatuh cinta pada pandangan pertama ke Renando yang saat itu menjadi wakil direktur di perusahaan Sejagat Gemilang.Tahu Renando saat itu masih lajang membuat Rhea bersemangat mengejar.Sempat Renando tanya alasan Rhea mengapa bisa jatuh cinta pada pandangan pertama, Rhea hanya

  • SUAMIKU BOS GILA   Keluarga Kecil

    Bibir Benua mencebik berkali-kali di depan cermin, dia perhatikan lagi bentuk wajah lalu turun hingga ke kakinya. Dia mengernyit sinis, miris melihat penampakkan dirinya sekarang. "Sejak diurus sama kamu, aku jadi bengkak begini Biru. Haduh bagaimana ini? Aku takut kamu berpaling karena bentukan suamimu ini tidak segagah dan setampan dulu." Biru baru selesai membacakan dongeng untuk Bhaskara lalu menutup penuh buku dongeng itu, sedangkan putranya sudah tertidur nyenyak. Mendengar ucapan Benua tadi, dia hampir tergelak, tapi Biru tahan sekuat mungkin takut suara tawanya nanti membangunkan Bhaskara. "Mas bukan bengkak, tapi kamu gemoy." Biru memberikan komentar. "Sama aja Biru. Duh bengkak sebadan-badan begini aku, bisa kembali ke bentukan semula nggak ya?" Lagi setelah mendengar keluhan suaminya itu membuat Biru ingin tertawa, dia sampai menutup rapat mulutnya agar tawa ngakak tidak keluar begitu saja. "Kamu sih manjain aku setiap detik dan menit. Jadi aku keenakan kan." Benua

  • SUAMIKU BOS GILA   Pesta dan Dansa

    Benua mengadakan pesta untuk merayakan kebahagiaannya setelah kembali menjadi suami Biru.Pesta itu diadakan di ballroom salah satu hotel bintang lima yang berada di Jakarta Selatan.Benua mengundang seluruh pekerja yang berada di Sejagat Gemilang dan mitra bisnis Sejagat Gemilang.Ada yang ikut berbahagia setelah tahu kabar baik dari Benua dan Biru, tapi banyak juga yang berdecak sinis dan bergosip ria membicarakan Biru, terutama karyawan perempuan, mereka tidak setuju Benua memilih kembali bersama Biru.Sementara Benua dan Biru sengaja menutup rapat masalah pribadi yang menjadi alasan sebenarnya perceraian mereka saat itu."Mau dansa sama aku?" Benua mengulurkan tangan kanannya ke depan Biru tepat saat musik yang mengalun dengan merdu itu terdengar memenuhi ballroom hotel.Sebelumnya Benua sudah merencanakan itu, dia ingin malam ini berdansa dengan Biru diiringi musik yang romantis."Dan--dansa Mas?" Biru gugup mendadak, masalahnya dia tidak bisa berdansa ditambah diperhatikan banya

  • SUAMIKU BOS GILA   My Love Blue

    “Ma, maafin aku.”Biru menyambut kedatangan Anetta di rumahnya siang ini dengan permintaan maaf.Dia sudah mendengar semua tentang masalah masa lalu orang tua Benua dari Benua.Perasaan Biru campur aduk saat mendengar masa lalu itu, dia sebagai anak kandung dari Nashita merasa sangat bersalah, di masa lalu sebelum Nashita bertemu ayahnya, ibu kandungnya itu pernah menjalin hubungan dengan ayah Benua.“Minta maaf buat apa? Tidak usah minta maaf.” Anetta dengan lemah lembut melepaskan telapak tangan Biru yang tadi menggenggamnya seraya menunduk penuh sesal.“Aku minta maaf atas kesalahan ibu kandung aku, Ma. Aku merasa sangat bersalah Ma.” Biru bersimpuh di depan Anetta yang kini terduduk di sofa.Sementara tangan yang tadi sempat dilepaskan Anetta kini Biru genggam erat lagi dan terisak di depan Anetta.“Sudah jangan seperti ini.”Biru belum ingin mengangkat kepalanya, masih tertunduk merasa bersalah karena masa lalu itu.“Biru, mama mohon jangan seperti ini. Ayo bangun, duduk di sampi

  • SUAMIKU BOS GILA   Papa Benua

    “Lo yakin mau temuin mantan suami lo?” Ully berbisik menahan pundak Biru sebelum sahabatnya itu keluar penuh dari dalam mall tempat mereka main tadi.“Gue nggak yakin cuman kalau gue nggak temuin dia sekarang, dia nggak akan pergi dari rumah. Tadi Bu Ria udah coba suruh dia pergi tapi dia nekat nungguin sampai gue pulang.” Biru membalas dengan suara pelan ke Ully.“Hati-hati ya Ru. Kalau ada apa-apa cepat hubungin gue.” Ully berpesan pelan dan membiarkan Biru pulang lebih dulu. Wanita itu pulang menaiki taksi online.Sementara Bhaskara sedang asyik menikmati es krim rasa cokelat dalam kemasan cup yang tadi dia beli, tidak terlalu mendengarkan yang sedang mamanya bicarakan dengan Ully.“Babas nanti main lagi ya sama Adek Vely?”“Iya Sayang nanti kita main lagi sama Adek Vely.”Biru mengusap kepala Bhaskara dan memandang penuh putranya yang masih menikmati es krim, setidaknya dengan memandang Bhaskara yang duduk di sampingnya sekarang bisa menenangkan Biru yang sedang gelisah.Terngiang

  • SUAMIKU BOS GILA   Tamu Itu, Benua

    Satu Minggu berlalu dan kesedihan atas kepergian Pak Jagat masih terasa sangat menyesakkan dada. Masih banyak tangis yang ingin Benua, Anetta, dan Renando tumpahkan karena kepergian Pak Jagat. Namun, ada yang tidak bisa Renando tunda lagi. Malam ini, dia ingin memberitahu rahasia itu ke Benua. Sudah satu Minggu terakhir kakaknya tinggal di rumah mendiang kakeknya, pria itu kini sedang berdiri di samping halaman rumah, menggenggam bungkus rokok dan pemantik di tangan kanannya. Renando merebut cepat bungkus rokok yang baru kakaknya buka sebelum pria itu menikmati rok0k itu.“Kembalikan!” pinta Benua marah ke Renando.“Kakak tuh belum lama keluar dari rumah sakit lho. Nggak dengar ya dokter waktu itu bilang apa hah?! Kakak jangan—““Tidak usah menasihati aku!” potong Benua jengkel ke Renando kemudian merebut paksa bungkus rok0k yang tadi diambil Renando.“Aku ke Cirebon habis temuin Biru,” ungkap Renando tegas.Ucapan Renando semula sukses menghentikan Benua yang hampir menyalakan sa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status