SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 4
**
Saat mereka baru sampai ke kontrakan Gala. Lelaki itu menyuruh duduk lebih dulu. Dia akan membereskan barang-barangnya. Pemilik kontrakan tak mengizinkannya lagi tinggal di sini.
Maya dan Leo duduk di lantai sembari menunggu Gala. Maya menjadikan sandalnya sebagai alas duduk sedangkan Leo hanya berdiri saja.
"Dek, duduk di sini," kata Gala memberikan kursi plastik ke istrinya.
Maya mengambilnya dan duduk menunggu. Leo mencibir karena kursinya hanya satu.
"Kok cuma satu. Mana untuk dudukku!" kata Leo. Gala hanya menepuk pundak adik iparnya.
"Sini ..." Maya membagi kursinya untuk adiknya duduk. Pemuda Eman belas tahun itu menggeleng tak mau.
"Gak lah. Aku berdiri aja," katanya.
"Kak, aku mau tanya, kok bisa kamu pacaran sama lelaki kayak dia. Kamu sering main ke mari. Lihat tempat tinggalnya aja begini," kata Leo mendekati kakaknya berbisik.
"Semua salah paham. Semua fitnah. Dijelaskan juga kamu gak akan percaya."
"Loh, kok bisa. Kamu tau waktu Ibu di kabari kamu udah menikah dia marah besar," bisik Leo lagi.
"Entahlah. Aku juga heran kenapa Bapak sama Tisa bisa datang. Kenapa aku bisa di hakimi. Sudah takdir sepertinya." Maya kembali galau.
"Nasib kamu, kak, bisa nikah sama preman kayak dia!"
Leo mencibir kakak iparnya yang sedang sibuk menyusun beberapa pakaiannya.
"Hus! Udahlah, kakak pusing. Capek mikirin itu. Mikirin semua orang yang menghakimi."
Maya menghela napas panjang menerima semua masalah yang sedang di hadapinya. Hari ini pernikahannya seharusnya dia bahagia dengan pernikahannya tapi malah sebaliknya.
Namun, saat melihat cincin bertahtakan permata tersemat di jarinya, Maya tersenyum lembut. Dia tak paham, apakah ini asli atau imitasi tapi dia sangat senang saat Gala mengatakan kalau cincin ini warisan Ibunya turun temurun yang akan di berikan ke calon istrinya.
"Yuk, Dek. Sudah selesai. Saya mau ambil motor dulu," kata Gala.
Mereka mengikuti. Gala cukup panik saat melihat motornya sudah tak ada.
"Loh, motornya hilang!" katanya.
"Hilang bagaimana?" tanya Maya.
"Tadi parkir di sini."
"Di bawa warga kali. Emang motor kayak apa, Bang?" tanya Leo menyambung.
Gala tak menjawab lebih memikirkan sesuatu.
"Udah pakai motor Bapak aja kita pulang. Dari tadi Ibu telfon mulu," sambung Leo lagi.
"Boleh saya pinjam HP kamu, Dek? Hp saya kehabisan daya," tanya Gala ke istrinya.
"Oh, ya boleh," sahut Maya memberikan HPnya.
Gala menerima dan segera menghubungi temannya. Dia sedikit menjauh dari istri dan adik iparnya.
"Kak, modus aja kali. Hp kehabisan daya. Paling juga gak ada pulsa dan kuota. Terus kehilangan motor. Paling juga motor butut," sambung Leo mencibir ke kakaknya.
Maya memukul ringan adiknya tak suka perkataan yang menyudutkan Gala.
"Hus ... kamu gak boleh begitu. Jangan suka bicara sembarangan. Bagaimanapun dia suami kakak sekarang. Jangan kayak emak-emak suka bicara aneh-aneh," kata Maya berbisik sekaligus kesal.
Leo kalau di luaran dinginnya minta ampun. Sama perempuan tak banyak bicara. Tapi jika dengannya dan dengan Tisa. Dia bisa bicara tentang sekolahnya dan hal lainnya. Apalagi dengan Maya yang beberapa kali membantunya. Leo sesungguhnya sangat menyayangi kakaknya.
Cuma pengasuhan yang salah dari orang tua terkadang membuat mentalnya berontak. Beberapa kali adiknya terlibat masalah. Dia sering juga di marahi Ibu dan di pukul terkadang. Maya sering menasehati adiknya ini. Mereka senasib memiliki orang tua seperti Ibunya.
Ibunya sebenarnya punya mental sakit. Dia tak menyadari pola asuhnya salah selama ini. Hidup dengan orang tua NPD terkadang anak yang menjadi korban. Itulah yang dialami Maya dan adik-adiknya.
Justru Maya melamun, dia berpikir bagaimana nanti menghadapi kemarahan Ibunya. Bapak juga pasti akan membela Ibunya walaupun masih ada celah tak terlalu menghakimi tatapi tetap saja Maya yang dianggap sebagai pendosa. Maya sangat ketakutan.
"Kak, Ibu dari tadi telefon mulu, nih." Leo mengacak rambutnya frustasi dengan keadaan. Dia tahu kakaknya setelah ini dalam masalah.
"Iya, sabar. Kita tunggu suami kakak dulu," sahut Maya.
Setelah selesai menghubungi temannya, Gala datang mengembalikan HP Maya.
"Bagaimana motornya?" tanyanya.
"Di bawa teman rupanya. Yuk lah kita ke rumah kamu. Saya antar kamu," kata Gala.
"Abang juga tinggal di rumah sementara. Jangan kabur, Bang!" kata Leo. Sebenarnya dia takut dengan Gala, badan Gala tinggi besar dan berotot sementara dia hanya pemuda ceking. Tapi, dia berusaha berani demi kakaknya.
"Iya, ya sudah mari pergi," ucap Gala.
Mereka menggunakan sepeda motor bersama. Gala yang melajukannya, sementara Maya dan Leo di belakang sebagai penumpang. Gala cukup kencang mengendarai motor.
Mereka pun sampai di rumah. Leo segera masuk ke rumah. Ternyata Ibu dan Bapak sudah menunggu Maya pulang.
Hati Maya gusar. Dia sangat takut ibunya murka. Bagaimana kalau dia di usir dari rumah beneran seperti selama ini Ibunya katakan saat marah.
Gala melihat kecemasan di hati istrinya. Wanita yang tak sengaja menjadi istrinya sangat ketakutan. Gala memegang tangan Maya supaya lebih tenang dan tak takut lagi.
Maya terkejut saat jemarinya di sentuh Gala secara lembut. Dia menatap Gala dengan tatapan sendunya.
"Jangan khawatir. Ada saya. Kita hadapi bersama," ujar Gala menenangkan Maya.
**
Lelaki itupun pergi dari Gala. Setelah lelaki tadi pergi. Gala memperhatikan bukti yang di bawanya. Mata Gala melebar melihat ada photo yang dikenalnya. Ternyata benar, dia biang kerok semua ini. Gala juga melihat ada lelaki yang familiar di kenalnya. Di lihat lebih teliti lagi ternyata dia Doni, pacarnya Tisa yang di banggakan mertuanya juga terlibat dalam proyek ini. Mereka semua satu komplotan. Gala akan susun rencana lebih matang.Gala pergi dari pasar malam itu. Dia naik ke salah satu mobil. Di dalam mobil sudah ada Bastian. Gala berbicara padanya."Pak, bagaimana kabar anda? Anda banyak sekali berubah," katanya."Yah, keadaan yang mengubahku. Aku harus cari tahu lebih lanjut siapa dalang yang membuat Pabrik dan usaha turun temurun keluargaku nyaris bangkrut. Bagaimana denganmu?" tanya Gala dengan sorot matanya yang tajam."Saya sudah menjalankan semua yang Bapak perintahkan. Sepertinya memang mengarah ke orang yang Bapak curigai. Dialah dalangnya yang membuat masalah. Saya berha
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 21**Setelah berpamitan pada Maya malam itu, Gala melangkah keluar menuju motornya. Mesin dinyalakan dengan satu tarikan keras, dan dalam beberapa menit, Gala sudah melaju menuju markasnya, yang terletak di pinggir kota.Ketika Gala tiba, suasana di markasnya terasa mencekam. Beberapa anak buahnya tampak sibuk merawat luka akibat bentrokan dengan Genk Kelewang. Di tengah ruangan, seorang pemuda dari Genk Kelewang terlihat duduk di lantai, kedua tangannya terikat ke belakang dengan tali, wajahnya babak belur.Gala mendekat dengan langkah tenang namun penuh ancaman. "Siapa namamu?" tanyanya, suaranya rendah namun tegas.Pemuda itu menatap Gala dengan tatapan kosong, tak mengucapkan sepatah kata pun. Darah segar masih mengalir dari sudut bibirnya.Gala jongkok di depannya, menatapnya tajam. "Kenapa kalian menyerang kami? Apa yang kalian cari? Bukankah sudah ada tempat masing-masing. Jangan saling serang, Bodoh!"Lagi-lagi, tak ada jawaban. An
“Saya ucapkan terima kasih atas bantuannya tadi, tapi jangan berpikir bahwa hal ini mengubah apapun,” kata Bu Retno dengan dingin. "Kamu tetap tidak cocok untuk Yuda. Dia akan segera menikah dengan wanita pilihanku, seorang PNS juga. Kamu tidak punya tempat di hidupnya."Maya terdiam, hatinya seolah dicubit oleh kata-kata itu. Meski ia sudah menduganya, mendengar langsung dari mulut Bu Retno membuat semuanya terasa lebih nyata. Bagaimanapun, ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Yuda, apalagi jika keluarga Yuda menolaknya begitu keras.Kenapa ada manusia sampai bisa begitu meremehkan orang lain. Maya bersyukur di situasi ini dia sudah punya suami."Saya mengerti, Bu, Ibu tahu kalau saya juga sudah menikah," jawab Maya pelan. Tak ada gunanya membela diri atau memperpanjang perdebatan. Semua sudah jelas. Yuda akan segera menikah, dan bukan dengan dirinya. Kehidupan kini sudah berbeda. Maya juga sudah ikhlas dia tak bisa bersama Yuda. Tapi, kenapa hubungan ini malah di perburuk."Oh
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 20.Maya meraih dompet itu dengan tangan gemetar. Sejenak, ia terpaku melihat dompet yang tadinya ada di tangan copet kini berada di genggamannya. Suara riuh kejar-kejaran di belakangnya semakin menjauh ketika si copet lari kencang dikejar warga. Maya menarik napas lega. Setidaknya, ia berhasil mendapatkan dompet itu kembali.Ia segera berbalik dan mencari pemilik dompet tersebut. Di keramaian pasar yang sibuk, mata Maya tertumbuk pada seorang wanita paruh baya yang tampak gelisah. Wanita itu tampak cemas, sesekali meraba-raba tas di pinggangnya, seolah memastikan sesuatu. Maya mendekat dengan langkah cepat, hati-hati agar tidak terjatuh di jalanan berbatu.“Bu, ini dompetnya, kan?” Maya menyodorkan dompet itu kepada wanita tersebut.Wanita itu mengangkat wajah, matanya membulat terkejut saat melihat Maya. Maya pun merasakan hal yang sama. Wajah itu terlalu familiar untuk diabaikan. Wajah yang pernah ia lihat dalam beberapa kesempatan di ru
"Iya," jawab Maya. "May, kalau ada uang kamu jangan terlalu boros ingat Gala harus membayar dua ratus juta lagi ke ibu. Ya udah kalau kalian memang mau beli kasur baru juga nggak masalah. Tapi ingat juga kalian punya hutang ke ibu!" kata Farida. Maya terdiam saat Ibunya berkata begitu. Apa jadinya jika Ibunya tau kalau dia ada uang banyak yang diberikan Gala kemarin. Apa Ibunya akan mengambil semuanya. Gala berpesan tak perlu mereka tahu masalah uang yang di berikannya ke Maya. "Iya, Bu. Doakan ya Mas Gala bisa segera mendapatkan uang untuk memberikan Ibu 200 juta lagi," kata Maya. Farida hanya mencibir saja dan Tisa sedikit kesal. Dia juga di tuntut Ibu untuk memberikan uang seratus juta untuk lamaran. Tisa bingung bagaimana meminta ke Doni uang banyak begitu. "Mbak, makasih ya. Bang Gala dan kamu udah belanjain aku. Sayang sama kamu," kata Leo senang. Dia bisa mendapatkan peralatan sekolah dan semua serba baru. Maya hanya mengangguk saja dan membuat Tisa semakin kesal saja pad
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 19.**Gala sedikit kesal ketika ada panggilan dari Bojes. Ada apa anak buahnya menghubunginya? Mungkin ada sesuatu hal yang penting. Kalau tidak, tidak mungkin Bojes menghubunginya malam-malam."Dek May. Saya angkat dulu telepon ya," kata Gala."Iya, Mas," ucap Maya.Gala pun menekan tombol hijau dan terhubunglah dengan anak buahnya. Kira-kira informasi apa yang akan diberikannya ke Gala."Halo," kata Gala setelah tersambung."Bang, halo Bang ... gawat, gawat, Bang," katanya."Kenapa? Gawat kenapa?" tanya Gala."Ada kerusuhan di pasar, Bang. Geng Kelewang nyerang, Bang!" kata Bojes."Apa ... kok bisa kalian gak jaga keamanan. Dia nyerang gimana?!" tanya Gala sedikit marah.Maya terheran ketika ekspresi suaminya seperti itu. Mungkin sedang ada masalah."Jaga, Bang. Elu ke sini dah bang. Kami juga udah habis-habisan buat perhitungan!" katanya."Ya udah gue datang.""Salah satu anak buahnya kita Sandra juga, Bang," kata Bojes."Elu hajar dia?
"Sudah ku bilang. Jangan mabok! Jangan pake barang haram. Lihat si emprit gara-gara mabok dan pake n4rkoba, dia di tangkap Polisi. Kita gak perlu membawa itu di sini!" kata Maulana marah ke anggotanya. Ternyata dia adalah bos mereka. Mereka semua patuh pada Maulana. Gala hanya menceritakan masalahnya ke Maulana saja. Dan Maulana memperkenalkan Gala sebagai teman dan saudaranya ke para anak buahnya. Gala bergaul dengan mereka untuk misi tertentu. Maulana tahu, dia mau membantu. Penampilan Gala pun mulai berubah sama seperti mereka. Dia juga ikut aktif dalam kegiatan swiping dan keamanan. Anggota mereka banyak juga yang jadi tukang parkir, menjaga keamanan warga di pasar. Ternyata pasar juga ada kelompoknya. Ada Kelompok Maulana dan kelompok musuhnya. Maulana tak mentarif uang ke pedagang. Mereka memberikan seikhlasnya. Maulana juga ramah ke mereka. Mereka biasanya sewa tempat juga seadanya. Beberapa ruko besar di pasar juga harus kelompok Maulana jaga dari gangguan, contohnya kebaka
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 18.**"Mas, apa yang membuat resah hatimu. Kamu bisa berbagi denganku," kata Maya.Gala terlihat gusar. Mimpi itu sama seperti yang dia alami. Di pandangnya lagi Maya yang sibuk mengambilkan air minum untuknya. Air di nakas yang tertutup di berikan ke Gala. "Minum dulu, Mas," kata Gala. Gala mengambilnya dan meminumnya. Dia merasa lebih tenang setelah melihat Maya. Entah kenapa sikap lembut Maya membuat Gala begitu bahagia. Dia merasa di perlakukan dengan baik dan sepenuh hati. Jika dengan penampilan urakan, gak punya uang, Maya bisa sangat menghormatinya. Gala sangat bahagia berada di dekatnya. "Terima kasih ya, Dek May." Gala menghela napas panjang. Dia menatap wajah Maya lagi. Kasihan juga membangunkan istrinya. "May, Mas punya masa lalu yang cukup kelam. Tak bisa Mas lupakan. Sakit rasanya." Gala terlihat sedih mengatakan itu. Hatinya sakit mengingat hal itu. "Mas, jika aku bisa jadi pendengar mu. Aku akan mendengarkan. Mulutku
"Kamu tau nggak tadi keluarganya Gala datang kemari. Ibu pikir cuma datang-datang begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ternyata dia bawa uang 100 juta untuk memperistri Maya seutuhnya. Ya mana Ibu mau!" kata Farida."Maksudnya, Bu? Ibu nolak uang 100 juta yang diberikan keluarga Bang Gala?" tanya Tisa."Ya enggaklah. Cuman Ibu minta lagi kekurangannya 200 juta, mungkin Ibu bersedia cuma di kasih 100 juta. Ibu udah malu, jadi mereka harus bayar rasa malu Ibu!"Tisa menelan ludah mendengar Ibunya berkata begitu."Dari mana Bang Gala dapat uang, Bu?" tanyanya lagi."Dari jual kebonnya di kampung yang Ibu tau," kata Ibunya.Beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Tisa sedikit ragu apakah memberi mahar 40 juta ibunya akan terima ataukah meminta lebih. Jujur saja kalau meminta lebih mereka nggak punya uang."Doni, kamu harus berusaha keras ya memberikan yang terbaik untuk Tisa. Kamu tahu kan maksud ibu," kata Farida tersenyum dan masuk saja ke dalam rumah.Sebentar la