SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 5
**
Saat Gala memegang lembut tangan Maya. Wanita itu speechless, dia sangat jarang berdekatan dengan lelaki.
Namun, Maya sebenarnya menyukai seorang lelaki biasa tetapi berakhir di tolak. Ibu sang lelaki itu juga gak suka dengan Maya.
Sekarang, tiada angin dan hujan. Maya malah sudah jadi seorang istri. Dia sudah punya suami yang kini ada di sampingnya.
Maya merasa bisa mengurangi sedikit kegugupan dalam dirinya. Rasa takutnya berkurang setengah, dulu dia menghadapi Ibunya sendiri jika marah sekarang ada Gala rasanya dia lebih tenang.
"Kita hadapi bersama," kata Gala.
Maya hanya menganggukkan kepalanya. Dia dan Gala berjalan perlahan. Kondisi Gala juga masih kurang fit. Dia hampir mati ketabrak, seharusnya di rawat intens malah menghadapi kemarahan warga karena fitnah.
"Akhirnya kamu pulang juga. Kenapa lama sekali!" kata Farida, Ibunya itu sudah berkacak pinggang menyambut mereka.
"Bu, jangan ribut-ribut. Malu sama tetangga. Bicara di dalam saja," kata Bapak.
Pak Hasan juga bingung menghadapi istrinya. Dari tadi Farida sengaja di luar menunggu Maya pulang.
"Tetangga juga sudah pada tau kalau anak kita ini gak beres, Pak. Udah nikah karena di gerebek warga. Malu, Pak. Malu, anak pertama seharusnya membahagiakan. Ini malah buat malu, buat onar!"
Farida mulai ngomel-ngomel. Beberapa tetangga ada yang sengaja keluar untuk melihat. Bapak segara menarik tangan Ibu untuk ke dalam.
Maya dan Gala terpaksa masuk ke rumah. Maya hanya meringis ke tetangga dengan isyarat dia minta maaf karena Ibunya sudah membuat keributan.
Bapak segera mengunci pintu setelah mereka di dalam rumah. Farida dan Pak Hasan sudah duduk di sofa. Farida membuang muka karena marah.
"Kalian sudah makan?" tanya Bapak berbasa basi.
"Tadi hanya makan roti saja, Pak," sahut Maya.
"Leo ... Leo ..." Bapak memanggil.
Leo keluar dari kamarnya. Dia mendatangi Bapak yang memanggilnya.
"Iya, Pak," katanya.
"Belikan makanan buat kak Maya dengan Gala." Pak Hasan mengeluarkan uangnya. Dia menatap Maya dan Gala bergantian. "Nasi goreng, mau, 'kan?" tanyanya.
Maya hanya mengangguk. Leo dengan malas, akhirnya menurut dan mengambil uang itu, berlalu mengambil motor dan segera ke depan membeli yang di pesan.
"Ngapain di belikan makan, Pak. Pakai uang Bapak pula. Ibu gak terima. Ibu sakit hati, May. Sakit hati karena kamu!" kata Ibunya ketus.
"Kasihan mereka belum makan nasi. Di rumah juga gak ada apapun," sambung Bapak.
"Maaf, Bu. Maafkan Maya." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Maya.
"Kenapa kerjaan kamu cuma buat malu keluarga, May. Satu kampung udah tau kalau kamu naksir Yuda dan berakhir di tolak. Kamu jadi pergunjingan tetangga. Jadi cara kamu membalas dengan pacaran sama manusia kayak gini!" ucap Farida menunjuk Gala.
Gala hanya diam saja sebab bagaimanapun itu mertuanya. Dia mencoba menerima keadaan keluarga Maya dan kekesalan mertuanya yang tak setuju dengan pernikahan yang tiba-tiba. Tapi, Gala berpikir, Yuda siapa?
"Bu, jangan di ingatkan lagi. Itu, Maya yang salah. Semua juga salah paham."
"Gara-gara kamu Ibu malu karena kamu di tolak Yuda. Ibunya marah-marah dan kamu jadi pergunjingan warga. Kata warga kamu itu perempuan gak laku. Sekarang kamu malah berzina sama berandal ini. Di mana otak kamu!" ucap Farida mendelik.
"Udah, Bu. Udah ... kasihan Maya," sahut Bapak.
"Biar, biar suaminya ini tau seperti apa Maya. Anak gak tau di-ri. Cuma nyusahkan aja. Dengar, May. Gara-gara kamu, Ibu gagal menjodohkanmu sama juragan Harsa. Padahal dia baru cerai. Kamu sekarang gak dapat apa-apa! Gak jadi pesta besar. Ibu gak ikhlas, May. Gak ikhlas gak dapat hantaran!"
Maya semakin gusar, Ibunya sudah mulai bicara ke sana ke mari. Penderita NPD memang seperti ini. Dia cendrung akan membuka aib dan merasa dirinya yang tersakiti. Maya sudah biasa mendapatkan perlakuan seperti ini. Seakan di permalukan Ibunya sendiri.
"Bu, udah. Kenapa pembahasanmu ke sana ke mari. Semuanya udah berakhir. Jangan membuka aib anak kita dan ide gi-la kamu!" kata Bapak.
"Jadi kamu terima aja dia nikah sama preman kampung, miskin kayak gini. Kita rugi, Pak. Ibu sadar kalau Maya juga jelek, makanya Yuda nolak dia. Tapi, Ibu udah bicara sama juragan Harsa. Dia mau menikahi Maya dengan hantaran 50 juta. Dia mau menerima Maya walau anak kita jelek! Yang penting dia perawan. Sekarang, kita gak dapat apa-apa, Pak. Mantu juga miskin dan preman pula!" kata Farida dengan suara keras. Dia menunjuk-nunjuk Maya dan Gala.
Hati Maya sakit mendengar ucapan Ibunya. Ibu memang seperti ini. Cita-citanya mendapatkan uang hantaran yang banyak.
"Bu, juragan Harsa sudah menikah tiga kali, Ibu sangat tega menikahkan aku dengannya!" sambung Maya.
"Diam kamu. Daripada begini. Jadi perempuan bo--doh. Kamu mau saja memberikan dirimu ke Lelaki berandal gak jelas ini tanpa dapat apapun!" kata Farida berdecak marah.
"Saya akan bayar uang untuk kalian melepaskan Maya. Sudah cukup, jangan marahi lagi istri saya," kata Gala buka suara.
Dia dari tadi hanya diam saja menyimak tetapi perkataan Farida mertuanya malah ke sana ke mari, membuat Gala sebagai menantu tak punya harga diri.
"Hahaha ...mau bayar. Kamu mau bayar pake apa?" sahut Farida meremehkan mantu yang di bencinya.
**
Lelaki itupun pergi dari Gala. Setelah lelaki tadi pergi. Gala memperhatikan bukti yang di bawanya. Mata Gala melebar melihat ada photo yang dikenalnya. Ternyata benar, dia biang kerok semua ini. Gala juga melihat ada lelaki yang familiar di kenalnya. Di lihat lebih teliti lagi ternyata dia Doni, pacarnya Tisa yang di banggakan mertuanya juga terlibat dalam proyek ini. Mereka semua satu komplotan. Gala akan susun rencana lebih matang.Gala pergi dari pasar malam itu. Dia naik ke salah satu mobil. Di dalam mobil sudah ada Bastian. Gala berbicara padanya."Pak, bagaimana kabar anda? Anda banyak sekali berubah," katanya."Yah, keadaan yang mengubahku. Aku harus cari tahu lebih lanjut siapa dalang yang membuat Pabrik dan usaha turun temurun keluargaku nyaris bangkrut. Bagaimana denganmu?" tanya Gala dengan sorot matanya yang tajam."Saya sudah menjalankan semua yang Bapak perintahkan. Sepertinya memang mengarah ke orang yang Bapak curigai. Dialah dalangnya yang membuat masalah. Saya berha
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 21**Setelah berpamitan pada Maya malam itu, Gala melangkah keluar menuju motornya. Mesin dinyalakan dengan satu tarikan keras, dan dalam beberapa menit, Gala sudah melaju menuju markasnya, yang terletak di pinggir kota.Ketika Gala tiba, suasana di markasnya terasa mencekam. Beberapa anak buahnya tampak sibuk merawat luka akibat bentrokan dengan Genk Kelewang. Di tengah ruangan, seorang pemuda dari Genk Kelewang terlihat duduk di lantai, kedua tangannya terikat ke belakang dengan tali, wajahnya babak belur.Gala mendekat dengan langkah tenang namun penuh ancaman. "Siapa namamu?" tanyanya, suaranya rendah namun tegas.Pemuda itu menatap Gala dengan tatapan kosong, tak mengucapkan sepatah kata pun. Darah segar masih mengalir dari sudut bibirnya.Gala jongkok di depannya, menatapnya tajam. "Kenapa kalian menyerang kami? Apa yang kalian cari? Bukankah sudah ada tempat masing-masing. Jangan saling serang, Bodoh!"Lagi-lagi, tak ada jawaban. An
“Saya ucapkan terima kasih atas bantuannya tadi, tapi jangan berpikir bahwa hal ini mengubah apapun,” kata Bu Retno dengan dingin. "Kamu tetap tidak cocok untuk Yuda. Dia akan segera menikah dengan wanita pilihanku, seorang PNS juga. Kamu tidak punya tempat di hidupnya."Maya terdiam, hatinya seolah dicubit oleh kata-kata itu. Meski ia sudah menduganya, mendengar langsung dari mulut Bu Retno membuat semuanya terasa lebih nyata. Bagaimanapun, ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Yuda, apalagi jika keluarga Yuda menolaknya begitu keras.Kenapa ada manusia sampai bisa begitu meremehkan orang lain. Maya bersyukur di situasi ini dia sudah punya suami."Saya mengerti, Bu, Ibu tahu kalau saya juga sudah menikah," jawab Maya pelan. Tak ada gunanya membela diri atau memperpanjang perdebatan. Semua sudah jelas. Yuda akan segera menikah, dan bukan dengan dirinya. Kehidupan kini sudah berbeda. Maya juga sudah ikhlas dia tak bisa bersama Yuda. Tapi, kenapa hubungan ini malah di perburuk."Oh
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 20.Maya meraih dompet itu dengan tangan gemetar. Sejenak, ia terpaku melihat dompet yang tadinya ada di tangan copet kini berada di genggamannya. Suara riuh kejar-kejaran di belakangnya semakin menjauh ketika si copet lari kencang dikejar warga. Maya menarik napas lega. Setidaknya, ia berhasil mendapatkan dompet itu kembali.Ia segera berbalik dan mencari pemilik dompet tersebut. Di keramaian pasar yang sibuk, mata Maya tertumbuk pada seorang wanita paruh baya yang tampak gelisah. Wanita itu tampak cemas, sesekali meraba-raba tas di pinggangnya, seolah memastikan sesuatu. Maya mendekat dengan langkah cepat, hati-hati agar tidak terjatuh di jalanan berbatu.“Bu, ini dompetnya, kan?” Maya menyodorkan dompet itu kepada wanita tersebut.Wanita itu mengangkat wajah, matanya membulat terkejut saat melihat Maya. Maya pun merasakan hal yang sama. Wajah itu terlalu familiar untuk diabaikan. Wajah yang pernah ia lihat dalam beberapa kesempatan di ru
"Iya," jawab Maya. "May, kalau ada uang kamu jangan terlalu boros ingat Gala harus membayar dua ratus juta lagi ke ibu. Ya udah kalau kalian memang mau beli kasur baru juga nggak masalah. Tapi ingat juga kalian punya hutang ke ibu!" kata Farida. Maya terdiam saat Ibunya berkata begitu. Apa jadinya jika Ibunya tau kalau dia ada uang banyak yang diberikan Gala kemarin. Apa Ibunya akan mengambil semuanya. Gala berpesan tak perlu mereka tahu masalah uang yang di berikannya ke Maya. "Iya, Bu. Doakan ya Mas Gala bisa segera mendapatkan uang untuk memberikan Ibu 200 juta lagi," kata Maya. Farida hanya mencibir saja dan Tisa sedikit kesal. Dia juga di tuntut Ibu untuk memberikan uang seratus juta untuk lamaran. Tisa bingung bagaimana meminta ke Doni uang banyak begitu. "Mbak, makasih ya. Bang Gala dan kamu udah belanjain aku. Sayang sama kamu," kata Leo senang. Dia bisa mendapatkan peralatan sekolah dan semua serba baru. Maya hanya mengangguk saja dan membuat Tisa semakin kesal saja pad
SUAMIKU YANG DIHINA BUKAN PREMAN SEMBARANGAN 19.**Gala sedikit kesal ketika ada panggilan dari Bojes. Ada apa anak buahnya menghubunginya? Mungkin ada sesuatu hal yang penting. Kalau tidak, tidak mungkin Bojes menghubunginya malam-malam."Dek May. Saya angkat dulu telepon ya," kata Gala."Iya, Mas," ucap Maya.Gala pun menekan tombol hijau dan terhubunglah dengan anak buahnya. Kira-kira informasi apa yang akan diberikannya ke Gala."Halo," kata Gala setelah tersambung."Bang, halo Bang ... gawat, gawat, Bang," katanya."Kenapa? Gawat kenapa?" tanya Gala."Ada kerusuhan di pasar, Bang. Geng Kelewang nyerang, Bang!" kata Bojes."Apa ... kok bisa kalian gak jaga keamanan. Dia nyerang gimana?!" tanya Gala sedikit marah.Maya terheran ketika ekspresi suaminya seperti itu. Mungkin sedang ada masalah."Jaga, Bang. Elu ke sini dah bang. Kami juga udah habis-habisan buat perhitungan!" katanya."Ya udah gue datang.""Salah satu anak buahnya kita Sandra juga, Bang," kata Bojes."Elu hajar dia?
"Sudah ku bilang. Jangan mabok! Jangan pake barang haram. Lihat si emprit gara-gara mabok dan pake n4rkoba, dia di tangkap Polisi. Kita gak perlu membawa itu di sini!" kata Maulana marah ke anggotanya. Ternyata dia adalah bos mereka. Mereka semua patuh pada Maulana. Gala hanya menceritakan masalahnya ke Maulana saja. Dan Maulana memperkenalkan Gala sebagai teman dan saudaranya ke para anak buahnya. Gala bergaul dengan mereka untuk misi tertentu. Maulana tahu, dia mau membantu. Penampilan Gala pun mulai berubah sama seperti mereka. Dia juga ikut aktif dalam kegiatan swiping dan keamanan. Anggota mereka banyak juga yang jadi tukang parkir, menjaga keamanan warga di pasar. Ternyata pasar juga ada kelompoknya. Ada Kelompok Maulana dan kelompok musuhnya. Maulana tak mentarif uang ke pedagang. Mereka memberikan seikhlasnya. Maulana juga ramah ke mereka. Mereka biasanya sewa tempat juga seadanya. Beberapa ruko besar di pasar juga harus kelompok Maulana jaga dari gangguan, contohnya kebaka
SUAMIKU YANG DIHIN4 BUKAN PR3MAN SEMB4RANGAN 18.**"Mas, apa yang membuat resah hatimu. Kamu bisa berbagi denganku," kata Maya.Gala terlihat gusar. Mimpi itu sama seperti yang dia alami. Di pandangnya lagi Maya yang sibuk mengambilkan air minum untuknya. Air di nakas yang tertutup di berikan ke Gala. "Minum dulu, Mas," kata Gala. Gala mengambilnya dan meminumnya. Dia merasa lebih tenang setelah melihat Maya. Entah kenapa sikap lembut Maya membuat Gala begitu bahagia. Dia merasa di perlakukan dengan baik dan sepenuh hati. Jika dengan penampilan urakan, gak punya uang, Maya bisa sangat menghormatinya. Gala sangat bahagia berada di dekatnya. "Terima kasih ya, Dek May." Gala menghela napas panjang. Dia menatap wajah Maya lagi. Kasihan juga membangunkan istrinya. "May, Mas punya masa lalu yang cukup kelam. Tak bisa Mas lupakan. Sakit rasanya." Gala terlihat sedih mengatakan itu. Hatinya sakit mengingat hal itu. "Mas, jika aku bisa jadi pendengar mu. Aku akan mendengarkan. Mulutku
"Kamu tau nggak tadi keluarganya Gala datang kemari. Ibu pikir cuma datang-datang begitu aja. Nggak bawa apa-apa. Ternyata dia bawa uang 100 juta untuk memperistri Maya seutuhnya. Ya mana Ibu mau!" kata Farida."Maksudnya, Bu? Ibu nolak uang 100 juta yang diberikan keluarga Bang Gala?" tanya Tisa."Ya enggaklah. Cuman Ibu minta lagi kekurangannya 200 juta, mungkin Ibu bersedia cuma di kasih 100 juta. Ibu udah malu, jadi mereka harus bayar rasa malu Ibu!"Tisa menelan ludah mendengar Ibunya berkata begitu."Dari mana Bang Gala dapat uang, Bu?" tanyanya lagi."Dari jual kebonnya di kampung yang Ibu tau," kata Ibunya.Beberapa saat mereka terdiam dan larut dalam pikiran masing-masing. Tisa sedikit ragu apakah memberi mahar 40 juta ibunya akan terima ataukah meminta lebih. Jujur saja kalau meminta lebih mereka nggak punya uang."Doni, kamu harus berusaha keras ya memberikan yang terbaik untuk Tisa. Kamu tahu kan maksud ibu," kata Farida tersenyum dan masuk saja ke dalam rumah.Sebentar la