"Bertanggung jawab apa maksudmu, Indra! Kamu jangan semakin bercanda!" Yana menjadi gusar. Apa lagi noda darah begitu banyak bertebaran di atas kasur empuk itu.
"Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" seru Yana tak percaya jika dirinya dan Indra, Si bocah ingusan itu telah melakukan hubungan layaknya suami dan istri. "Tante, aku minta maaf. Aku memang tidak mengingat sedikit pun, apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi Tante harus tahu, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!" ujar Indra dari kesungguhan hatinya."Apa? Kamu mau bertanggung jawab? Apakah kamu sudah gila Indra? Aku lebih tua sebelas tahun dari mu! Kamu jangan bercanda, deh! Dasar bocah!" Yana kesal bukan kepalang saat ini."Apa, Tante? Aku hanya seorang bocah?""Yaiyalah! Malah pakai nanya lagi kamu!" ketus Yana lagi. Sepertinya sang wanita dewasa, sangat marah saat ini. Setelah memakai kembali pakaiannya, Yana berencana hendak ke luar dari kamar tersebut. "Cih! Tapi bocah inilah yang membuat Tante sampai berdarah-darah. Tuh ... lihat sendiri bukti nyata di atas kasur," sindir Indra sambil tersenyum sinis menatap ke arah Yana yang sedang emosi."Indra! Kamu!" Yana semakin kesal."Kenapa, Tante Yana Ilone Handoko? Yang ku katakan adalah kebenaran, kok." ucap pemuda itu.Melihat Yana yang ingin pergi dari situ, membuat Indra segera menahan tangannya dengan kuat."Mau ke mana kamu, Tante?""Indra, lepas! Kamu berani menahanku?""Tentu saja aku berani. Bahkan untuk mengulang yang tadi malam juga, aku masih kuat." Indra malah menatap Yana dengan tatapan mesum miliknya. "Indra! Kamu! Lepas!" Yana semakin naik pitam mendengar perkataan Indra yang sembarangan itu."Aku tidak akan melepasmu, Tante! Apa pun yang terjadi mulai saat ini kamu adalah milikku!""Apa? Jangan ngaco kamu!" tukas Yana tak suka."Aku mengatakan yang sesungguhnya Tante. Kali ini aku sangat serius. Bagaimana jika kamu hamil akibat perbuatan kita tadi malam?" seru Indra mulai memprovokasi Yana."Aku tidak mau ya! Anak kita lahir tanpa status yang jelas!" ujarnya lagi.Perkataan Indra kali ini, mampu membungkam bibir Yana untuk berbicara. Sepertinya wanita itu sedikit gentar dengan kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Indra."Duh, kenapa aku bisa terjebak dengan situasi ini?" kesal Yana dari dalam hatinya. Sementara jauh dari dalam lubuk hatinya, Indra sangat yakin jika mereka berdua hanyalah dijebak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Pasalnya, tubuhnya pagi ini sangat segar bugar. Tidak menunjukkan tanda-tanda jika dirinya kelelahan karena aktivitas ranjang. "Gue sangat yakin, jika gue dan Tante Yana telah dijebak oleh seseorang," gumamnya dalam hati. Namun pria itu sengaja menyembunyikan semuanya kepada Yana. Karena sejujurnya, Indra telah mulai jatuh hati kepadanya, wanita dewasa yang begitu keras kepala, independen, namun memiliki sikap yang sangat manja yang mampu membuat Indra menjadi gemas sendiri. "Kamu kenapa diam Tante cantik? Yang ku katakan ada benarnya, kan?" tuturnya sambil menatap wajah Tante Yana yang membuat hatinya menjadi deg-degan saat ini. "Terserah!" Yana tidak tahu hendak mengatakan apa lagi sekarang.Indra semakin mengulas senyumnya, sepertinya sang tante mulai tak berdaya dengan situasi yang terjadi saat ini. Pemuda itu menjadi ingat awal pertemuannya dengan Tante Yana. Kota Yogyakarta menjadi saksi abadi, awal berseminya cintanya kepada wanita dewasa itu.Mereka yang sama-sama kecewa karena orang yang mereka cintai malah memilih orang lain, membuat benih-benih cinta itu mulai tumbuh di hati Indra. Sang pria juga sangat yakin jika Yana memiliki perasaan yang sama dengannya. Akan tetapi perempuan itu sengaja menahannya, karena jarak umur diantara mereka yang terbentang sangat jauh.Namun Indra sungguh sangat diuntungkan dengan situasi pelik yang menimpa keduanya saat ini. Sang pria telah bertekad dari dalam hatinya, jika dia tidak akan melepaskan Tante Yana begitu saja. Dia akan menjadikan wanita dewasa itu menjadi istrinya. Terjadi keheningan sesaat diantara keduanya. Lalu tiba-tiba, pintu dibuka paksa dari luar. Dari arah pintu terlihat Nino dan Kaleb, sahabat dan asistennya."Indra! Gawat!" seru Nino dengan wajah serius."Tuan Muda! Ini benar-benar horor!" tutur Kaleb, sang asisten."Kalian berdua kenapa, sih? Main masuk ke sini tanpa permisi! Kami juga butuh privasi!" ujar Indra marah.Sementara Yana hanya bisa menunduk malu. Indra terus saja menggenggam tangannya tanpa sedikitpun ingin melepasnya."Sorry, Bro. Jika kami menerobos masuk. Tapi ini sangat penting," tukas Nino."Iya, Bos. Benar kata Tuan Nino. Saat ini, Anda sedang berada dalam kondisi gawat darurat." Kaleb juga ikut-ikutan angkat suara, yang membuat Indra menjadi semakin bingung.Dengan rasa penasaran, Indra pun berkata,"Kalian kenapa, sih? Nggak jelas banget! Penting! Darurat! Memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" seru Indra kepada keduanya. Lalu Kaleb pun menyalakan layar LED besar yang ada di dalam kamar itu. "Ada baiknya Anda dan Nona Yana, melihatnya." tutur Kaleb lagi. Keduanya pun fokus melihat apa yang sedang ditampilkan di layar besar itu. Alangkah kagetnya Yana dengan apa yang dirinya lihat di layar itu.Beberapa foto dan videonya bersama Indra telah tersebar luas di media."Ke ... Napa jadi begini? lirihnya sedih."Kurang ajar! Siapa yang berani-beraninya mengganggu privasi kami!" hardiknya penuh amarah."Tante, sepertinya kita harus memulai sandiwara," bisik Indra pelan di telinga Yana."Apa? Sandiwara?" sahutnya tak mengerti. "Ikuti saja semuanya, Tante!" ujar Indra lagi."Kaleb! Segera upayakan untuk menghapus video yang telah menyebar itu.""Siap, Tuan Muda." Sang asisten segera menghubungi seseorang untuk segera memproses penghapusan video itu.Nino, sang sahabat juga ikut menunjukkan anjloknya saham milik perusahaannya. Membuat Indra menjadi semakin frustasi.Yana menjadi kepikiran jika kedua orang tuanya juga pasti telah mengetahui kejadian menghebohkan ini. "Duh, bagaimana jika Papi dan Mami tahu tentang hal ini? Bagaimana caraku menjelaskannya?" ucapnya dalam hati.Saat ini dirinya dan Indra sedang duduk di ujung ranjang. Tangan Indra terlihat menggenggam erat jemari milik Yana. Mengisyaratkan perlindungannya kepada sang wanita. "Ndra ... kok jadi serius begini, sih?" Yana akhirnya mulai merasa jika hal ini menjadi sangat berat. "Makanya, tadi ku bilang. Kamu harus mengikuti rencanaku. Apa pun yang akan kukatakan, Tante harus mengiyakannya, okay?" bisik Indra.Yana tak dapat berbuat apa-apa selain menyetujui permintaan Indra. Walaupun dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh pria muda itu kepadanya. Lalu tiba-tiba, pintu kamar kembali dipaksa dibuka dari luar. Kedua orang tua Indra dan Asisten Aji terlihat mulai memasuki kamar mewah itu. Tuan Irwan dengan segera menatap tajam ke arah putranya. Seraya berkata, "Indra Aharon! Apa yang telah kamu lakukan!""Papi! Mami!" kaget Indra.Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu."Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah."Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas."Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya."Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," sahutnya tegas."Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Ka
"Nona, Anda jangan sembarangan menghajar Tuan Muda, Indra!" teriak Kaleb marah dan tidak terima dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Cici."Lho, memangnya kenapa? Lo pikir gue takut apa? Dia wajib digebukkin karena telah berani merusak masa depan sahabat gue!" teriaknya semakin lantang.Yana hendak angkat bicara, namun Cici tidak memberinya kesempatan untuk bicara.Lalu Nyonya Endang yang kesal dengan putranya, juga mulai angkat bicara, "Hajar saja, Nak! Jangan kasi ampun!" sergah sang ibu."Mami! Kok Mami malah mendukung jika aku dibikin babak belur, sih?" Indra menjadi kesal kepada ibunya."Karena kamu memang berada dipihak yang salah. Jadi untuk apa Mami membelamu?" ketus Nyonya Endang.Cici semakin berada di atas angin karena ibunda dari Indra malah mendukungnya."Lo pikir Lo siapa berani melakukan itu kepada Yana?" Anggi juga ikut-ikutan menyudutkan Indra.Namun dengan lantang Indra berkata, "Aku adalah pacarnya Yana!" "Apa?" kaget Anggi dan Cici berbarengan. Keduanya
Di sebuah apartemen,Seorang pria yang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Indra. Terlihat tersenyum puas menatap laptopnya, yang menunjukkan kondisi saham perusahaan yang baru saja dipimpin oleh rivalnya, Indra."Rasakan! Ini belum seberapa dengan apa yang akan aku lakukan kepadamu nantinya, Indra!" ketusnya penuh dendam.Victor pun kembali memutar video panas milik Indra hasil rancangannya. Sejenak pria itu tertegun melihat wajah wanita yang berada di dalam video tersebut. Bahkan Victor sampai melihat foto wajah wanita tersebut. Dia sampai menatapnya lekat-lekat."Kenapa wajah wanita cantik ini terasa familiar denganku?" Lalu dia pun bertanya kepada asistennya."Tono! Apakah ada informasi tentang gadis yang bersama Indra itu?" "Tidak ada, Tuan Muda. Maka hal itu yang memudahkan kami untuk menjebak keduanya tadi malam karena wanita itu masuk ke kamar bersama Tuan Indra dalam keadaan pingsan, tanpa membawa identitas sedikit pun," terang Tono."Baiklah. Apakah ada perkembangan terb
"Tunggu sebentar .... Papi, Tuan Candra. Apakah kalian telah menanyakan tentang rencana pernikahan ini kepada Yana dan Indra?" tanya Nyonya Lila penuh kebimbangan. Namun belum sempat sang suami menjawab keraguan isrtinya. Dari pintu utama, seorang Maid tertatih-tatih berjalan memasuki ruang tamu."Maid, ada apa? Kenapa Anda terlihat sangat terburu-buru?" tutur Nyonya Lila kepada asisten rumah tangganya. "Maaf Nyonya, di depan ada rombongan Nona Yana." Setelah berkata begitu, Yana yang diapit oleh Nyonya Endang Aharon mulai memasuki rumah Kediaman Handoko.Yana terlihat menunduk saat sang ibu menatapnya penuh curiga. Sementara Nyonya Endang terlihat menyapa semua orang yang ada di sana."Selamat pagi, Tuan Candra. Jeng Lila, apa kabar?""Kabar kami baik, Jeng. Mari silakan duduk," seru Nyonya Lila.Sang ibu juga terlihat kaget dengan penampilan putrinya yang begitu sangat cantik dan fresh. Namun entah kenapa Yana terlihat menunduk dari seperti sedang menyembunyikan sesuatu kepada sa
"Sayangku, pelan dong jalannya. Nanti aku bisa jatuh, lho?" Indra mengatakan itu karena Yana menyeretnya dengan cepat dan melangkah tergesa-gesa saat ini."Nggak usah manja deh Lo! Dasar bocah!" seru Yana sengit lalu menghempaskan tangan Indra begitu saja. Sesaat setelah mereka sampai di taman itu."Ya ampun, Tante Yana! Kasar banget sih, Lo?" "Kenapa? Lo nggak suka? Gue sengaja!""Yaiyalah, gue nggak suka! Lagian ya, gini-gini ... gue adalah calon suami Lo!" seru Indra kepada Yana. "Cih! Siapa juga yang mau nikah sama Lo? Dasar bocah ingusan! Jangan mimpi, Lo!" kesal Yana."Ha-ha-ha!" Indra malah menertawakan tingkah konyol perempuan itu."Indra Aharon! Ngapain Lo nertawain gue!" kesalnya lagi."Tentu saja gue tertawa. Karena menurut gue tingkah Lo sangat konyol saat ini, Tante!""Konyol bagaimana maksud, Lo?""Yaiyalah ... tingkah Lo saat ini sangat konyol. Bahkan melebihi konyol menurut gue!" ketus Indra."Indra .... bocah! Jelaskan dari sudut mana Lo mengatakan jika tingkah gu
"Terima kasih atas pujiannya, Mami. Kami sangat tersanjung. Iya kan, Sayang?" Satu kecupan bibir Indra mendarat di kening Yana. Yang membuatnya sangat kaget. Karena Indra sangat berani menciumnya di depan kedua orang tuanya."Duh ... so sweet banget kalian!" Nyonya Lila ikut memuji kemesraan yang ditampilkan oleh keduanya. Padahal semua hanyalah kepalsuan belaka. Sepertinya Indra hanya cinta sendiri kepada wanita dewasa itu. Akan tetapi sang pemuda tidak mempedulikannya sama sekali. Bahkan Indra sangat yakin dapat menaklukkan hati Tante Yana yang sangat keras itu.Pujian kedua ibu atas perlakuan manis dari Indra untuknya. Tidak serta merta membuat Yana tersanjung. Wanita itu malah menatap tajam ke arah Indra pertanda dirinya protes dengan tingkah sang pemuda.Namun Indra tidak menggubris tatapan menusuk dari Yana untuknya. Bahkan Indra melanjutkan aksi manisnya dengan menggeser kursi makan untuk Yana. Sehingga wanita kesayangannya itu dapat duduk untuk makan."Please ... sit down, Ba
Pemuda itu pun kembali masuk ke dalam rumah. Dia melihat jika semua orang telah selesai makan siang. Para orang tua terlihat sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga. Indra pun berjalan menuju ke arah mereka. Yana juga ikut bergabung duduk diantara para orang tua. Sang pria mendaratkan tubuhnya tepat di samping Yana. Wajahnya terlihat sangat serius, ditekuk, dan tanpa senyum sedikit pun. Tentu saja semua hanya sandiwara Indra saja. Demi untuk memuluskan semua rencananya."Indra, kamu mendapatkan telepon dari siapa? Kenapa wajahmu tak bersemangat begitu?" tanya Mami Endang kepada putranya."Aku baru mendapatkan kabar dari para kolegaku, Mi. Sebagian besar dari mereka ingin menarik investasi mereka di perusahan karena dampak dari saham yang sangat anjlok." serunya dengan mimik wajah sedih."Semua pasti karena kejadian tadi malam." Tuan Irwan ikut-ikutan angkat bicara. "Pi, Mi. Sepertinya aku dan Yana harus segera mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya dan rencana per
"Sial! Kenapa semua malah berbalik menjadi hal baik kepada Indra! Kurang ajar! Tono! Tolong jelaskan kenapa semua ini bisa terjadi!" teriak Viktor penuh amarah kepada asistennya."Ma ... maaf, Tuan Muda. Saya juga tidak tahu kenapa semuanya malah berbalik arah menjadi hal baik kepada Tuan Indra. Padahal semua telah saya lakukan sesuai perintah Anda, Tuan." jawab Tono sedikit terbata.Mata Viktor semakin terbelalak saat menyaksikan Indra menyematkan sebuah cincin permata di jari manis, Yana Ilone Handoko. Wanita yang selama ini dirinya sukai secara diam-diam."Bangsat Lo, Indra! Lo berani merebut wanita yang sangat aku sukai dari dulu." hardiknya penuh amarah."Tono sialan! Kenapa Lo menjebak Indra dengan Yana?""Hah? Yana? Yana itu siapa, Bos?" sahut Joko bingung.Tono sangat kaget dengan kemarahan yang ditampilkan oleh atasannya saat ini. Pasalnya sang asisten tidak tahu jika Viktor memiliki seorang wanita yang dirinya sangat sukai. Tono pun baru menyadarinya saat ikut menonton telev