Share

BAB. 6 Bocah Ingusan VS Tante Cantik

"Bertanggung jawab apa maksudmu, Indra! Kamu jangan semakin bercanda!" Yana menjadi gusar. Apa lagi noda darah begitu banyak bertebaran di atas kasur empuk itu.

"Tidak! Ini tidak mungkin terjadi!" seru Yana tak percaya jika dirinya dan Indra, Si bocah ingusan itu telah melakukan hubungan layaknya suami dan istri. 

"Tante, aku minta maaf. Aku memang tidak mengingat sedikit pun, apa yang telah terjadi tadi malam. Tapi Tante harus tahu, aku tidak akan lari dari tanggung jawabku!" ujar Indra dari kesungguhan hatinya.

"Apa? Kamu mau bertanggung jawab? Apakah kamu sudah gila Indra? Aku lebih tua sebelas tahun dari mu! Kamu jangan bercanda, deh! Dasar bocah!" Yana kesal bukan kepalang saat ini.

"Apa, Tante? Aku hanya seorang bocah?"

"Yaiyalah! Malah pakai nanya lagi kamu!" ketus Yana lagi. 

Sepertinya sang wanita dewasa, sangat marah saat ini. Setelah memakai kembali pakaiannya, Yana  berencana hendak ke luar dari kamar tersebut. 

"Cih! Tapi bocah inilah yang membuat Tante sampai berdarah-darah. Tuh ... lihat sendiri bukti nyata di atas kasur," sindir Indra sambil tersenyum sinis menatap ke arah Yana yang sedang emosi.

"Indra! Kamu!" Yana semakin kesal.

"Kenapa, Tante Yana Ilone Handoko? Yang ku katakan adalah kebenaran, kok." ucap pemuda itu.

Melihat Yana yang ingin pergi dari situ, membuat Indra segera menahan tangannya dengan kuat.

"Mau ke mana kamu, Tante?"

"Indra, lepas! Kamu berani menahanku?"

"Tentu saja aku berani. Bahkan untuk mengulang yang tadi malam juga, aku masih kuat." Indra malah menatap Yana dengan tatapan mesum miliknya. 

"Indra! Kamu! Lepas!" Yana semakin naik pitam mendengar perkataan Indra yang sembarangan itu.

"Aku tidak akan melepasmu, Tante! Apa pun yang terjadi mulai saat ini kamu adalah milikku!"

"Apa? Jangan ngaco kamu!" tukas Yana tak suka.

"Aku mengatakan yang sesungguhnya Tante. Kali ini aku sangat serius. Bagaimana jika kamu hamil akibat perbuatan kita tadi malam?" seru Indra mulai memprovokasi Yana.

"Aku tidak mau ya! Anak kita lahir tanpa status yang jelas!" ujarnya lagi.

Perkataan Indra kali ini, mampu membungkam bibir Yana untuk berbicara. Sepertinya wanita itu sedikit gentar dengan kalimat yang baru saja meluncur dari mulut Indra.

"Duh, kenapa aku bisa terjebak dengan situasi ini?" kesal Yana dari dalam hatinya. 

Sementara jauh dari dalam lubuk hatinya, Indra sangat yakin jika mereka berdua hanyalah dijebak oleh orang yang tidak bertanggung jawab. 

Pasalnya, tubuhnya pagi ini sangat segar bugar. Tidak menunjukkan tanda-tanda jika dirinya kelelahan karena aktivitas ranjang. 

"Gue sangat yakin, jika gue dan Tante Yana telah dijebak oleh seseorang," gumamnya dalam hati. 

Namun pria itu sengaja menyembunyikan semuanya kepada Yana. Karena sejujurnya, Indra telah mulai jatuh hati kepadanya, wanita dewasa yang begitu keras kepala, independen, namun memiliki sikap yang sangat manja yang mampu membuat Indra menjadi gemas sendiri. 

"Kamu kenapa diam Tante cantik? Yang ku katakan ada  benarnya, kan?" tuturnya sambil menatap wajah Tante Yana yang membuat hatinya menjadi deg-degan saat ini. 

"Terserah!" Yana tidak tahu hendak mengatakan apa lagi sekarang.

Indra semakin mengulas senyumnya, sepertinya sang tante mulai tak berdaya dengan situasi yang terjadi saat ini. 

Pemuda itu menjadi ingat awal pertemuannya dengan Tante Yana. Kota Yogyakarta menjadi saksi abadi, awal berseminya cintanya kepada wanita dewasa itu.

Mereka yang sama-sama kecewa karena orang yang mereka cintai malah memilih orang lain, membuat benih-benih cinta itu mulai tumbuh di hati Indra. Sang pria juga sangat yakin jika Yana memiliki perasaan

 yang sama dengannya. Akan tetapi perempuan itu sengaja menahannya, karena jarak umur diantara mereka yang terbentang sangat jauh.

Namun Indra sungguh sangat diuntungkan dengan situasi pelik yang menimpa keduanya saat ini. Sang pria telah bertekad dari dalam hatinya, jika dia tidak akan melepaskan Tante Yana begitu saja. Dia akan menjadikan wanita dewasa itu menjadi istrinya. 

Terjadi keheningan sesaat diantara keduanya. Lalu tiba-tiba, pintu dibuka paksa dari luar. Dari arah pintu terlihat Nino dan Kaleb, sahabat dan asistennya.

"Indra! Gawat!" seru Nino dengan wajah serius.

"Tuan Muda! Ini benar-benar horor!" tutur Kaleb, sang asisten.

"Kalian berdua kenapa, sih? Main masuk ke sini tanpa permisi! Kami juga butuh privasi!" ujar Indra marah.

Sementara Yana hanya bisa menunduk malu. Indra terus saja menggenggam tangannya tanpa sedikitpun ingin melepasnya.

"Sorry, Bro. Jika kami menerobos masuk. Tapi ini sangat penting," tukas Nino.

"Iya, Bos. Benar kata Tuan Nino. Saat ini, Anda sedang berada dalam kondisi gawat darurat." Kaleb juga ikut-ikutan angkat suara, yang membuat Indra menjadi semakin bingung.

Dengan rasa penasaran, Indra pun berkata,

"Kalian kenapa, sih? Nggak jelas banget! Penting! Darurat! Memangnya apa yang sebenarnya terjadi?" seru Indra kepada keduanya. 

Lalu Kaleb pun menyalakan layar LED besar yang ada di dalam kamar itu. 

"Ada baiknya Anda dan Nona Yana, melihatnya." tutur Kaleb lagi.

 Keduanya pun fokus melihat apa yang sedang ditampilkan di layar besar itu. Alangkah kagetnya Yana dengan apa yang dirinya lihat di layar itu.

Beberapa foto dan videonya bersama Indra telah tersebar luas di media.

"Ke ... Napa jadi begini? lirihnya sedih.

"Kurang ajar! Siapa yang berani-beraninya mengganggu privasi kami!" hardiknya penuh amarah.

"Tante, sepertinya kita harus memulai sandiwara," bisik Indra pelan di telinga Yana.

"Apa? Sandiwara?" sahutnya tak mengerti. 

"Ikuti saja semuanya, Tante!" ujar Indra lagi.

"Kaleb! Segera upayakan untuk menghapus video yang telah menyebar itu."

"Siap, Tuan Muda." Sang asisten segera menghubungi seseorang untuk segera memproses penghapusan video itu.

Nino, sang sahabat juga ikut menunjukkan anjloknya saham milik perusahaannya. Membuat Indra menjadi semakin frustasi.

Yana menjadi kepikiran jika kedua orang tuanya juga pasti telah mengetahui kejadian

 menghebohkan ini. 

"Duh, bagaimana jika Papi dan Mami tahu tentang hal ini? Bagaimana caraku menjelaskannya?" ucapnya dalam hati.

Saat ini dirinya dan Indra sedang duduk di ujung ranjang. Tangan Indra terlihat menggenggam erat jemari milik Yana. Mengisyaratkan 

perlindungannya kepada sang wanita. 

"Ndra ... kok jadi serius begini, sih?" Yana akhirnya mulai merasa jika hal ini menjadi sangat berat. 

"Makanya, tadi ku bilang. Kamu harus mengikuti rencanaku. Apa pun yang akan kukatakan, Tante harus mengiyakannya, okay?" bisik Indra.

Yana tak dapat berbuat apa-apa selain menyetujui permintaan Indra. Walaupun dia tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh pria muda itu kepadanya. 

Lalu tiba-tiba, pintu kamar kembali dipaksa dibuka dari luar. Kedua orang tua Indra dan Asisten Aji terlihat mulai memasuki kamar mewah itu. 

Tuan Irwan dengan segera menatap tajam ke arah putranya.

 Seraya berkata, 

"Indra Aharon! Apa yang telah kamu lakukan!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status