"Papi! Mami!" kaget Indra.
Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu."Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah."Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas."Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya."Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan semuanya," sahutnya tegas."Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Katakan segera! Siapa perempuan itu? Kenapa kalian sangat berani melakukan hal sejauh itu?" "Papi, Mami ... pernalkan dia bernama Yana Ilone Handoko. Yana adalah kekasih ku." ucapnya lagi-lagi tegas."Apa? Kekasihmu?" kaget Tuan dan Nyonya Aharon. "Iya ... Pi, Mi. Yana adalah pacarku," tutur Indra.Namun perkataannya itu, malah membuat Yana seketika menatapnya dengan sangat tajam. Namun Indra segera mengisyaratkan kepada perempuan itu untuk mengikuti saja semuanya saat ini."Tapi kok bisa kalian berdua pacaran?" tanya Nyonya Endang tak menyangka."Ya bisa dong, Mi. Aku, laki-laki dan Yana, perempuan. Kami telah saling mencintai sejak lama. Iya kan, Sayang?" Lalu dengan beraninya, Indra mencium kening Yana di depan kedua orang tuanya. Agar mereka semakin percaya dengan bualannya. Yana hanya mengangguk dan langsung tertunduk malu.Tuan dan Nyonya Aharon menjadi semakin percaya jika putranya tidak berbohong. Lalu Nyonya Endang berkata lagi,"Maksud Mami, sejak kapan kamu dan Yana pacaran? Mami tidak pernah tuh melihatmu memperkenalkannya kepada Papi dan Mami," selidik Nyonya Endang."He-he-he. Cinta kami bersemi saat aku dan timku study banding di Yogyakarta, Mi." serunya lagi."Oh, jadi Yana masuk dalam tim mu juga, Ndra?" Nyonya Endang semakin penasaran."Bukan, Mi.""Terus dia, siapa?" Nyonya Endang menjadi bingung dengan perkataan putranya.Yana menunduk malu, dia takut jika Indra jujur dengan dirinya yang sebenarnya. Apalagi jarak umur mereka terpaut cukup jauh. Pasti kedua orang tua Indra tidak akan menyetujui hubungan mereka. Jauh dari lubuk hati Yana, dia sangat berharap jika kedua orang tua Indra menolak kehadirannya. Sejujurnya Yana masih tidak percaya dengan kesungguhan hati Indra kepadanya. Apalagi pemuda itu baru tamat kuliah beberapa saat lalu dan baru saja mendapatkan jabatan barunya sebagai CEO muda di perusahaan milik keluarganya.Bahkan Yana telah mengambil tekad. Jika pun dirinya hamil karena perbuatan mereka tadi malam. Dia akan membesarkan anak itu sendirian. Sebegitu kecewanya perempuan itu tentang cinta.Bertahun-tahun lamanya Yana memupuk rasa cinta kepada seorang Fred. Namun pria itu tidak pernah menoleh ke arahnya sedikit pun. Bahkan pemuda itu melilih seorang wanita muda yang baru beberapa saat dirinya kenal.Tiba-tiba lamunan Yana terhenti saat Tuan Irwan kembali angkat bicara, "Tunggu sebentar, Mi. Papi ingin bertanya kepadanya. Yana, apakah kamu anaknya Tuan Chandra Handoko?" "I ... iya, Om. Tolong maafkan kesalahan kami," ucapnya sambil masih tetap menunduk."Papi kok bisa kenal dengan Om Chandra?" ucap Indra sedikit kaget. "Indra! Tuan Chandra Handoko adalah sahabat Papi sejak kuliah. Beliau juga kolega istimewa dari perusahaan kita! Kamu kok berani banget menyentuh putrinya? Mau ditaruh di mana wajah Papi sekarang?" Tuan Irwan Aharon berpikir jika putra tunggalnya tidak sepadan dengan Yana. Mengingat jabatan gadis itu di perusahaan ayahnya sebagai direktur keuangan, yang tentunya memiliki jam kerja yang padat. Tidak seperti Indra yang baru beberapa saat yang lalu tamat kuliah dan langsung dipercayakan sebagai CEO muda karena kecerdasannya."Ya ... maaf, Papi. Aku kan nggak tahu apa-apa. Lagian aku dan Yana sama-sama saling mencintai. Kalian tinggal merestui hubungan kami berdua. Agar kami bisa secepatnya menikah," harap Indra dari kesungguhan hatinya.Yana yang dari tadi menunduk. Segera menegakkan kepalanya mendengar ucapan Indra yang begitu menohok itu. "Kita harus nikah secepatnya, Cintaku! Aku tidak mau perutmu lebih dulu membesar dan kita belum menjadi pasangan resmi."Lalu secara spontan Nyonya Endang mendekati Yana dan duduk di samping calon menantunya."Calon menantu Mami yang sangat cantik, apakah kamu capek tadi malam?" ucap Nyonya Endang sambil membelai rambut Yana dengan lembut. Sang ibu mertua sekilas melihat kain seprei yang penuh dengan noda darah yang mulai mengering. "Hah? Ca ... capek?" ulang Yana. "Mami ... apaan, sih! Ya jelas dong kami capek tadi malam," seru Indra, kemudian semakin merapatkan tubuhnya kepada Yana.Namun dengan cepat Nyonya Endang menjauhkan Yana dari putranya."Kamu jangan pernah dekat-dekat dengan Yana lagi! Sebelum kalian resmi menikah." tukas sang ibu."Apaan sih, Mami! Peraturan dari mana itu?""Peraturan dari Papi dan Mami!" Kali ini Tuan Irwan yang angkat bicara. "Papi kok ikut-ikutan, sih?" Indra tetap saja protes."Diam, kamu! Jangan membantah lagi. Mami, kamu dampingi Yana. Kaleb, Nino. Kalian kawal mereka. Cari jalan yang aman untuk ke luar dari tempat ini, hindari kerumunan para wartawan. Aji, Anda ikut saya." Tuan Irwan membagi-bagi tugas semua orang.Sementara dirinya sendiri akan menuju ke Kediaman Handoko.Tuan Irwan ingin menemui Tuan Candra secara langsung dan meminta maaf kepadanya atas keteledoran Indra, putranya terhadap Yana. Yana akan dibawa oleh Nyonya Endang ke salon dan spa untuk merawat sang calon menantu. Beliau juga ingin me-make over Yana. Karena setelah ini, mereka akan menyusul ke Kediaman Handoko, menyusul Tuan Irwan yang telah lebih dulu ke sana.Anggi dan Cici yang dari tadi malam mencari Yana, akhirnya mereka bertemu juga pagi ini.Keduanya segera menghampiri Yana yang hendak bersiap-siap ke luar dari bar itu."Yana, are you okay?" tanya Anggi, lalu memeriksa satu persatu bagian tubuh sahabatnya. Bahkan dengan kasarnya, Anggi menarik tubuh Yana dari Nyonya Endang.Sementara Si tomboy, Cici menatap tajam ke arah Indra. Lalu dengan cepat gadis itu menginjak kaki Indra dengan keras. Sambil berkata,"Dasar pria brengsek! Berani-beraninya Lo menyentuh Yana!""Auch ...!" Indra mengaduh kesakitan.Ternyata Cici belum puas juga. Dia ingin melayangkan kepalan tangannya di wajah tampan milik Indra. Namun dengan cepat Kaleb dan Nino segera menahan tangan sang gadis. "Hei! Lepaskan! Aku ingin menghajarnya!" teriak Cici marah."Nona, Anda jangan sembarangan menghajar Tuan Muda, Indra!" teriak Kaleb marah dan tidak terima dengan sikap arogansi yang ditunjukkan oleh Cici."Lho, memangnya kenapa? Lo pikir gue takut apa? Dia wajib digebukkin karena telah berani merusak masa depan sahabat gue!" teriaknya semakin lantang.Yana hendak angkat bicara, namun Cici tidak memberinya kesempatan untuk bicara.Lalu Nyonya Endang yang kesal dengan putranya, juga mulai angkat bicara, "Hajar saja, Nak! Jangan kasi ampun!" sergah sang ibu."Mami! Kok Mami malah mendukung jika aku dibikin babak belur, sih?" Indra menjadi kesal kepada ibunya."Karena kamu memang berada dipihak yang salah. Jadi untuk apa Mami membelamu?" ketus Nyonya Endang.Cici semakin berada di atas angin karena ibunda dari Indra malah mendukungnya."Lo pikir Lo siapa berani melakukan itu kepada Yana?" Anggi juga ikut-ikutan menyudutkan Indra.Namun dengan lantang Indra berkata, "Aku adalah pacarnya Yana!" "Apa?" kaget Anggi dan Cici berbarengan. Keduanya
Di sebuah apartemen,Seorang pria yang umurnya lebih tua beberapa tahun dari Indra. Terlihat tersenyum puas menatap laptopnya, yang menunjukkan kondisi saham perusahaan yang baru saja dipimpin oleh rivalnya, Indra."Rasakan! Ini belum seberapa dengan apa yang akan aku lakukan kepadamu nantinya, Indra!" ketusnya penuh dendam.Victor pun kembali memutar video panas milik Indra hasil rancangannya. Sejenak pria itu tertegun melihat wajah wanita yang berada di dalam video tersebut. Bahkan Victor sampai melihat foto wajah wanita tersebut. Dia sampai menatapnya lekat-lekat."Kenapa wajah wanita cantik ini terasa familiar denganku?" Lalu dia pun bertanya kepada asistennya."Tono! Apakah ada informasi tentang gadis yang bersama Indra itu?" "Tidak ada, Tuan Muda. Maka hal itu yang memudahkan kami untuk menjebak keduanya tadi malam karena wanita itu masuk ke kamar bersama Tuan Indra dalam keadaan pingsan, tanpa membawa identitas sedikit pun," terang Tono."Baiklah. Apakah ada perkembangan terb
"Tunggu sebentar .... Papi, Tuan Candra. Apakah kalian telah menanyakan tentang rencana pernikahan ini kepada Yana dan Indra?" tanya Nyonya Lila penuh kebimbangan. Namun belum sempat sang suami menjawab keraguan isrtinya. Dari pintu utama, seorang Maid tertatih-tatih berjalan memasuki ruang tamu."Maid, ada apa? Kenapa Anda terlihat sangat terburu-buru?" tutur Nyonya Lila kepada asisten rumah tangganya. "Maaf Nyonya, di depan ada rombongan Nona Yana." Setelah berkata begitu, Yana yang diapit oleh Nyonya Endang Aharon mulai memasuki rumah Kediaman Handoko.Yana terlihat menunduk saat sang ibu menatapnya penuh curiga. Sementara Nyonya Endang terlihat menyapa semua orang yang ada di sana."Selamat pagi, Tuan Candra. Jeng Lila, apa kabar?""Kabar kami baik, Jeng. Mari silakan duduk," seru Nyonya Lila.Sang ibu juga terlihat kaget dengan penampilan putrinya yang begitu sangat cantik dan fresh. Namun entah kenapa Yana terlihat menunduk dari seperti sedang menyembunyikan sesuatu kepada sa
"Sayangku, pelan dong jalannya. Nanti aku bisa jatuh, lho?" Indra mengatakan itu karena Yana menyeretnya dengan cepat dan melangkah tergesa-gesa saat ini."Nggak usah manja deh Lo! Dasar bocah!" seru Yana sengit lalu menghempaskan tangan Indra begitu saja. Sesaat setelah mereka sampai di taman itu."Ya ampun, Tante Yana! Kasar banget sih, Lo?" "Kenapa? Lo nggak suka? Gue sengaja!""Yaiyalah, gue nggak suka! Lagian ya, gini-gini ... gue adalah calon suami Lo!" seru Indra kepada Yana. "Cih! Siapa juga yang mau nikah sama Lo? Dasar bocah ingusan! Jangan mimpi, Lo!" kesal Yana."Ha-ha-ha!" Indra malah menertawakan tingkah konyol perempuan itu."Indra Aharon! Ngapain Lo nertawain gue!" kesalnya lagi."Tentu saja gue tertawa. Karena menurut gue tingkah Lo sangat konyol saat ini, Tante!""Konyol bagaimana maksud, Lo?""Yaiyalah ... tingkah Lo saat ini sangat konyol. Bahkan melebihi konyol menurut gue!" ketus Indra."Indra .... bocah! Jelaskan dari sudut mana Lo mengatakan jika tingkah gu
"Terima kasih atas pujiannya, Mami. Kami sangat tersanjung. Iya kan, Sayang?" Satu kecupan bibir Indra mendarat di kening Yana. Yang membuatnya sangat kaget. Karena Indra sangat berani menciumnya di depan kedua orang tuanya."Duh ... so sweet banget kalian!" Nyonya Lila ikut memuji kemesraan yang ditampilkan oleh keduanya. Padahal semua hanyalah kepalsuan belaka. Sepertinya Indra hanya cinta sendiri kepada wanita dewasa itu. Akan tetapi sang pemuda tidak mempedulikannya sama sekali. Bahkan Indra sangat yakin dapat menaklukkan hati Tante Yana yang sangat keras itu.Pujian kedua ibu atas perlakuan manis dari Indra untuknya. Tidak serta merta membuat Yana tersanjung. Wanita itu malah menatap tajam ke arah Indra pertanda dirinya protes dengan tingkah sang pemuda.Namun Indra tidak menggubris tatapan menusuk dari Yana untuknya. Bahkan Indra melanjutkan aksi manisnya dengan menggeser kursi makan untuk Yana. Sehingga wanita kesayangannya itu dapat duduk untuk makan."Please ... sit down, Ba
Pemuda itu pun kembali masuk ke dalam rumah. Dia melihat jika semua orang telah selesai makan siang. Para orang tua terlihat sedang duduk-duduk santai di ruang keluarga. Indra pun berjalan menuju ke arah mereka. Yana juga ikut bergabung duduk diantara para orang tua. Sang pria mendaratkan tubuhnya tepat di samping Yana. Wajahnya terlihat sangat serius, ditekuk, dan tanpa senyum sedikit pun. Tentu saja semua hanya sandiwara Indra saja. Demi untuk memuluskan semua rencananya."Indra, kamu mendapatkan telepon dari siapa? Kenapa wajahmu tak bersemangat begitu?" tanya Mami Endang kepada putranya."Aku baru mendapatkan kabar dari para kolegaku, Mi. Sebagian besar dari mereka ingin menarik investasi mereka di perusahan karena dampak dari saham yang sangat anjlok." serunya dengan mimik wajah sedih."Semua pasti karena kejadian tadi malam." Tuan Irwan ikut-ikutan angkat bicara. "Pi, Mi. Sepertinya aku dan Yana harus segera mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan semuanya dan rencana per
"Sial! Kenapa semua malah berbalik menjadi hal baik kepada Indra! Kurang ajar! Tono! Tolong jelaskan kenapa semua ini bisa terjadi!" teriak Viktor penuh amarah kepada asistennya."Ma ... maaf, Tuan Muda. Saya juga tidak tahu kenapa semuanya malah berbalik arah menjadi hal baik kepada Tuan Indra. Padahal semua telah saya lakukan sesuai perintah Anda, Tuan." jawab Tono sedikit terbata.Mata Viktor semakin terbelalak saat menyaksikan Indra menyematkan sebuah cincin permata di jari manis, Yana Ilone Handoko. Wanita yang selama ini dirinya sukai secara diam-diam."Bangsat Lo, Indra! Lo berani merebut wanita yang sangat aku sukai dari dulu." hardiknya penuh amarah."Tono sialan! Kenapa Lo menjebak Indra dengan Yana?""Hah? Yana? Yana itu siapa, Bos?" sahut Joko bingung.Tono sangat kaget dengan kemarahan yang ditampilkan oleh atasannya saat ini. Pasalnya sang asisten tidak tahu jika Viktor memiliki seorang wanita yang dirinya sangat sukai. Tono pun baru menyadarinya saat ikut menonton telev
IEI Corp,Pagi Senin yang cerah, di sebuah ruang meeting, Tuan Irwan sedang memimpin rapat terbatas dengan para petinggi perusahaan dalam rangka membahas skandal yang telah dilakukan oleh Indra yang baru saja menjabat sebagai CEO di perusahaan miliknya itu."Tentunya Anda sekalian telah melihat konferensi pers yang diadakan oleh Indra beberapa waktu yang lalu. Jika putra saya akan bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah pribadinya secepatnya. Kami selaku keluarga besar Aharon juga mendukung penuh rencana pernikahan Indra yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini," ujar Tuan Irwan menjelaskan kepada semua orang yang berada di dalam ruangan itu.Lalu Asisten Aji menyalakan layar LED besar yang ada di dalam ruangan meeting itu."Mohon perhatiannya sebentar, untuk melihat di layar." Setelah berkata seperti itu, tiba-tiba Indra muncul di layar besar tersebut. Sembari berkata,"Halo, semuanya? Bagaimana kabar kalian sekalian? Saya harap baik-baik saja. Seperti halnya dengan saya s