Share

BAB. 7 Calon Menantu Yang Cantik

"Papi! Mami!" kaget Indra.

Sementara dengan spontan Yana bersembunyi di belakang punggung lebar pria muda itu.

"Indra, aku takut!" bisiknya penuh kecemasan.

Indra dapat merasakan ketakutan Yana. Tiba-tiba saja tangan wanita itu, yang berada di dalam genggamannya dari tadi, menjadi sangat dingin. Mengisyaratkan rasa takut yang mulai mengintainya. 

Kebetulan layar LED itu masih menyala, yang menunjukkan foto-foto keintiman diantara Yana dan Indra. Lalu sang ayah berkata lagi,

"Kamu sudah melihat perbuatanmu? Semuanya telah menjadi sangat heboh sekarang!" hardik sang ayah.

"Maaf, Pi. Aku sangat menyesal atas kejadian ini," ucap Indra tegas.

"Maaf, kamu bilang? Setelah apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mencoreng nama baik keluarga besar kita, Indra! Kamu sudah tahu, jika saham perusahaan terjun bebas pagi ini!" hardik Tuan Irwan tak dapat menahan emosinya.

"Maaf, Papi. Saya akan mempertanggungjawabkan 

semuanya," sahutnya tegas.

"Tanggung jawab apa yang hendak kamu lakukan Indra! Katakan segera! Siapa perempuan itu? Kenapa kalian sangat berani melakukan hal sejauh itu?" 

"Papi, Mami ... pernalkan dia bernama Yana Ilone Handoko. Yana adalah kekasih ku." ucapnya lagi-lagi tegas.

"Apa? Kekasihmu?" kaget Tuan dan Nyonya Aharon. 

"Iya ... Pi, Mi. Yana adalah pacarku," tutur Indra.

Namun perkataannya itu, malah membuat Yana 

seketika menatapnya dengan sangat tajam. Namun Indra segera mengisyaratkan kepada perempuan itu untuk mengikuti saja semuanya saat ini.

"Tapi kok bisa kalian berdua pacaran?" tanya Nyonya Endang tak menyangka.

"Ya bisa dong, Mi. Aku, laki-laki dan Yana, perempuan. Kami telah saling mencintai sejak lama. Iya kan, Sayang?" Lalu dengan beraninya, Indra mencium kening Yana di depan kedua orang tuanya. Agar mereka semakin percaya dengan bualannya. 

Yana hanya mengangguk dan langsung tertunduk malu.

Tuan dan Nyonya Aharon menjadi semakin percaya jika putranya tidak berbohong. Lalu Nyonya Endang berkata lagi,

"Maksud Mami, sejak kapan kamu dan Yana pacaran? Mami tidak pernah tuh melihatmu memperkenalkannya kepada Papi dan Mami," selidik Nyonya Endang.

"He-he-he. Cinta kami bersemi saat aku dan timku study banding di Yogyakarta, Mi." serunya lagi.

"Oh, jadi Yana masuk dalam tim mu juga, Ndra?" Nyonya Endang semakin penasaran.

"Bukan, Mi."

"Terus dia, siapa?" Nyonya Endang menjadi bingung dengan perkataan putranya.

Yana menunduk malu, dia takut jika Indra jujur dengan dirinya yang sebenarnya. Apalagi jarak umur mereka terpaut cukup jauh. Pasti kedua orang tua Indra tidak akan menyetujui hubungan mereka. 

Jauh dari lubuk hati Yana, dia sangat berharap jika kedua orang tua Indra menolak kehadirannya. Sejujurnya Yana masih tidak percaya dengan kesungguhan hati Indra kepadanya. Apalagi pemuda itu baru tamat kuliah beberapa saat lalu dan baru saja mendapatkan jabatan barunya sebagai CEO muda di perusahaan milik keluarganya.

Bahkan Yana telah mengambil tekad. Jika pun dirinya hamil karena perbuatan mereka tadi malam. Dia akan membesarkan anak itu sendirian. Sebegitu kecewanya perempuan itu tentang cinta.

Bertahun-tahun lamanya Yana memupuk rasa cinta kepada seorang Fred. Namun pria itu tidak pernah menoleh ke arahnya sedikit pun. Bahkan pemuda itu melilih seorang wanita muda yang baru beberapa saat dirinya kenal.

Tiba-tiba lamunan Yana terhenti saat Tuan Irwan kembali angkat bicara, 

"Tunggu sebentar, Mi. Papi ingin bertanya kepadanya. Yana, apakah kamu anaknya Tuan Chandra Handoko?" 

"I ... iya, Om. Tolong maafkan kesalahan kami," ucapnya sambil masih tetap 

menunduk.

"Papi kok bisa kenal dengan Om Chandra?" ucap Indra sedikit kaget. 

"Indra! Tuan Chandra Handoko adalah sahabat Papi sejak kuliah. Beliau juga kolega istimewa dari perusahaan kita! Kamu kok berani banget menyentuh putrinya? Mau ditaruh di mana wajah Papi sekarang?" 

Tuan Irwan Aharon berpikir jika putra tunggalnya tidak sepadan dengan Yana. Mengingat jabatan gadis itu di perusahaan ayahnya sebagai direktur keuangan, yang tentunya memiliki jam kerja yang padat. Tidak seperti Indra yang baru beberapa saat yang lalu tamat kuliah dan langsung

 dipercayakan sebagai CEO muda karena kecerdasannya.

"Ya ... maaf, Papi. Aku kan nggak tahu apa-apa. Lagian aku dan Yana sama-sama saling mencintai. Kalian tinggal merestui hubungan kami berdua. Agar kami bisa secepatnya menikah," harap Indra dari kesungguhan hatinya.

Yana yang dari tadi menunduk. Segera menegakkan kepalanya mendengar ucapan Indra yang begitu menohok itu. 

"Kita harus nikah secepatnya, Cintaku! Aku tidak mau perutmu lebih dulu membesar dan kita belum menjadi pasangan resmi."

Lalu secara spontan Nyonya Endang mendekati Yana dan duduk di samping calon menantunya.

"Calon menantu Mami yang sangat cantik, apakah kamu capek tadi malam?" ucap Nyonya Endang sambil membelai rambut Yana dengan lembut. 

Sang ibu mertua sekilas melihat kain seprei yang penuh dengan noda darah yang mulai mengering. 

"Hah? Ca ... capek?" ulang Yana. 

"Mami ... apaan, sih! Ya jelas dong kami capek tadi malam," seru Indra, kemudian semakin merapatkan tubuhnya kepada Yana.

Namun dengan cepat Nyonya Endang menjauhkan Yana dari putranya.

"Kamu jangan pernah dekat-dekat dengan Yana lagi! Sebelum kalian resmi 

menikah." tukas sang ibu.

"Apaan sih, Mami! Peraturan dari mana itu?"

"Peraturan dari Papi dan Mami!" Kali ini Tuan Irwan yang angkat bicara. 

"Papi kok ikut-ikutan, sih?" Indra tetap saja protes.

"Diam, kamu! Jangan membantah lagi. Mami, kamu dampingi Yana. Kaleb, Nino. Kalian kawal mereka. Cari jalan yang aman untuk ke luar dari tempat ini, hindari kerumunan para wartawan. Aji, Anda ikut saya." Tuan Irwan membagi-bagi tugas semua orang.

Sementara dirinya sendiri akan menuju ke Kediaman Handoko.

Tuan Irwan ingin menemui Tuan Candra secara langsung dan meminta maaf kepadanya atas keteledoran Indra, putranya terhadap Yana. 

Yana akan dibawa oleh Nyonya Endang ke salon dan spa untuk merawat sang calon menantu. Beliau juga ingin me-make over Yana. Karena setelah ini, mereka akan menyusul ke Kediaman Handoko, menyusul Tuan Irwan yang telah lebih dulu ke sana.

Anggi dan Cici yang dari tadi malam mencari Yana, akhirnya mereka bertemu juga pagi ini.

Keduanya segera menghampiri Yana yang hendak bersiap-siap ke luar dari bar itu.

"Yana, are you okay?" tanya Anggi, lalu memeriksa satu persatu bagian tubuh sahabatnya. Bahkan dengan kasarnya, Anggi menarik tubuh Yana dari Nyonya Endang.

Sementara Si tomboy, Cici menatap tajam ke arah Indra. Lalu dengan cepat gadis itu menginjak kaki Indra dengan keras. Sambil berkata,

"Dasar pria brengsek! Berani-beraninya Lo menyentuh Yana!"

"Auch ...!" Indra mengaduh kesakitan.

Ternyata Cici belum puas juga. Dia ingin melayangkan kepalan tangannya di wajah tampan milik Indra. Namun dengan cepat Kaleb dan Nino segera menahan tangan sang gadis.

 

"Hei! Lepaskan! Aku ingin menghajarnya!" teriak Cici marah.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status