Home / Romansa / SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER / Bab 107. Kenapa masih peduli padaku?

Share

Bab 107. Kenapa masih peduli padaku?

Author: Nanitamam
last update Last Updated: 2025-12-18 08:02:04

Syafana refleks tertegun saat pertanyaan itu keluar dari mulut Tuan Alexander. Tangannya yang semula menggenggam tas kecil di pangkuan mengendur pelan. Ia menoleh, menatap pria itu dengan raut wajah tak percaya.

Tuan Alexander sendiri seperti tersadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Ia buru-buru memalingkan wajah sambil membuang napas panjang.

Syafana menelan ludah, lalu menjawab setenang mungkin.

“Nggak terlalu parah, Tuan. Cuma enam jahitan. Luar dan dalam.”

Kalimat itu keluar begitu saja, tanpa nada mengeluh. Tanpa dendam. Tanpa menyalahkan siapa pun.

Justru itu yang membuat Tuan Alexander tertegun.

"Dia terluka separah itu ternyata," batin Tuan Alexander.

Ia menatap kosong ke depan, dadanya terasa sesak oleh sesuatu yang asing. Apa ini simpati? Rasa iba? Atau hatinya mulai luluh? Selama ini, sikapnya pada Syafana bukan sekadar dingin, ia kasar, sinis, bahkan kejam. Namun gadis itu masih bisa berbicara setenang ini, seolah semua luka hanya sebatas fisik.

Syafana menyadari t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 117. Nikah dulu!

    "Astaga, luar biasa. Kekasihnya yang hamil tapi malah pria konyol itu yang pingsan," geram Ivander sambil mengendarai mobilnya. Di depannya, mobil melaju cepat melewati jalan raya, bunyi sirene ambulans yang menjerit membelah kepadatan jalanan ibu kota. Beberapa menit lalu, Ivander bergegas masuk ke dalam toilet wanita saat mendengar panggilan Syafana. Dia terkejut melihat Erlang yang hampir tidak pernah sakit itu tergeletak dilantai. Tanpa pikir panjang, Ivander menelpon ambulans. Tubuh Erlang digotong oleh karyawan setelah Syafana menelpon bagian office boy. Di dalam ambulans, Ghaisa duduk dengan tubuh yang kaku, tangannya menekan perutnya dengan erat, mata memandang langit yang mendung dengan tatapan bingung. Di sebelahnya, Syafana memegang tangannya erat.“Jangan khawatir, ada aku Ghaisa,” bisik Syafana.Ghaisa hanya mengangguk, tidak mampu berkata apa-apa.Begitu sampai IGD rumah sakit, petugas medis langsung mendekati dan membawa Erlang yang masih pingsan ke ranjang darurat.

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 116. Ghaisa hamil

    "Ghaisa, kamu dimana?" Langkah kaki Erlang memecah keheningan koridor, kaki-kakinya melesat keluar ruangan Ivander tanpa menoleh. Ivander dan Syafana saling berpandangan sejenak heran. "Apa terjadi sesuatu pada Ghaisa?" tanya Ivander. Syafana memutar bola matanya. "Mana saya tahu, Pak." "Kita susul!" Tanpa ragu, Syafana beranjak dari tempat duduk dan keluar ruangan, mengikuti jejak Erlang, napasnya tersengal-sengal karena berlari terlalu cepat. Di sebelahnya, Ivander menyusul dengan langkah yang lebih terkontrol tapi matanya penuh kecemasan. “Apa yang terjadi?” tanya Ivander, nafasnya juga terengah-engah saat mencoba menyamai langkah mereka. Erlang tidak berhenti. Bibirnya memerah, rahangnya mengeras seolah menahan serangan amarah. “Ghaisa,” katanya dengan lirih. “Dia menelepon dengan suara yang menjerit dan minta tolong.” Syafana terkejut. Jantungnya berdebar kencang, seolah mau melesat keluar dari dada. Dia meningkatkan kecepatan lagi, tapi tangannya Ivander tiba-tiba

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 115. Hidung Ivander sensitif

    Di kantor, udara terasa tenang sampai aroma parfum menyebar dengan cepat. Ivander duduk di depan tumpukan berkas, Erlang dan Rafli berdiri di depannya menunggunya menandatangani giro dan cek. Namun, tiba-tiba aroma parfum melewati hidung Ivander, seolah ada sesuatu yang tidak pas di antara wangi ruangan ini. Ia menoleh, menatap Pak Rafli dengan tatapan tajam. “Parfum apa yang Bapak pakai?” “Limited edition dari merk terkenal, Pak,” jawab Rafli dengan nada yang bangga.“Tapi, kenapa baunya seperti bangkai ayam?”Ivander segera menutup mulutnya. Bau itu bukan cuma tidak sedap yang benar-benar menyengat tenggorokan sampai dia merasa tercekik. Perutnya bergejolak kencang, rasa mual membanjiri badannya. Dia menatap Erlang dengan pandangan yang geram, lalu berdiri cepat dan lari ke arah kamar mandi.Kepergian Ivander yang tergesa-gesa membuat Rafli terbengong. Dengan cepat ia mengendus aroma di sekitar tubuhnya untuk memastikan. Tidak ada yang aneh. Ia mendekat ke Erlang dengan langkah

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 114. Menemui kakak Ernest

    “Apa maksud anda, Tuan? Kenapa bertanya apa bisa aku lakukan jika anda mau membantuku? Apa anda tidak marah pada mereka yang membuat Ernest mati?” cercah Celina dengan wajah heran dan kaget mendapat pertanyaan di luar dugaan. Sejak mendengar kabar kedatangan Ganesha ke Indonesia, Celina telah menguras semua jalur untuk bertemu dia. Pria itu hanya meraih sebatang rokok dan mulai menyalakannya. Tatapan matanya menggelap seraya berdiri. Dengan langkah tegap, ia mendekatinya ke sampai bayangannya menutupi cahaya di belakang Celina. Jemarinya menyentuh dagu Celina, menarik dengan kekuatan yang cukup untuk membuat kepalanya mendongak. “Aku bukan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa! Ernest memang adikku. Tapi ayah kami sudah lama mencoretnya dari semua daftar, ahli waris, keluarga, bahkan dari ingatannya.”Bola mata Celina meledak melebar mendengarnya. Ganesha tidak bergerak, hanya menghisap rokoknya dengan santai, lalu menghembuskan asapnya langsung ke wajah Celina. “Huuk! Huuk!”Celin

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 113. Apa yang akan kamu berikan?

    "Akhirnya aku sampai." Celina melangkah keluar dari taksi, tangannya dengan cepat menekan topi agar tidak terlepas oleh angin. Masker di wajahnya membuat napasnya terasa sempit, tapi ia tidak peduli yang paling penting, dia tidak boleh dikenali. Lantas ia mengangkat kepala, dan mata dia langsung terjebak pada mansion mewah di depannya, membuat Celina menghela nafas panjang, dada dia naik turun pelan. “Kamu pasti bisa Celina,” bisiknya pada diri sendiri, berusaha keras untuk menenangkan debaran jantung yang semakin tak karuan. Celina menghela napas panjang sekali lagi, napasnya terasa dingin menyentuh tenggorokan. Ia meremas bagian ujung bajunya dengan kuat, lalu melangkah perlahan menuju petugas keamanan yang berdiri tegak tidak jauh dari gerbang. Sesampainya di depan pria itu, dia menahan napas sebentar sebelum membuka mulut. Lalu, dengan suara pelan, dia gegas mengatakan, “Permisi, Pak. Saya ingin bertemu dengan Tuan Ganesha.” Pria dengan wajah sangar dan mata tajam di de

  • SURGA SEMALAM BERSAMA TUAN IVANDER   Bab 112. Mari bercinta

    Setelah acara resepsi berakhir dan tamu mulai pulang satu per satu, Nyonya Anindita menyampaikan pesan pada Ivander; “Mama sudah menyiapkan kamar hotel untuk kalian berdua. Nikmati malam ini dengan baik. Ingat, Ivander. Kamu jangan kasar melakukannya.” Ivander hanya bisa tersenyum malu, sambil memegang erat tangan Syafana. Mereka tiba di lobi hotel yang sunyi, cahaya lampu hias membikin suasana terasa hangat dan romantis. Ivander membuka pintu lift untuk Syafana, tangan selalu menopang pinggangnya agar dia tidak terjatuh. Saat pintu lift tertutup, Syafana mendekat, kepalanya bersandar di dada Ivander. “Aku senang banget hari ini,” bisik Syafana, napasnya lembut menyentuh kain baju suaminya. “Semua orang juga bahagia. Ditambah, sesuatu yang sudah lama aku tunggu akhirnya tiba juga.” Ivander mencium puncak kepalanya dengan penuh kelembutan. “Aku juga senang, sayang. Kamu adalah wanita tercantik di dunia hari ini. Mari kita nikmati malam ini dengan bercinta.” "Dasar mesum."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status