Share

Bab 5. Keputusan Rani

Author: Aryan Lee
last update Last Updated: 2025-02-24 09:31:04

"Aku akan tinggal di sini, sampai anak itu lahir," ujarku memutuskan.

Zian tampak menggeleng seraya berkata, "Mas tidak bisa jauh dari kamu, biar Dahlia aku suruh tinggal di rumah ibu saja!"

"Apa bedanya, nanti Mas setiap minggu akan pulang kampung juga untuk menjenguk anak itu kan?" sahut Rani dengan sengit.

"Tentu saja bersama kamu," ujar Zian yang tidak mau tinggal terpisah dengan Rani.

Rani kembali menolak dengan tegas, "Pokoknya aku tidak mau pulang!"

"Jangan seperti ini Sayang, tolong mengertilah posisi Mas!" Pinta Zian dengan memohon.

"Sebelum melakukan kebohongan itu, apakah Mas mengerti sedikit saja perasaan aku?" Rani balik bertanya sambil menatap Zian dengan tajam. "Pulanglah Mas, aku mau menenangkan diri di sini!" serunya dengan ketus.

"Tunggu Ran, kita belum selesai bicara!" seru Zian yang hendak menyusul, tetapi tidak enak dengan Tuan rumah. Jujur hatinya belum tenang saat ini dan tidak akan pergi sebelum Rani mau pulang bersamanya.

"Rani masih emosi, jadi kamu harus sabar.Pembicaraan kalian dilanjutkan setelah makan siang saja. Sekarang istirahatlah di kamar itu!" ujar Teh Ratih yang tiba-tiba datang dan melerai perdebatan Rani dan Zian.

Teh Ratih kemudian menyusul Rani di kamar lainnya.

"Istighfar Rani, jangan biar emosi mengendalikan dirimu. Jangan ambil keputusan apa pun kalau kamu sedang lapar. Habiskan sarapanmu, baru setelah itu kalian bicara lagi!" seru Teh Ratih yang membuat emosi Rani perlahan mereda.

Rani kemudian menyantap sarapannya yang belum tersentuh sama sekali. Setelah itu ia melaksanakan salat duha agar hatinya lebih tenang. Tidak lama kemudian Teh Ratih datang lagi dan menunggu sampai Rani selesai salat.

"Mas Zian tahu dari mana saya ada di sini Teh?" tanya Rani sambil melipat mukena.

"Tadi subuh Kang Yahya pulang dan menanyakan keberadaan mu. Katanya Zian telepon dan mencari-cari kamu," jawab Teh Ratih yang membuat Rani ingat kalau Zian adalah donatur tetap di panti asuhan yang dikelola Kang Yusuf.

Rani kemudian duduk disamping Teh Ratih seraya berkata, "Mas Zian sudah mendua Teh. Jadi tidak ada alasanku untuk bertahann."

"Kesetiaan istri diuji ketika suami tidak punya apa-apa dan kamu lulus dengan setia mendampingi Zian sampai sukses seperti ini. Namun, cobaan seorang pria adalah ketika sudah memiliki semuanya. Haruskah kamu meninggalkan Zian di saat dia sedang khilaf?" tanya Teh Ratih yang membuat Rani berpikir.

Rani memberitahu apa yang menyebabkannya marah, "Rasanya sulit menerima alasan Mas Zian karena wanita itu cantik dan lebih muda sepuluh tahun dari aku, Teh. Apa yang dikatakan Mas Zian semuanya tidak masuk akal."

"Teteh tidak membenarkan apa yang telah Zian lakukan. Tapi sebagai seorang istri kamu harus percaya sama suamimu!" sahut Teh Ratih yang selalu tenang dalam menyikapi setiap masalah.

"Aku takut Teh, kalau pernikahan Mas Zian dan wanita itu tidak berjalan sesuai rencana," ujar Rani mengutarakan kegundahan hatinya.

Teh Ratih mengerti apa yang dipikirkan adik angkatnya itu. Rani takut Zian mencintai wanita yang akan melahirkan anaknya itu. Tentu saja tidak ada perempuan yang mau cintanya terbagi. Seandainya ada pun pasti sudah berperang hebat dengan perasaan dan keadaan. Sehingga mencapai level tertinggi dari kata ikhlas.

"Takut atas apa yang belum terjadi, berarti kamu tidak mau menerima takdir Allah. Terkadang keinginan manusia belum tentu baik untuk diri sendiri. Tapi Allah pasti memberikan takdir yang terbaik untuk setiap hamba-Nya, meskipun prosesnya sulit dan menyakitkan!" ujar Teh Ratih dengan bijak.

Rani bergeming menelaah setiap kata-demi kata yang didengarnya. Mungkin ujian ini bukan karena kesalahan siapa pun. Akan tetapi, proses kehidupan yang harus dilalui olehnya, Zian dan wanita itu. Untuk saling mengintropeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Wanita-wanita yang rela dipoligami adalah perempuan pilihan untuk meraih surga. Tapi bukan berarti yang menolaknya tidak hebat. Setiap orang punya kemapuan yang berbeda jadi tidak bisa disamakan. Maka daripada itu Allah memberikan banyak jalan untuk menuju janah-Nya," ujar Teh Ratih yang paham dengan prinsip Rani anti poligami.

"Sayang aku bukan salah satu yang terpilih. Tapi kenapa harus merasakannya!" sahut Rani yang merasa tidak sanggup dengan cobaan ini.

Mendengar itu Teh Rani berkata, "Allah tidak akan menguji di luar batas kemampuan hamba-Nya. Kamu pasti bisa dan mampu!"

"Semoga saja aku bisa mengambil keputusan yang tidak kusesali!" ujar Rani yang harus mengambil jalan keluar dari masalah ini.

"Rani cepat ke sini, Zian pingsan!"

BERSAMBUNG

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
hei nyet, jgn sok2an ceramah soal poligami klu g mengalami sendiri.
goodnovel comment avatar
Zalfa Meisya
hadeuh jgngn bloon lah JD cewek,udah tau selingkuh,masih aja mikirin gmn2,harus pinter dong JD cewek,tinggalin aja laki KY gitu,masih mikirin agama,sakit hati emang ada obatnya,coba si Ratih di selingkuhin mau ga,,so bijak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 50. Akhir yang Indah

    'Aku sudah tidak sanggup lagi menjadi istrimu Mas. Aku pulang ke Bekasi dan akan mengajukan gugatan cerai. Soal hak asuh Rizqi aku serahkan kepadamu. Tapi sampai keputusan itu tiba tolong izinkan dia tinggal bersamaku. Aku juga siap kalau Mas pekerjakan untuk merawat Rizqi. Jadi dia tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu!'Zian menghela nafas panjang membaca pesan yang dikirim oleh Dahlia. Mungkin perpisahan solusi terbaik dari kemelut rumah tangga mereka selama ini. Apalagi ia sedang berjuang untuk mendapatkan Rani kembali. Dengan begitu ia tidak perlu menjaga perasaan Dahlia lagi. "Baiklah aku setuju," balas Zian singkat. Sambil menunggu perkembangan kasus yang menjerat Rani, Zian memutuskan untuk pulang dulu. Ada beberapa urusan yang harus diselesaikan secara langsung terutama soal pekerjaan. Akan tetapi, ia telah membayar orang untuk terus mengikuti Rani dan melaporkan apa pun yang dilakukan wanita itu. Namun, baru saja sampai di Jakarta. Carina menghubunginya terus. Awalnya

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 49. Satu Atap

    Azka memeluk Rani dengan erat. Untuk pertama kalinya ia melihat istrinya begitu terpukul hebat. Siapa pun pasti akan syok mendapat serangan bertubi-tubi di dunia maya dan di kehidupan nyata. "Sudah tenanglah, ada aku!" seru Azka sambil mengusap punggung Rani. Azka memang seorang IT, tapi tidak bermain media sosial. Namun, kali ini demi nama baik istrinya ia akan berselancar di dunia maya. Dengan kemampuan yang dimilikinya, ia menghapus postingan itu dan media sosial milik Rani.Azka memang telah menghentikan bullyan netizen, tetapi tidak dengan sanksi sosial ditempat kerja dan lingkungan rumah Rani. Semua sudah mencap istrinya sebagai pelakor. "Sekarang aku tidak punya pekerjaan lagi Ka. Karirku hancur dalam sekejap," ujar Rani sambil menyeka air matanya. "Jangan dipikirkan, aku tahu ini berat. Tapi kamu harus yakin semua akan baik-baik saja. Sekarang lebih baik kamu menenangkan diri dan fokus mencari orang yang telah melakukan semua ini. Kita tidak boleh tinggal diam!" sahut Azka

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 48. Konspirasi

    Udara di dalam kamar hotel terasa lebih pengap dari biasanya. Zian duduk dengan ponsel di tangan sambil terus menatap foto Rani. Ada kemarahan, ambisi dan kekesalan yang terpancar dari sorot matanya. Namun, ia tidak tahu harus melakukan apa untuk melampiaskan semua rasa itu. Zian menghela napas rasanya sakit sekali. Menerima kenyataan bahwa Rani benar-benar telah membangun hidup yang stabil bersama Azka. Jujur sampai kapan pun ia tidak akan bisa menerima takdir yang menyatukan kedua insan itu dengan alasan apa pun. Zian perlahan membuka catatan di ponselnya. Ia kemudian menuliskan catatan pribadi yang tak pernah ditunjukkan pada siapa pun. Di layar, kalimat demi kalimat muncul campuran amarah, cinta, dan luka akan takdir yang sangat menyakitkan. 'Aku tidak marah kalau kamu bahagia, Rani. Aku cuma kesal karena bukan aku yang membuatmu seperti itu. Aku benci melihatmu tersenyum untuk orang lain. Tapi aku lebih benci pada orang yang telah membantumu pergi dariku.'Ketika pikiran dan p

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 47. Kembalikan Dia

    Tangan Rani terasa gemetar dengan jantung berdetak cepat ketika mengemudi sejak meninggalkan parkiran. Hatinya benar-benar tidak tenang, tapi ada satu rasa yang menguat dalam dirinya yaitu cemas. Untuk pertama kalinya, ia menghadapi Zian dengan kepala tegak, berani tanpa amarah, dendam, dan air mata. Namun, ada rasa takut yang mulai menyeruak di hati Rani. Kehadiran pria itu bagaikan mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Rani takut kalau Zian mengusik pernikahannya dengan Azka. Ia paham betul sifat mantan suaminya itu, gigih dan pantang menyerah. Rasanya tidak mungkin Zian akan pulang begitu saja. Ketika sampai di rumah, Rani segera masuk dan mengunci pintu. Ia kemudian menenangkan dan memikirkan kemungkinan yang akan terjadi. Seandainya ada Azka mungkin Rani lebih tenang dan siap menghadapi semua ini. "Ya Allah, takdir apalagi yang harus aku alami?" tanya Rani dengan kecemasan yang melanda. Rani segera mengeluarkan ponsel dan menghubungi suaminya. Setelah beberapa kali tidak terja

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 46. Rindu Dalam Hampa

    Lima tahun telah berlalu sejak Rani pergi dari kehidupannya. Namun bagi Zian, waktu seolah tak pernah benar-benar menyembuhkan. Justru tiap detiknya menjadi pengingat, bahwa ada satu kesalahan fatal yang tak bisa ia tarik kembali. Lalai membiarkan wanita sekuat dan setulus Rani pergi begitu saja.Pernikahannya bersama Dahlia jauh dari kata bahagia. Bahkan, sejak dua tahun terakhir, mereka telah memilih untuk tidur di kamar yang berbeda. Tak ada lagi percakapan hangat, apalagi tawa yang pernah ia dambakan dari sebuah rumah tangga. Setiap kali melihat Dahlia, hatinya justru makin sesak karena di balik senyum istrinya itu, ia justru melihat bayangan Rani yang tak pernah hilang. Zian tahu, itu tidak adil. Tapi ia tak bisa membohongi dirinya sendiri.Sampai saat ini Zian masih menganggap Dahlia yang menyebabkan Rani pergi. Bukan hanya raga tapi juga jiwa dan cintanya. Dahlia yang awalnya sangat tergila-gila sama Zian. Lama-lama perasaannya jadi hambar. Ia merasa lelah dengan sikap suaminya

  • SURGA YANG TAK DIINGINKAN   Bab 45. Cahaya di Ujung Luka

    Azka terus berdoa agar Allah memberikan kesempatan untuknya membahagiakan Katy. Sementara itu Carina terus menangis karena takut kehilangan anak satu-satunyaAkhirnya, doa Azka terkabul Katy berhasil melewati masa kritis. "Pasien atas nama Katy selamat dan sudah siuman," ujar suster memberitahu. "Alhamdulillah, Allahuakbar," ucap Azka dengan penuh syukur dan segera menemui Katy. Rani juga tampak turut senang mengetahui keadaan anak sambungnya itu. Ia berharap bisa memberikan yang terbaik untuk Katy yaitu pengorbanan seorang istri dan ibu. "Sehat terus ya Sayang," ucap Rani sambil tersenyum. Ia memang tidak bisa memeluk Katy, tapi kasih sayangnya sudah diberikan dengan tulus. Katy tidak banyak bicara hanya senyum dan tatapan yang penuh harapan. Ia terus memegangi tangan Azka dan Carina. Seolah ingin selalu bersama kedua orang tuanya. "Papi, Mami, jangan tinggalin aku!" pinta Katy dengan wajah yang pucat. "Iya Sayang, kami akan selau mendampingi mu sampai sembuh," janji Azka samb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status