Setibanya di klinik, Maya terus berdoa sakitnya Ziva karena hamil. Dan melihat dokter selesai memeriksa Ziva membuat Maya sangat antusias untuk mendengarkan penjelasan.
“Kondisinya tidak apa-apa. Hanya kelelahan dan masuk angin saja. Apalagi katanya kemarin hujan-hujanan selama dua hari dalam keadaan perut kosong juga. Makanya terasa mual dan sakit perut.”
“Masuk angin, Dok?” tanya Maya, memastikan sekali lagi.
Dokter itu mengangguk mantap.
“Tidak hamil?”
Dokter itu tampak tersenyum lebar dan memaklumi. “Sudah pengin punya cucu, ya, Bu?”
Tampak wajah kecewa dari Maya yang membuat Ziva merasa tidak enak sendiri yang duduk di sampingnya.
“Ya begitu, Dok. Tapi yang penting menantu saya tidak apa-apa.”
“Hanya perlu banyak istirahat, dan makan teratur agar tidak terkena magh.”
“Baik, Dok.”
Dokter itu langsung menyerahkan selembar resep
Pagi-pagi sepasang suami istri ini sudah duduk bersama di ruang makan. Bahkan aura keduanya tampak bahagia yang membuat Maya hanya menggelengkan kepala.“Bunda pagi ini buat bubur untuk kalian berdua,” katanya. Bahkan tak segan-segan Maya menyiapkan bubur itu ke dalam mangkok. “Spesial buat menantu dan anak Bunda.” Maya meletakkan kedua mangkok bubur itu di depan Regan juga Ziva.“Ayah enggak dikasih?” protes Narendra.“Ayah emang sakit?” tanya Maya, matanya melotot tajam ke arah suaminya.Narendra menggeleng cepat. “Enggak.”“Kalau pengin makan bubur sakit dulu,” balas Maya, kesal.“Enggak jadi, Bun. Mendingan beli aja nanti buburnya. Daripada makan bubur dari Bunda tapi harus sakit dulu. Ayah ogah.”Maya tambah melotot mendengar ucapan dari suaminya itu. Bahkan tidak segan-segan Maya melempar sendok ke arah Narendra yang membuat pria paruh baya itu m
Ziva merasa kesal luar biasa karena ditipu serta bohongi oleh Regan juga Ayah Narendra. Ternyata pria itu tidak apa-apa, dan masih sanggup berjalan dengan sempurna. Benar-benar menyebalkan anak dan ayah itu.“Bunda enggak ikut-ikutan lho, sumpah. Bunda aja kena tipu mereka berdua.”“Tapi aku beneran sakit sayang.”“Ayah enggak ikut-ikutan lho. Disuruh sama Regan buat bantu memapah gitu kalau depan rumah. Ayah nurut aja.”Kini Maya dan Narendra kabur meninggalkan sepasang suami istri itu. Ziva langsung melipatkan kedua tangan di dada sambil menatap malas ke arah Regan.“Maaf, cuma pengin tahu aja kamu khawatir enggak sama aku. Itu aja.”“Nyebelin tahu enggak, sih. Jelas aku khawatirlah. Jangan-jangan di kepalamu juga bohongan?” tuding Ziva ingin membuka perban di kepala Regan.“Kalau ini beneran. Besok tanya saja sama Silvi.”“Yaudah, aku percaya.&rdqu
Dengan perasaan mantap kini Ziva mengetikkan balasan untuk Miko. Rasa-rasanya Ziva tidak tega membiarkan Miko yang harus menunggunya menjadi janda. Terlebih Ziva terlampau jauh dengan Regan saat ini. Mereka sudah pernah berbagi keringat dan menyatu, dan semua itu membuat Ziva akan menjadi perempuan jahat jika tetap bersama Miko. Ziva ingin Miko mendapatkan perempuan yang lebih baik darinya.Ziva : Miko, sepertinya aku enggak bisa melanjutkan hubungan kita.Selang tak berapa lama ponsel Ziva bergetar hebat yang menampilkan kontak Miko yang meneleponnya. Ziva langsung memilih tombol merah ke samping. Ziva mereject.My Love : Kenapa? Kamu kenapa ngomong begitu, honey?Ziva : Tidak apa-apa. Kamu pantas dapatkan yang terbaik daripada aku.My Love : Siapa yang meracuni otakmu, hah?Ziva : Tidak ada.My Love : Pasti pria tua itu, kan? Pasti dia sudah meracunimu sampai kamu berani minta putus seperti ini.Ziva : Regan tidak meracuniku.
“AAAAAA,” teriak Ziva lantang.Suara cemprengnya membuat Regan langsung membuka mata heran. Tumben-tumbenan perempuan itu bangun awal seperti ini.“Kamu kenapa berteriak, sih?”“Itu melihat punyamu tidak memakai apa-apa.” Dagu Ziva menunjuk ke arah kejantanan milik Regan yang terpampang polos di depan matanya. Dan itu membuat Ziva kaget. Pasalnya, selama ini kalau sehabis bercinta pasti pria itu sudah bangun terlebih dulu jadi tidak akan kaget seperti ini.“Kenapa? Kamu mau minta lagi?”“Ih, enggak mau.”Pria itu justru terkekeh dan menggoda istrinya yang kini menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang masih polos itu. Wajah Ziva yang tampak kaget justru begitu sangat menggemaskan di pagi hari ini.“Kamu bilang begitu enggak ingat semalam, hm?”Ziva langsung pura-pura tidak mendengar ucapan Regan, dan lebih memilih menjulingkan matanya.&ldqu
Miko rasa-rasanya sudah tidak bisa menahannya lagi. Emosinya yang sudah dipendam sejak kemarin kini meluap di depan Ziva. Di depan perempuan yang sudah menjadi pacaranya selama bertahun-tahun itu.“Kamu sudah mulai cinta dengannya, hah?!”“Miko ….”Miko langsung menepis tangan Ziva yang ingin meraihnya. Jejak kiss mark itu membuat Miko tak terkendali saat ini. Pria itu bahkan langsung mendorong Ziva hingga terjatuh ke kursi.“Miko.” Suara Ziva yang lirih bahkan terdengar memelas itu sudah tidak Miko pedulikan. Pria itu rasanya sudah gelap mata dengan menarik lengan Ziva kasar dan mendorongnya lagi ke arah pinggir lapangan. “Miko,” lirih Ziva.“Diam!”“Kamu kenapa jadi begini?” Ziva merasa bingung dengan sikap Miko yang mendadak kasar seperti ini. Padahal selama pacaran Miko tidak pernah berbuat kasar kepadanya, dan Ziva benar-benar terkejut.Bukannya menjaw
Ceklek.Buru-buru Miko menyingkir saat sahabatnya—Rio langsung saja menyelonong masuk ke dalam dan berlari menghampiri Ziva yang masih duduk dengan penampilan acak-acakan.“Lo gapapa?” tanya Rio, merasa menyesal karena datang telat.Ziva menggeleng pelan. Matanya terus menangis. Bahkan Ziva terkejut melihat Rio yang tiba-tiba datang kepadanya. Yang lebih mengejutkan lagi Rio memberikan jaket yang sedang dipakainya untuk menutupi tubuh Ziva yang tampak tak karuan itu.“Pakai ini,” kata Rio, lembut.Lain hal dengan Miko yang berjalan mendekat ke arah mereka berdua sambil berdecih. Matanya menatap perlakuan dan perhatian Rio kepada Ziva.“Jujur aja gue udah curiga sama lo sejak dulu. Gue perhatiin lo selalu membela Ziva. Lo suka sama dia?” Miko menatap Rio nyalang.Rio lebih memilih diam. Ia lebih sibuk membantu Ziva berdiri karena tanpa diceritakan pun sudah bisa menebak apa yang terjadi.
Abimana Grup.Awalnya Rio ingin langsung kembali ke kos-an, tapi Ziva memaksa untuk diantar ke ruangan Regan karena ada hal yang harus diselesaikan bertiga.Dan tepat saat sampai lobby kantor, baik Ziva dan Rio langsung menjadi sorotan para karyawan yang sedang berjalan lalu lalang. Mereka memperhatikan penampilan Ziva yang sangat acak-acakan juga wajah Rio yang babak belur.Mereka berdua benar-benar berlaku masa bodoh. Apalagi rambut Ziva saat ini seperti terkena badai angin tornado.Ting.Mereka berdua keluar lift, Silvi yang melihat hanya terkejut kemudian diam saja melihat Ziva dan Rio yang langsung saja menyelonong masuk tanpa mengetuk pintu.Ceklek.“Sil—“Melihat penampilan istrinya yang sangat berantakan membuat Regan segera menghampiri Ziva yang masih berdiri di ambang pintu. Buru-buru Regan memegang kedua pipi Ziva yang tampak lebam dan bibirnya yang terluka.“Kamu kenapa begini, h
Ziva yang ditatap tajam pun hanya bisa memalingkan wajahnya saat ini. Bagaimanapun Miko sempat mengisi hari-harinya selama empat tahun meski sekarang perasaan kepadanya berganti dengan rasa kecewa yang sangat mendalam.“Katakan Ziva.”Ziva masih saja enggan membuka mulut. Yang dilakukan hanya diam saja dan melihat ke arah lantai kamarnya.“Ya sudah kalau kamu enggak mau kasih tahu.”Terdengar helaan napas panjang dari sesosok Regantara. Bahkan pria itu masih saja sangat telaten membersihkan seluruh tubuhnya. Tak lupa juga sekarang Regan mulai mengolesi cream pereda nyeri. Cream agar lebam di pipi dan tubuh lainnya bisa cepat pulih.“Ini pasti sakit banget, ya? Tahan sedikit, ya.”Suara lembut Regan terus mengalun indah di telinga Ziva. apalagi jika perempuan itu meringis dan mengaduh kesakitan. Pasti ekspresi Regan langsung khawatir dan merasa bersalah.Selesai mengolesi cream, kini Regan berj