Hari ini Matheo benar benar menepati janjinya. Dia menjemput Laura tepat saat jam kerja Laura telah selesei. Mereka menuju ke restoran yang cukup romantis untuk makan malam.
Seharusnya Laura sangat bahagia karna sangat jarang sekali Matheo mengajaknya pergi berdua apalagi dinner romantis seperti saat ini, tapi entah kenapa Laura tidak bisa menghilangkan kejadian beberapa jam yang lalu dari pikirannya. Dia masih memikirkan bagaimana ciiuman Christian yang terasa lembut dan menggebu gebu terasa secara bersamaan, benar benar membangkitkan gairah liarnya yang tak pernah dia rasakan saat bersama Matheo. Bahkan dia masih merasakan panas bibir Christian di bibirnya saat ini, dia juga selalu merasa seperti sebuah de javu saat bertatapan dengan Christian.
'ah... Aku benar benar sudah gila' batin Laura sambil menggelangkan kepalanya pelan.
Matheo terlihat tidak suka dengan sikap Laura yang mengabaikannya.
"Apa ada yang menggangu pikiranmu, Laura?" tanya Matheo kesal.
"Ah maafkan aku... Aku hanya sedikit lelah, tadi pasien lumayan banyak," jawab Laura sambil menggenggam tangan Matheo yang ada di atas meja.
"Seharunya kau bilang saja kalau lelah, dan kita bisa istirahat di rumah," ucap Matheo dan membalas genggaman Laura.
"Kita sangat jarang pergi berdua, jadi tidak mungkin aku sia sia kan malam ini," kata Laura dengan senyum manisnya.
"Kalau begitu kita akan membuat lebih banyak waktu berdua," jawab Matheo tersenyum.
"Benarkah?" Senyum Laura mengembang mendengar ucapan suaminya. Serasa ada kupu kupu berterbangan di perutnya. Laura sangat bahagia kalau Matheo benar benar bisa berubah lebih perhatian padanya.
==*==
Matheo tidak benar benar menepati ucapannya, saat sampai di rumah dia mendapat telepon dan buru buru pergi dengan alasan urusan pekerjaan. Dan lagi lagi Laura tidak bisa melarangnya.
Laura mendesah, memejamkan matanya dengan sebelah tangan menyentuh inti bawahnya. dia terus menggosok intinya sampai tubuhnya bergetar pelan saat mencapai pelepasannya. Matanya terbuka menerawang kelangit langit kamarnya, dia tersenyum miring merasa miris dengan nasibnya. Dulu dia selalu membayangkan akan mendapatkan pelepasan yang hebat saat berciinta dengan Matheo tapi kenyataanya dia hanya bisa mendapat pelepasan dengan jari jarinya.
Bayangan Christian kembali muncul di pikirannnya. Bayangan bagaimana Christian menciiumnya, melumat bibirnya, membisikkan kata kata manis di telinganya dan anehnya semua itu dapat membuatnya bergairahh lagi saat ini.
Apakah dia akan bisa merasakan pelepasan yang hebat saat berciinta dengan Christian? Mengingat hanya dengan ciiumannya saja dia hampir mencapai pelepasannya. Otak Laura mulai membandingkan antara Matheo dengan Christian dan akhirnya Laura tertidur dengan segala pikiran pikiran erotiisnya.
==*==
Jam sudah menunjukkan waktu makan siang, Laura berencana akan makan di kantin Rumah sakit karna dia malas untuk keluar.
Laura sedang duduk di kantin sendirian dan memakan makanannya. Tiba tiba Mellisa datang sambil menyerahkan sebuah majalah bisnis untuk Laura.
"Aku tidak tertarik untuk berbisnis Mel," kata Laura hanya melirik sekilas majalah di depannya.
Mellisa memutar bola matanya lalu duduk di depan sahabatnya itu.
"Lihat dulu sebelum berkomentar," jawab Mellisa ketus.
Laura mulai tertarik saat melihat foto Christian terpampang di cover majalah dengan gagahnya. Dia semakin mengernyit bingung saat membaca judul di bawah foto Christian tersebut.
" Christian A. Smith, Dokter Muda Pewaris The Smith Company"
Laura menatap Mellisa dengan pandangan seakan meminta penjelasan.
"Yup... Sebenarnya nama belakang Christian adalah Smith bukan hanya Alexander, dan seperti yang tertulis di majalah tersebut dia adalah pewaris tunggal Smith Company. Sebenarnya dia mempunyai kakak perempuan tapi kakaknya lebih tertarik di bidang fashion." Mellisa menjelaskan dengan sungguh sungguh.
"Dan apa kau tahu siapa kakaknya?" tanya Mellisa yang sekarang terlihat antusias.
Laura hanya menggeleng.
"Christinna Alexandra, desainer favorit mu."
Sontak Laura terbelalak kaget.
"Really?" tanya Laura masih sulit percaya.
"Aku juga baru mengetahuinya saat menemukan majalah itu di meja kerja Raphael, dan ternyata mereka juga berteman," jawab Mellisa
Laura mengalihkan pandangannya ke arah majalah saat mulai tertarik membacanya.
The Smith Company adalah perusahan multinasional yang bergerak di bidang farmasi dan produksi alat alat kesehatan. George Smith yang tak lain adalah ayah Christian juga merupakan anggota WHO dan sangat konsen dalam pemberian bantuan untuk penderita penyakit hati. Karena sang istri, Michella Smith dulu meninggal karena penyakit tersebut. George juga membangun beberapa Rumah Sakit yang tersebar hampir di seluruh kota di Inggris, salah satunya adalah "Michella Hospital" yang baru di resmikan beberapa hari yang lalu. Sedangakan Christinna Alexandra Smith, kakak dari Christian lebih memilih membangun perusahaan sendiri di bidang fashion dengan brand "The Lux Fashion" dan sangat di idolakan oleh Laura. Bahkan Laura rela menabung untuk membeli produk The Lux yang memang memiliki harga selangit.
'Michella Hospital? Bukannya itu Rumah sakit yang menyewa jasa Matheo kemarin, jadi benar kalau Christian pernah bertemu dengannya, tapi kenapa Matheo mengelak?"
Segala macam pertanyaan berputar di kepala Laura saat ini. Dia mulai bangkit dan meninggalkan Mellisa, dia berniat untuk menanyakan langsung pada Christian daripada dia mati penasaran.
"Oh God... Laura... Lagi lagi kau meninggalkanku," teriak Mellisa marah.
#To be continue....
Laura pergi ke poli bedah untuk bertanya pada perawat di sana tentang keberadaan Christian, tapi ternyata Christian sedang tidak ada jadwal praktek hari ini.Laura meminta nomor ponsel Christian dan berusaha menghubunginya, tepat pada dering kedua, Christian mengangkatnya."Merindukanku sweety," jawab Christian di seberang sana tanpa basi basi.Laura mengeryit bingung dengan sapaan Christian, takut kalau pria itu salah orang. "Ini aku Laura.""I know... apa kau merindukanku?" Sudah pasti di sana pria itu tengah tersenyum jahil.Laura hanya memutar matanya, walaupun dia tahu Christian tak akan melihatnya. "Ada hal penting yang ingin ku tanyakan padamu.""Ok, datanglah kemari, aku menunggumu sweety," jawab Christian langsung mematikan ponselnya dan mengirimkan alamatnya untuk Laura."Mungkin inilah waktunya," ucap Christian lirih sambil memegang sebuah map coklat di tangannya.Ternyata Laura datang lebih cepat dari dugaannya. Laura tampak memperhatikan interior penthouse milik Christian
"Karna aku mencintaimu Laura, aku sangat mencintaimu dari dulu dan sampai kapanpun."Laura sangat kaget dengan pernyataan Christian. Dia segera bangkit hendak pergi saat Christian menarik tangannya."Lepaskan aku," ucap Laura dengan nada sangat dingin."Aku tidak akan membiarkanmu pergi dengan kondisi seperti ini," ucap Christian dengan nada khawatir.Laura menyentak tangan Christian sampai pegangannya terlepas dan berjalan menuju pintu. Laura telah sampai pada pegangan pintu sampai terdengar ucapan Christian."Stop here Laura, or I'll fuck you right now," ucap Christian dengan suara yang dalam dan terdengar menyeramkan.Seketika tubuh Laura membeku di tempat, dengan sebelah tangan yang mengenggenggam erat handle pintu."Aku akan mengantarmu pulang," kata Christian dan langsung menarik Laura keluar menuju basement."Tapi.." "Mobilmu aman di sini sweety," kata Christian memotong kata kata Laura.Mereka berkendara dalam diam, tidak ada yang membuka suara dan sibuk dengan pikiran masin
"I want you Cristian." Itu adalah kata kata terindah yang pernah Christian dengar. Christian menindih tubuh Laura dan kembali menciium bibir Laura yang bagaikan candu untuknya. "Bibirmu sangat manis sweety," bisik Christian di sela ciiumannya. Laura benar benar merasa berharga di bawah Christian. Laura mendesah saat lidah Christian melesak masuk, membelit dan mengeksplore setiap sudut mulutnya. Christian merobek bagian depan piyama Laura membuat seluruh kancingnya terlepas. Pandangan Christian menggelap saat tahu tidak terdapat penutup lagi di dalamnya. Laura seketika merona saat dia sadar kalau dirinya tidak memakai bra. Christian menatap dada Laura dengan tatapan memuja. Dada Laura terlihat kencang dengan ujung merah muda yang sudah menegang. "Nangan menatapinya seperti itu Christ, kau membuatku malu," ucap Laura mencoba menutupi dadanya yang langsung ditahan oleh Christian. "Dada mu saat indah Laura, dan ini akan menjadi favorite ku," jawab Christian yang langsung mengarahka
Setelah percintaan yang hebat semalam, mereka mengulanginya lagi dan lagi sampai menjelang pagi. Entah telah berapa kali Laura menjeritkan nama Christian saat pelepasannya dan akhirnya mereka tidur saling berpelukan dalam keadaan sama-sama polos.Christian POVAku terbangun dengan Laura dipelakukanku, oh... Ini benar benar momen yang luar biasa bagi ku. Berciinta dengan Laura terasa berkali lipat lebih nikmat dari semua s3x yang pernah aku lakukan, mungkin karna aku terlalu memujanya.Entah sudah berapa lama aku menatapi wajahnya yang damai saat tertidur dan aku tidak akan bernah bosan memandang wajah cantiknya.Terlihat masih ada jejak air mata di matanya yang sembab, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi semalam, bahkan aku sempat melihatnya menangis setelah perciintaan pertama kami.Aku mulai membelai pipinya yang halus dan turun ke bibirnya yang merekah. Oh... Shit.. Aku benar benar menginkannya lagi.Tiba tiba dia mulai membuka mata indahnya."Good morning sweety," bisik ku ya
Sekarang Laura sudah tidak pernah menangis lagi, dia sudah mengeraskan hatinya. Dia mengibaratkan rumah tangganya sudah sekarat dan tinggal menunggu kematiannya saja. Sebenarnya dia bisa saja langsung mengakhiri rumah tangga ini tapi dia merasa belum siap menyandang status janda.Laura masih tinggal di rumah yang sama dengan Matheo tapi mereka selalu saling menjauh, atau lebih tepatnya Laura lah yang menjauh. Matheo selalu berusaha membuat suasana seperti biasa seakan tidak terjadi apa apa tapi Laura tidak bisa, Laura masih menyimpan sakit hati yang mendalam terhadapnya.Sudah hampir seminggu Matheo tidak pulang, bisa saja Laura bersikap cuek dan tidak peduli tapi masih ada bagian di hatinya yang terasa sakit dengan semua ini. Apakah Laura masih mencintai Matheo? Tentu saja tidak, cintanya sudah hilang ditelan oleh penghianatan Matheo, dia hanya benci seolah olah dia telah terkalahkan oleh jalangg itu.Ini adalah hari minggu, dia sudah membuat janji untuk pergi berbelanja dengan Mell
Laura sudah menceritakan segalanya kepada Mellisa kecuali percintaannya dengan Christian, jangan ditanya seberapa marahnya Mellisa. Bahkan wanita itu bersikeras akan melaporkan Matheo ke polisi atas tuduhan kekerasan tapi Laura melarangnya, yang dia inginkan saat ini hanyalah perceraian.Laura sedang duduk di sofa menikmati keramaian kota London, dia menatap segala aktifitas dari balik jendela besar apartemen sambil menikmati potongan pizza di tangannya. Sudah dua hari ini dia tidak keluar kemanapun dan dia juga ijin tidak masuk kerja dengan alasan sakit. Sebenarnya dia memang bisa dikatakan sakit, kesakitan yang tak terlihat dan itu lebih menyiksanya. Dia juga tidak berniat mengambil barang barangnya di rumah, dia masih tidak ingin ketemu dengan Matheo bahkan dia juga mematikan ponselnya.Terdengar bunyi pintu depan terbuka, seketika membuyarkan lamunannya.'kenapa Mellisa pulang jam segini? Ini kan masih siang' batin Laura dengan kening berkerut bingung.Kebingungannya terjawab saa
"Aku akan selalu ada untukmu Laura, kau adalah sahabatku," kata Mellisa dan langsung memeluk sahabatnya itu."Mel .... berjanjilah padaku kau tak akan menceritakan masalah ini kepada Raphael," kata Laura setelah melepaskan pelukannya."Ya, aku janji," jawab Mellisa lirih.Laura yakin kalau sampe Raphael tahu pasti dia akan memberitahukannya pada Christian dan Laura tidak mau itu terjadi. Laura takut Christian akan kecewa padanya. Memikirkan bahwa kemungkinan Christian akan meninggalkannya, membuatnya sesak. Egois memang, tapi itulah yang saat ini dia inginkan. Dia tidak ingin Christian menjahuinya tapi dia juga tidak bisa menjanjikan cinta untuk laki laki itu.==*==Seminggu telah berlalu, Laura menjalani kehamilannya biasa saja. Dia tidak ingin memikirkan rencana rencana yang akan datang, dia hanya akan menjalani kehidupannya seperti alir mengalir.Laura masih tinggal di apartemen Mellisa, sebenarnya dia berniat menyewa apartemen sendiri tapi Mellisa melarangnya dan bersikeras akan
Terdengar desahan dan erangan di sebuah ruang tamu yang nampak temaram. Dua anak manusia sedang bergerak liar dengan tubuh bermandikan peluh dan saling bertukar kenikmatan."Ahhh... Kau sangat nikmat sayang..." desah si lelaki yang terus memompakan miliknya ke dalam liang kenikmatan kekasihnya."Ohhh... Raph.. Aku sampai!" jerit Mellisa saat mencapai puncak kenikmatannya.Raphael semakin mempercepat dorongannya ke inti Mellisa sampai dia merasakan pusat gairanya semakin membengkak dan menyemprotkan cairannya ke dalam milik Mellisa."Kau luar biasa sayang... Bolehkah aku menginap di sini? Karna aku menginkanmu lagi," kata Raphael dengan senyum jailnya."Kau bercanda? Ada Laura di sini," kata Mellisa sambil memukul lengan Raphael dan segera duduk di sofa sambil merapikan gaun nya yang tadi terkumpul menjadi satu di perutnya.Mellisa membuka ponselnya dan mendapatkan satu pesan dari Laura.From : LauraMaaf Mel, aku pulang bersama Matheo, tadi dia datang ke apartement dan memohon agar ak