Share

You Are Mine

Matahari terasa hangat, semilir angin terasa lembut menyapu kulit, bunga bunga bermekaran dengan indahnya. Terlihat seorang gadis kecil dengan rambut panjang sebahu yang tergerai, sedang berlarian kecil memetik bunga. Sebuah senyum indah tak lepas dari bibirnya.

'Braakkk' 

Gadis itu berjingkat kaget saat mendengar sesuatu terjatuh, disertai pekikan suara seorang anak laki laki. Gadis kecil yang tak lain adalah Laura itu berlari menghampiri sumber suara, terlihat seorang anak laki laki duduk di samping sepeda sambil memegangi lututnya yang berdarah. Anak lelaki itu menatap tajam ke arah Laura, tiba-tiba Laura berlari meninggalkan anak lelaki itu.

Tak berselang lama Laura datang lagi dengan kotak putih di tangannya. Dia duduk di depan anak lelaki tadi, dengan tangan mungilnya yang mulai mengobati luka anak lelaki itu seakan dia adalah dokter profesional.

"Aku kira kau berlari karena takut padaku," kata anak laki laki itu yang membuat Laura mendongak menatapnya.

Pandangan mereka bertemu, detik itu juga seakan bumi berhenti berputar. Mereka sama-sama terpaku seakan saling terhipnotis dengan keindahan mata masing-masing. Laura dengan mata hijau pudar terlihat rapuh dan tajam secara bersamaan serta anak lelaki dengan mata biru sebiru lautan.

"Kau akan menjadi milikku," kata anak lelaki bermata biru dan mengecup bibir Laura tiba-tiba.

------------------------------------------------------

Laura terbangun dari mimpinya saat dia merasa ada yang menindih tubuhnya. Seketika dia membuka mata saat Matheo menciium bibirnya dengan kasar, sesekali menggigit dan menghisap bibir Laura bergantian.

Tubuh Laura bergerak tak nyaman, tapi sepertinya pria itu sama sekali tak peduli. Matheo terus memaksanya tanpa kelembutan, mengangkat gaun tidur Laura ke atas yang memang tidak ada lagi penghalang di baliknya. Sekarang pria itu mulai mengarakan miliknya di bibir bawah Laura, mendorongnya kasar tanpa menunggu milik Laura basah. 

Laura memekik tertahan merasakan tidak nyaman pada inti gairahhnya. Dia terus menggigit bibirnya saat Matheo terus mendorong dan memompa miliknya dengan kasar. Semua berjalan tak lama, bahkan Laura belum merasakan kenikmatan apa-apa saat Matheo sudah lebih dulu mencapai pelepasannya. Pria itu segera melepaskan miliknya dan berguling kesamping Laura lalu jatuh tertidur.

Laura merasa dirinya sungguh tidak berharga di mata suaminya, dia hanya bagaikan seonggok daging dengan lubang yang bisa dimasuki kapan saja. Matheo memang sangat egois. Matheo tidak pernah peduli dengan perasaannya, tidak pernah menanyakan apa yang dia mau saat bercintaa dan Matheo tidak pernah berusaha memberikan kenikmatan pada dirinya. 

Laura bangkit dari kasurnya untuk turun kebawah, langkahnya perlahan memasuki dapur untuk mengambil minuman yang ada di kulkas. Dia memilih untuk berdiam diri sejenak di dapur, termenung duduk di meja makan dengan segelas air putih di depannya. 

Tiba-tiba bayangan mimpi tadi kembali berputar di otaknya, terasa seperti sebuah de javu baginya. Apakah itu kenangan masa kecilnya? Entahlah, dia tidak benar-benar mengingatnya. 

==*== 

Laura terlihat tengah duduk di meja makan, menikmati selembar roti gandum yang telah diolesi dengan krim keju. Dia menatap suaminya yang baru saja ikut bergabung dengan tatapan penasaran.

"Tak biasanya kau sudah rapi di akhir pekan seperti ini?" tanya Laura dengan kening berkerut.

"Aku akan mengantarmu pagi ini, dan nanti aku juga akan menjemputmu sekalian kita makan malam," jawab Matheo sambil menatapnya sekejap.

"Benarkah?" pekik Laura dengan wajah berbinar. 

Matheo hanya mengangguk dan tersenyum kecil.

Bagaikan ada ribuan bunga yang bermekaran di dada Laura saat ini, juga secercah harapan untuk perubahan sikap Matheo padanya. Rasanya sudah sangat lama pria itu tidak bersikap manis padanya, tapi hari ini Matheo berniat mengantarnya pergi bekerja walau tanpa di minta.

Setelah memyelesaikan sarapan, mereka bergegas menuju ke halaman depan. Laura segera duduk di kursi sebelah kemudi dengan wajah sumringah, sesekali menatap ke arah suaminya dengan senyum memgembang.

Sepanjang perjalanan Laura tak hentinya bercerita tentang apa saja yg dialami, rasanya sudah sangat lama dia tidak mengobrol dengan suaminya. Matheo sesekali menanggapi dan kadang tersenyum saat mendengar lelucon Laura.

Mobil mereka berhenti didepan lobi Rumah sakit. Laura turun diikuti oleh Matheo, tidak seperti biasanya, hari ini Matheo bersikap layaknya suami yang romantis. Matheo menciium bibir Laura sekilas sebelum dia memasuki mobilnya. 

Senyum bahagia tak lepas dari wajah cantik laura saat memasuki Rumah sakit tempatnya bekerja, tanpa disadari ada seorang yang terlihat sangat marah melihat semua itu.

Di sisi lain, Christian terlihat menggertakan giginya dengan kedua tangan yang terkepal erat di sisi tubuhnya. Ada perasaan tak rela saat melihat Matheo yang menciium Laura, tak peduli mereka adalah suami istri. Hatinya terasa sangat sakit bagaikan tertusuk ribuan duri saat melihat Laura tersenyum untuk bajingann itu. Terdengar konyol memang, tapi dia benar- benar tidak rela kalau Lauranya hidup dengan bajingann seperti Matheo.

==*==

Masih ada waktu sepuluh menit sebelum memulai pekerjaan, tapi sekarang Laura sudah sangat serius melihat rekam medik pasien. Tatapannya fokus pada kertas-kertas di atas meja sampai tak menyadari pintu ruangannya telah terbuka. Tapi suara langkah kaki itu segera menarik perhatiannya, dia merasa kaget saat melihat Christian berjalan ke arah mejanya dengan ekspresi marah. 

Seketika Laura berdiri, baru akan melontarkan pertanyan saat tiba-tiba Christian memegang bahunya. Dia melihat sorot mata tajam dari iris biru itu, tanpa diduga Christian langsung mendorongnya ke tembok dan menghimpit tubuhnya. 

Laura benar-benar terkejut dan bingung. Dia siap untuk melancarkan protes saat bibirnya telah dilumat dengan rakus oleh Christian. Laura berusaha mendorong dada Christian, tapi usahanya sia-sia. Karena tubuh pria itu tak bergerak sedikit pun.

Christian melumat bibir atas dan bawah laura bergantian, menyelipkan lidahnya kedalam mulut Laura yang sedikit terbuka, membelit dan menghisap lidah Laura yang terasa sangat manis di bibirnya. 

Christian mulai melepaskan ciiumannya saat merasa Laura mulai kehabisan nafas.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Laura lirih, sudah tak ada tenaga untuk marah dan dia hanya bisa terengah dengan kening mereka yang masih saling menempel.

"Aku cemburu," jawab Christian sambil menatap tajam ke dalam mata Laura.

Laura merasa melihat tatapan yang sama dengan tatapan anak laki-laki di dalam mimpinya semalam, dia menggeleng pelan.

"Ini tidak benar," jawab Laura lebih seperti sebuah desahan.

"Dari awal kau memang milikku Laura, kau Laura ku," kata Christian penuh penekanan.

Sekali lagi Christian melumat bibir Laura dengan sangat lembut, jauh berbeda dengan ciiuman sebelumnya. Christian menggeram saat merasakan Laura membalas lumatannya. Mereka saling melumat dan mencecap setiap rasa yang dihasilkan oleh ciiuman panas mereka.

"Emmphh," desahan lolos dari bibir Laura, dan hancurlah prinsip seorang istri yang selama ini dia pegang teguh. 

Laura sangat menikmati sentuhan Christian, dia merasakan gelenyar aneh dalam dirinya yang tidak pernah dia rasakan saat bersama Matheo.

"You are mine," ucap Christian dengan tatapan lembut

#To be continue...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status