Share

Bab 3

Author: Nirmala
Sayangnya, Wibi tidak melihatnya. Justru di sisi lain, Maya tiba-tiba merinding, lalu cepat-cepat mendekatinya, "Kak Wibi, kamu pasti capek sekali."

Dia mengambil tisu dan menyeka lumpur yang berlumuran di wajah Wibi.

"Nggak kok, ini memang tugas kami."

Maya kembali berkata, "Aku nggak habis pikir, apa yang ada di benaknya sampai datang ke parkiran bawah tanah di saat seperti ini?"

"Sudah diingatkan, tapi masih saja nekat. Tugas kita sudah selesai, yang salah ya dia sendiri …."

Saat Kapten Cipto lewat dan mendengar ini, dia langsung memotong dengan marah, "Diam, Wibi! Kata-kata bisa jadi bumerang! Sebagai petugas penyelamat, jangan bicara sembarangan tentang korban, terutama di depan jenazah! Apa aku perlu mengingatkanmu soal ini?"

"Selain itu, kamu pasti kena sanksi kali ini. Kembali ke markas, tulis laporan!"

"Kenapa harus kena sanksi?"

Maya tidak senang. "Kak Wibi telat karena membantu aku, 'kan?"

Kapten Cipto menatap Wibi dengan tajam. "Nyawa orang itu urusan besar, Wibi. Kita bahas nanti di markas!"

Lalu dia mengarahkan pandangannya ke Maya. "Dan Nona Maya, lain kali jangan menyusahkan semua orang untuk urusanmu sendiri. Kalau kucingmu hilang, itu tanggung jawabmu sebagai pemilik. Jangan pakai alasan itu untuk menghabiskan sumber daya publik!"

Kapten Cipto memang tidak pernah punya kesan baik terhadap Maya.

Dia juga tidak suka dengan cara Maya terus memanggil pacar orang lain dengan nada manja "Kak," jadi setiap kali melihatku diperlakukan buruk, dia sering menegur Wibi.

Namun, bagaimanapun juga, dia bukanlah seorang senior, hanya seorang kapten. Oleh karena itu, setelah menegur beberapa kali tetapi tidak dihiraukan oleh Wibi, Kapten Cipto pun tidak banyak berkata lagi.

Namun, kali ini, Kapten Cipto benar-benar tidak tahan lagi.

Setelah mendengar teguran itu, Maya langsung kesal. "Kak Wibi, dia keterlaluan. Kenapa bicara begitu ke aku?"

"Sudahlah, Maya. Dia itu atasan, jangan banyak ngomong. Aku mau balik ke markas, kamu juga pulang ya."

Wibi menepuk pundaknya, tetapi Maya malah menariknya. "Datang saja ke rumahku nanti. Aku bikin sup buatmu, biar kamu pulih lagi. Hitung-hitung sebagai ucapan terima kasih karena kamu menyelamatkan Bubu."

Bubu adalah kucing ragdoll miliknya. Wibi berpikir sejenak, lalu mengangguk. Tetapi, sebelum pergi, dia mencoba meneleponku.

Sayangnya, ponselku sudah mati total karena kehabisan baterai.

Wajah Wibi tampak kesal. "Masih main drama sama aku? Aku kasih tahu ya, kalau nggak mau angkat telepon, ya jangan pernah angkat lagi selamanya!"

Aku mendesah. "Memang aku nggak akan pernah angkat lagi, Wibi. Puas sekarang?"

Wibi menutup telepon dengan marah dan kembali ke markas. Sesampainya di kantor, Kapten Cipto langsung memarahinya habis-habisan.

Mengetahui bahwa setengah jam terbuang demi menyelamatkan seekor kucing, Kapten Cipto akhirnya tidak bisa menahan emosinya lagi. "Wibi, pisahkan urusan pribadi dan pekerjaan! Jangan anggap semua anggota tim ini sebagai milik pribadimu. Setengah jam! Kalau kalian pergi lebih cepat, gadis itu nggak akan mati!"

"Aku akan laporkan kejadian ini. Siap-siap menerima sanksi!"

"Nggak perlu terlalu serius begitu, 'kan?" Wibi terkejut. "Aku cuma punya tugas lain waktu itu!"

"Siapa yang kasih tugas itu? Ada catatannya?"

Wibi langsung terdiam.

Tidak ada catatan Maya meminta bantuannya, itu hanya panggilan telepon.

Sebaliknya, aku, penghuni yang melapor lewat manajemen, adalah bukti nyata bahwa dia terlambat.

Kalau saja dia terlambat lima menit, aku mungkin masih hidup.

Setelah dimarahi, Wibi pergi untuk menulis laporan.

Empat jam kemudian, jasadku telah dibersihkan. Manajemen gedung mengonfirmasi identitasku dan menyerahkan data terkait kepada tim penyelamat.

Ketika Kapten Cipto menerima data itu, dia langsung terdiam. Dengan cepat, dia berlari ke kantor.

Dia melihat Wibi bergegas keluar.

"Wibi! Mau ke mana? Soal Yuni, dia ...."

"Nggak usah bahas itu lagi, Kapten Cipto. Yuni cuma ngambek, bilang terjebak, lalu mematikan ponsel. Aku nggak tahu apa maksudnya!"

Kapten Cipto menyerahkan data itu kepadanya. "Ini data korban. Lihat baik-baik."

"Kenapa aku harus lihat? Dia bukan siapa-siapaku …."

Belum selesai bicara, Wibi tertegun. Tangannya gemetar saat membaca data itu. Matanya membelalak, dan setelah beberapa saat, dia tergagap, "Ng-nggak mungkin!"

"Itu bukan dia!"

"Kalau mau memastikan, lihat saja langsung."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Reja Aprian sontani
duh lagi seru baca nya bab nya ga bisa dibuka
goodnovel comment avatar
Suherni Erni
kagek nie, tdi kta nya gak peduli, setelah liat data nya nangis tu
goodnovel comment avatar
Rna 1122
sok kaget anjir
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 9

    Tubuhku gemetar tak terkendali setelah mendengar itu. Aku tidak percaya Wibi berkata seperti itu tentang aku kepada Maya.Pantas saja setiap kali Maya melihatku, tatapannya selalu aneh. Pada hari kejadian, dia menyamar sebagai Lino dari pengelola gedung, mengirim pesan agar aku turun ke bawah, lalu mengunci pintu tangga darurat.Awalnya, dia cuma ingin memberiku pelajaran. Tetapi, dia tidak menyangka air di parkiran bawah tanah naik begitu cepat hingga aku tenggelam dan meninggal.Dia sebenarnya takut, tapi juga tidak berani mengakui. Dia ingin melihat bagaimana Wibi akan memilih. Jadi, dia berpura-pura kucingnya terjebak di atas pohon dan memanggil Wibi untuk datang.Kucing itu menghabiskan waktu setengah jam. Saat Wibi tiba, aku sudah tiada.Sekarang, melihat Wibi yang hampir mencekiknya, Maya malah tertawa, "Kematian Yuni itu juga salahmu!""Wibi, kamulah pembunuh sebenarnya! Yuni meninggal karena ulahmu. Kalau saja kamu datang lebih cepat, dia nggak akan mati. Kamulah yang mendoron

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 8

    Wibi langsung bergegas ke rumah Maya. Melihatnya datang, Maya menunjukkan ekspresi penuh kegembiraan.Aku ikut bersamanya, hatiku dipenuhi amarah. Maya, aku tidak pernah punya dendam denganmu. Kenapa kamu melakukan ini padaku?Aku berusaha maju menghampirinya, tetapi tidak bisa. Tubuh ini terlalu lemah. Sebagai roh, bahkan melukai seseorang pun aku tidak mampu.Film-film itu benar-benar menipu!Tanpa banyak bicara, Wibi masuk ke rumah Maya dan mulai membongkar isi lemarinya."Kak Wibi, apa yang kamu lakukan?" tanya Maya dengan panik."Aku mencari helm, jaket, dan celana kerjamu!"Wajah Maya langsung pucat pasi."Kak Wibi, kamu ngomong apa sih? Aku nggak punya baju seperti itu!""Nggak punya? Sampai kapan kamu mau bohong? CCTV di lift merekam semuanya, begitu juga pintu darurat tangga. Kamu yang membunuh Yuni! Kenapa kamu melakukannya?"Maya tetap menyangkal, "Nggak mungkin! Bagaimana mungkin aku menyakitinya? Wibi, kamu sudah gila! Aku juga sedih atas kematian Yuni, tapi kamu nggak bis

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 7

    "Tunggu saja sampai aku menemukan buktinya!" Wibi menggeram sambil mengepalkan giginya. Manajer properti itu hanya bisa pasrah.Di sisi lain, tim penyelamat meminta Wibi menulis laporan pertanggungjawaban, dan dia mendapat sanksi berupa pemberhentian sementara. Namun, keadilan untukku tetap harus diperjuangkan.Aku tumbuh besar di panti asuhan, tanpa teman atau keluarga. Sekarang, setelah mati, satu-satunya orang yang bisa membantuku hanyalah Wibi.Melihat kondisinya sekarang, aku tidak bisa berkata apa-apa.Tiga hari kemudian, Wibi akhirnya mendapatkan ponselku. Ketika dia membukanya dan melihat pesan dari pihak properti yang memintaku turun, dia langsung murka dan segera pergi ke kantor properti. Dia langsung menarik kerah manajer properti dan meninjunya!"Kalian yang membunuhnya! Kalian yang membunuhnya!"Tinju Wibi menghantam manajer properti itu hingga dia menjerit kesakitan. Setelah dipisahkan dengan susah payah, manajer properti berteriak marah, "Aku akan menuntutmu! Sudah kubil

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 6

    Maya segera mendekat, menggenggam tangan Wibi, tetapi Wibi mendorongnya, "Maya, pikiranku sedang kacau.""Ada apa, Kak Wibi?""Dia sudah meninggal, tahu nggak? Orang yang kemarin di parkiran bawah tanah itu Yuni!"Mendengar itu, wajah Maya sejenak tampak senang, tetapi dia segera mengendalikan ekspresinya dan berkata, "Aku nggak menyangka dia ceroboh sekali. Dia tahu parkiran bawah tanah itu penuh air, kenapa dia tetap masuk?"Wibi menghela napas. "Iya, aku sudah berulang kali mengingatkan. Aku bahkan menulis di media sosial agar semua orang tetap di rumah. Kenapa dia nggak mendengarkan dan malah keluar?""Yuni selalu sembrono!"Maya buru-buru menghiburnya, "Nggak apa-apa, Kak Wibi. Nanti kita adakan pemakaman besar-besaran buat dia, biar dia pergi dengan layak.""Kamu memang pengertian, terima kasih. Bahkan di saat seperti ini, kamu masih memikirkan kehormatannya.""Padahal kalau ingat sikap dia ke kamu dulu .…""Aku nggak peduli, Kak Wibi. Asal .…"Tiba-tiba, ponsel Wibi berbunyi. Di

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 5

    Melihat semua ini, aku hanya bisa menggelengkan kepala. "Sekarang kamu baru sadar salah? Apa gunanya? Aku sudah mati. Apa pun yang kamu lakukan nggak akan membuatku hidup kembali. Sudahlah, lupakan saja!""Tapi, urusan pemakamanku kuserahkan padamu. Pastikan aku tampil secantik mungkin .… Ah, sudahlah, lebih baik jangan. Meskipun aku nggak punya keluarga, aku juga nggak mau kamu menyentuhku lagi!"Aku menarik napas panjang, mencoba pergi, tetapi ternyata aku tidak bisa bergerak.Saat itu, tiba-tiba Wibi seperti mengingat sesuatu."Ponsel! Ya, ponsel!"Dia buru-buru menghubungi Kapten Cipto dan mengetahui bahwa pintu darurat memang terkunci. Wibi memutuskan untuk memperjuangkan keadilan untukku, tetapi ponselku rusak karena terendam air.Kapten Cipto meminta pihak pengelola gedung untuk mengambilkan ponsel itu. Begitu mendapatkannya, Wibi langsung pergi ke tempat servis ponsel.Setelah memeriksa kerusakan karena air, teknisi mengatakan bahwa sulit untuk memperbaikinya sepenuhnya.Wibi m

  • Saat Aku Mati, Pacarku Sibuk Menolong Wanita Lain   Bab 4

    Jasadku telah dibersihkan dan dibawa ke ruang penyimpanan jenazah di rumah duka.Wibi datang tergesa-gesa, hampir terjatuh beberapa kali. Setelah menunjukkan identitasnya, dia melihat tubuhku ditarik keluar. Seketika, dia menutup mulutnya dengan tangan, matanya penuh air mata."Yuni …."Dia mencoba mengulurkan tangan untuk menyentuhku, tetapi pada akhirnya tidak berani melakukannya.Petugas di sebelahnya menyerahkan sebuah kotak. "Ini barang-barang milik almarhum. Tolong diperiksa."Wibi menerima kotak itu dan menemukan kalungku di dalamnya. Air matanya langsung jatuh tanpa henti.Kapten Cipto yang mengikuti dari belakang menepuk pundaknya. "Wibi, aku nggak akan banyak bicara soal ini. Tapi katamu, dia sempat meneleponmu, bilang kalau dia terjebak. Saat itu kamu sedang di mana?"Wibi langsung dilanda kesedihan yang mendalam, menjerit memilukan, lalu berlutut di lantai sambil menangis tersedu-sedu.Kapten Cipto hanya bisa menghela napas panjang. "Kalau aku tahu lebih awal bahwa dia mene

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status