Share

Menggali Informasi

Penulis: Khanna
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-30 19:07:07

“Apakah kamu punya informasi pribadi tentang Bian Abimana? Saat ini aku membutuhkannya.”

Elsa dan Rendi baru keluar dari ruangan tempat Wicaksono dirawat. Tanpa mengulur waktu, Elsa segera memulai rencananya untuk bertemu empat mata dengan Bian.

“Memangnya kenapa, Mbak?” Bagaimanapun info yang Rendi miliki tidak boleh tersebar secara sembarangan meski pada Elsa sekalipun.

“Aku sangat membutuhkannya. Bisakah kamu membantuku? Kalau kamu mau mengetahui cerita selengkapnya, ayo, kita cari tempat yang lebih nyaman. Aku harap, kamu bisa membantuku. Terima kasih juga sudah mau merawat Kakek selama ini. Setelah nanti Kakek dipindahkan, tolong jaga kerahasiaannya dari siapa saja.”

“Iya, saya akan mendengarkan alasan Anda terlebih dulu. Tentang Direktur Utama, itu memang sudah menjadi tugas saya.”

Elsa tak menjawab lagi, hanya anggukan dan senyum tipis yang menghiasi bibirnya. Mereka berjalan beriringan menuju ke tempat yang lebih nyaman.

Suasana di sebuah kafe tampak ramai. Elsa dan Rendi sudah duduk di salah satu meja yang ada di sana.

“Nah, gitu ceritanya. Aku hanya ingin keadilan untuk diriku sendiri. Meski terkesan caranya salah, tapi aku berusaha untuk berhati-hati. Seperti Kakek yang tiba-tiba memberi kabar mengejutkan tentang identitas asliku, aku juga akan melakukan hal yang sama pada Vela. Bagaimanapun saat dilihat-lihat dengan teliti, kemiripan Vela dengan Ayah bagiku hampir tidak ada. Pantas dicurigai bukan?”

Mau tidak mau, Elsa harus jujur pada asisten pribadi kakeknya. Dia orang yang gampang menggali informasi, entah dari mana didapatnya, tapi laki-laki itu sering mendapat misi rahasia dan berhasil melaksanakannya.

“Ya, saya memahami maksud Anda. Kemungkinan kecil bisa saja menjadi sebuah hasil yang besar kalau serius saat mengerjakannya.”

Elsa mengangguk-anggukkan kepalanya beberapa kali. Senyumnya tersimpul tipis. Ia senang, Rendi bisa memahami keinginannya.

“Jadi, kamu mau membantuku memberikan informasi terkait Bian Abimana kan?” tegas Elsa untuk mendapat jawaban pasti.

“Iya, Mbak. Saya akan memberikan informasinya.”

“Bisa sekarang?”

“Baik. Akan saya kirim lewat email.”

Rendi mengambil laptop yang tersimpan di dalam tas. Ia bekerja dengan sangat baik. Cekatan dan sangat teliti.

Notifikasi berbunyi. Sudah ada pesan masuk lewat email. Elsa segera membukanya dan memindai setiap kalimat yang tertulis dalam email tersebut.

“Informasi yang sangat berguna. Cukup lengkap. Aku sangat berterima kasih.”

Tatapan Elsa tertuju pada kedua manik mata laki-laki yang duduk di hadapannya. Bibirnya tersenyum menandakan kalau dia merasa senang sekaligus puas.

“Iya, Mbak. Semoga rencana Anda bisa terlaksana dengan lancar. Ayo, saya antar Anda pulang.”

Rendi bekerja begitu serius. Wajahnya pun terlihat datar seperti tak punya perasaan. Entah memang tuntutan pekerjaan, atau sikap Rendi yang memang dingin. Senyum di bibirnya jarang terlihat atau bahkan tak pernah dilakukan.

Elsa melihat jam pada pergelangan tangannya. Kemudian, ia melihat Rendi lagi sambil tersenyum. Isi di dalam kepalanya sedang memikirkan sebuah rencana sebelum pulang lagi ke tempat yang bagai neraka.

“Mumpung masih siang, aku berencana untuk bertemu dengan Bian. Mungkin saja dia bisa diajak untuk sekadar makan. Kamu boleh kembali pada Kakek dan segera mengurus kepindahan Kakek dari rumah sakit itu.”

“Tapi, Mbak. Apa tidak bahaya? Bukankah tadi Anda dilarang untuk pergi?” Meski raut wajah yang selalu datar, Rendi bisa menunjukkan sisi perhatiannya lewat kata-kata.

“Kamu jangan khawatir. Aku bisa mengurusnya kok.”

“Anda mau pergi pakai apa?”

“Mungkin kendaraan online.”

Rendi tiba-tiba merogoh saku celananya. Lalu, ia meletakan kunci mobil di atas meja tepat di hadapan Elsa.

“Anda pakai ini saja. Saya bisa menyuruh orang lain untuk menjemput saya di sini. Setelah urusan Anda selesai, Anda bisa datang ke rumah Direktur Utama untuk mengembalikan mobil itu agar Anda tidak kena marah lagi.”

Elsa tersenyum mendengar perhatian yang secara tidak langsung Rendi lakukan. Orang sedingin Rendi, ternyata bisa menunjukkan sisi semacam itu di hadapan Elsa.

“Iya, sekali lagi terima kasih. Aku selalu merepotkanmu.”

“Tidak masalah, Mbak. Saya harus pergi dulu. Hati-hati saat melakukan rencana Anda. Permisi.”

Rendi bangkit dari tempat duduknya, lantas kedua kakinya berayun bergantian untuk meninggalkan Elsa yang masih betah duduk di kafe itu.

“Nah, ayo, kita mulai rencana untuk merebut Bian Abimana dari tangan Vela dan menggagalkan perjodohan itu.”

Jemari lentik milik gadis berwajah cantik itu menari-nari di layar ponsel. Informasi yang baru saja didapat, memuat kontak yang bisa dihubungi secara pribadi. Elsa sedang melakukannya.

“Selamat siang. Perkenalkan, saya Elsa Wicaksono pengelola Hotel Tulip ingin menawarkan kerja sama dengan Direktur PT. BA Snack Tbk, Tuan Bian Abimana, apakah Anda berkenan untuk membuat janji dengan saya? Saya harap, Anda tidak menolaknya. Saya tunggu paling lambat satu jam dari sekarang di Restoran Laria. Ini sangat penting. Mohon direspons secepatnya.”

Isi pesan itu pada akhirnya dibumbui oleh paksaan. Kalimat yang baik di awal. Namun, akhir kalimatnya sangat meresahkan.

“Dengan ini, aku harap dia peka dan datang tanpa drama penolakan.”

Sambil berbicara sendiri, Elsa menekan tombol kirim pada layar ponselnya. Kalimat paksaan yang cukup panjang itu telah masuk ke nomor WA pribadi Bian Abimana. Sudah bercentang dua pula. Tinggal menunggu dibuka.

Elsa kembali membuka email data diri dari Bian yang tadi dikirim oleh Rendi.

“Ternyata, sekelas direktur punya rumor semacam ini. Diduga tidak menyukai lawan jenis. Menarik juga. Tapi, ada gosip lain yang menyebut kalau dia suka memainkan perasaan orang yang menyukainya. Jadi, dia seorang laki-laki playboy atau penyuka sesama jenis sebenarnya? Atau malah keduanya. Aku harus berhati-hati. Bisa-bisanya Ayah menjodohkan Vela pada pria semacam ini. Hanya demi bisnis, semua bisa terjadi. Vela juga, kenapa tidak menolak perjodohannya? Sudah ada benih cinta rupanya. Aku jadi semakin bersemangat untuk merebutnya.”

Matanya sibuk memindai isi email yang tadi sudah dibaca, sedangkan mulut Elsa bergumam tentang sesuatu yang terlintas di kepalanya.

Notifikasi berbunyi. Dalam beberapa menit, Bian menjawab pesan yang Elsa kirim. Mengetahuinya, Elsa kegirangan.

“Wah, apa ini? Anda bertujuan mengajak untuk bekerja sama atau malah memaksaku menuruti kemauan Anda?”

Jawaban yang diharapkan Elsa nyatanya tak semulus itu. Tentu saja akan ada drama. Apalagi Bian memang orangnya keras kepala. Tidak suka dikekang dan dipaksa untuk melakukan sesuatu hal.

“Iya, keduanya. Jadi, temui saya di Restoran Laria. Saya akan datang ke sana sekarang.” Elsa malah semakin memaksa.

“Hei! Aku nggak mau! Bukan seperti ini meminta orang untuk bekerja sama. Apalagi denganku.”

“Bukankah Anda akan dinikahkan dengan Vela? Saya punya banyak informasi tentangnya. Anda rugi kalau tidak mengetahui kebenarannya sekarang. Atau malah Anda memang sudah cinta mati dengannya dan menerima perjodohan itu dengan suka rela?”

Meski saat menulisnya Elsa sedikit ragu dan aliran darah di tubuhnya terasa menghangat karena takut mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan, akhirnya ia tetap mengirimkan kalimat tersebut. Harapannya tentu saja Bian merasa tersinggung dan dia tak suka dengan perjodohan itu.

“Ayo, kita bertemu sekarang. Kita harus berbicara empat mata dengan serius. Apa maumu sebenarnya?”

Bibir Elsa seketika mengembang kala membaca jawaban dari Bian yang sesuai dengan harapan.

“Bagus. Aku harap, untuk ke depannya tidak ada kendala yang bisa bikin kepalaku jadi pusing. Ayo, tawarkan kesepakatan untuk saling menguntungkan. Kamu bisa Elsa!”

Gadis itu menyemangati dirinya sendiri, lantas bangkit dan pergi meninggalkan kafe menuju ke tempat makan lain. Tempat di mana awal berjumpanya dua orang laki-laki dan perempuan yang nantinya akan memiliki perasaan khusus yang tidak diduga sama sekali.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pernikahan Sesungguhnya

    “Bebaskan aku! Aku nggak bersalah! Mas Aryo yang menyuruhku selama ini! Dia yang awalnya punya rencana busuk itu. Aku nggak bersalah!”Nani histeris kala hakim telah memvonis hukuman penjara selama beberapa tahun kepadanya.“Mas Aryo yang jahat! Dia yang bersalah! Bukan aku!” ulang Nani dengan suara yang masih lantang.“Kita sama-sama berbuat kejahatan. Kita yang merencanakan semuanya! Bukan hanya aku!” balas Aryo tak mau disalahkan.“Diam kamu! Aku nggak mau di penjara!” hardik Nani.“Kita sama-sama salah! Jangan limpahkan semua kesalahan kepadaku! Brengsek!” Aryo kesal karena Nani selalu menyalahkannya.“Tolong diam semuanya! Keputusan sudah ditentukan! Tidak ada gunanya kalian bertengkar seperti sekarang! Silakan bawa tersangka ke dalam sel yang telah disediakan.”Kemarahan Nani tak bisa dilampiaskan lagi karena memang telah mendapatkan keputusan dari pihak berwenang. Percuma saja meski dia marah hingga berteriak-teriak. Vonis itu akan tetap menimpa dirinya sebab perbuatan jahat ya

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Kebusukan yang Terkuak

    Kasus kejahatan yang dilakukan oleh Nani dan Aryo sudah ditangani pihak berwenang. Nani diringkus oleh pihak kepolisian. Namun, Handi memohon untuk menunda kepergian mereka sampai Vela datang.“Yah! Sebenarnya ada apa? Kenapa Ayah datang bersama polisi yang akan menangkapku? Aku nggak melakukan apa-apa, Yah!” bela Nani wajahnya memucat. Ia duduk dengan tangan yang telah diborgol.“Kau selingkuh dengan Aryo kan? Kalau mengelak, hukumanmu akan tambah berat,” ancam Handi.Kata-kata Handi yang Nani dengar itu bagai dentuman bom yang meluluh-lantahkan perasaan di dalam hatinya. Ada ketakutan yang dirasakan di detik yang sama. Tak menyangka, semua yang telah ditutup rapat-rapat akan terkuak begitu saja.“A—apa maksudmu, Yah?” Ya, tentu Nani tak akan mengakuinya dengan mudah meski nasibnya sudah di ujung tanduk.“Kau mendorong Pak Umar dari atas tangga gara-gara dia melihatmu sedang bermesraan dengan Aryo kan? Akui saja Nani.”Nani hanya menggelengkan kepalanya. Ia ingin menyangkal lagi, tet

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Aku Mau Menikah Denganmu

    Sehari setelah Wulan menyampaikan alasannya kepada orang-orang dari masa lalunya, menjadikan hubungan itu kembali membaik. Penyesalan dari masing-masing orang bisa saling diterima dengan lapang dada. Mereka saling memaafkan dan memulai dengan hubungan yang lebih baik dari sebelumnya.Handi dan Wulan belum membicarakan lagi tentang hubungan pernikahan keduanya. Mereka ingin fokus pada kesembuhan Elsa terlebih dulu.Ketika sedang bercengkerama, ponsel Handi berbunyi. Ia mengambil benda itu. Di layar itu tertulis istriku. Ya, Nani orang yang menelepon Handi.Aku harus mengganti nama kontak ini. Dia wanita jahat dan licik. Aku akan menyudahi hubungan pernikahan kami. Tapi, sampai Elsa belum bisa dibawa pulang, aku harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Ini demi kelancaran rencanaku untuk menjebloskannya ke penjara.Handi menyingkir dari orang-orang. Kemudian, mengangkat telepon yang berasal dari istrinya.“Halo, Yah. Ayah mau pulang kapan? Jangan lama-lama. Aku sendirian di rumah.”Nan

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Titik Terang

    Septi dan Wulan memasuki ruangan tempat Elsa terbaring tak berdaya. Orang-orang yang ada di ruangan itu, tentu menyambutnya dengan senyum yang lebar. Namun, kala menyadari kalau Wulan adalah orangnya, Wicaksono dan Elsa tercengang. Keduanya tak percaya kalau Wulan masih hidup dan sekarang berdiri di hadapan mereka.“Apa benar kamu Wulan?” tanya Wicaksono menghampiri wanita yang berdiri di sebelah Septi.Wulan mengangguk sambil menahan rasa khawatir. Lisannya bagai terkunci. Meski senang bisa berjumpa lagi dengan mertuanya, tetap ada rasa tidak nyaman yang menyeruak dari lubuk hati terdalam.“Kakek mengenalnya?” Laras tentu tak tahu apa-apa. Juga, suasana ruangan itu berubah canggung karena pertemuan mereka. Hingga Laras makin penasaran.Wicaksono malah terdiam. Pelan-pelan sorot matanya tertuju ke arah Elsa. Hatinya yang mendesir pun mengundang perasaan haru.“El, ternyata bundamu masih hidup. Apa yang kamu lihat, mungkin memang dia. Ini benar-benar keajaiban,” kata Wicaksono pada Els

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Pengakuan Umar

    “Pak, saya mau mengabarkan berita bahagia tentang Ayah saya. Beliau sudah mulai bisa berbicara. Ayah saya ingin mengatakan tentang kejadian saat beliau jatuh di tangga. Kalau berkenan, saya akan mengeraskan suara panggilan ini agar Anda bisa mendengarnya juga. Saya akan merekamnya sekalian sebagai bukti kalau seandainya nanti dibutuhkan.”Rendi menjelaskan tujuannya sebelum Umar mengatakan apa yang ia alami di masa lalu.“Oh, syukurlah kalau memang begitu. Loadspeaker saja, biar kami ikut mendengar,” jawab Handi, kini lebih menghargai Rendi.“Ayah saya masih terbata-bata saat berbicara, mohon pengertiannya kalau ucapannya sulit dipahami.” Rendi menjelaskan lagi secara spesifik tentang kondisi ayahnya.“Tidak masalah, Ren.”“Baik, Pak. Terima kasih.”Apa nantinya, kebusukan Mama Nani akan terbongkar? Menurut Elsa dari ceritanya dulu kan, Mama Nani orang yang sudah mendorong ayahnya Rendi. Kira-kira, apa sebabnya ya?Bian hanya diam saat Rendi mengatakan tujuannya. Ia masih menutupi rah

  • Saat Calon Suamiku Mencintai Adik Tiriku   Mencecar Aryo

    “Di mana bajingan itu, ha! Sudah diberi kepercayaan, tapi malah berniat membunuh Elsa? Apa alasan bajingan itu, ha! Pengkhianat!”Ketika Handi dan yang lain sudah sampai di rumah sakit tempat Aryo dirawat, ia tak bisa membendung emosinya lagi. Ia tak sabar ingin bertemu dengan Aryo yang mungkin sedang terkulai tak berdaya di ranjang pesakitan.“Mari, Pak. Saya antar.” Salah satu bodyguard mempersilakan mereka untuk mengikutinya ke ruangan tempat Aryo dirawat.“Iya! Cepat antar aku ke sana!” jawab Handi makin geram sambil melangkahkan kakinya.Kemurkaan terlukis di wajahnya. Orang yang begitu dipercaya, ternyata menusuknya dari belakang. Apalagi Handi telah tahu siapa Elsa sebenarnya, kemarahan makin tak terbendung.Sampai di ruangan tempat Aryo dirawat, Handi menautkan alisnya seraya menatap tajam ke arah Aryo yang terbaring lemah. Orang itu telah sadar setelah tadi sempat pingsan.“Yo! Apa maksudmu! Kamu sengaja mencelakai Elsa? Kamu berniat membunuhnya, ha! Apa yang ada di pikiranmu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status