Share

Tak Disangka

Kehadiran Elsa di dalam ruang VVIP sebuah rumah sakit ternama di negara ini disambut oleh senyuman hangat Wicaksono.

Tumben, Kakek jadi bisa senyum gini. Sebelumnya, wajahnya ditekuk terus. Apa gara-gara penyakitnya kambuh lagi. Jadi bikin otaknya agak terganggu.

Elsa yang heran dengan sikap kakek angkatnya yang tak biasanya itu hanya bisa membatin.

Semenjak Nani dan Vela hadir di tengah-tengah keluarga, Elsa mulai terabaikan dan dianggap orang yang kebetulan menumpang sebab syarat untuk menemukan Wulan dan anaknya. Ada perjanjian pula yang mengikat keduanya. Wicaksono pun sikapnya makin dingin karena mendapat hasutan dari Nani.

Namun, kali ini seakan berbeda, senyuman dan wajah yang tampak bahagia menghiasi wajah Wicaksono kala bertemu dengan Elsa.

“Kakek senang, masih bisa bertemu denganmu, El.”

Elsa makin bingung dengan perkataan yang baru saja terucap.

“Kakek sudah membaik? Elsa juga senang bisa melihat Kakek tersenyum begitu.”

Meski merasa aneh, Elsa tak mungkin bisa mengutarakannya. Hubungan mereka memang tidak sedekat itu.

“Maafkan Kakek, selama ini, sikap kurang bersahabat Kakek pasti membuatmu sangat tidak nyaman.”

Elsa terpaksa tersenyum. Ujung bibirnya terasa kaku. Sikap Wicaksono malah membuat Elsa menjadi tidak nyaman. Ia bingung apa yang membuatnya berubah seramah ini.

“Kamu pasti bingung kan?” Sorot mata pria tua itu beralih menatap asisten pribadinya. “Rendi, tolong ambilkan hasil pemeriksaan itu dan berikan pada Elsa,” perintah Wicaksono.

“Baik, Pak.”

Elsa melihat Rendi yang menghampiri lemari. Tanpa mau beralih, tatapan Elsa terus mengikuti setiap apa yang laki-laki berpawakan kekar itu lakukan.

Tanda tanya besar bermunculan membuat rasa penasaran seakan meluap. Elsa sudah tak sabar ingin segera mengetahui apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Rendi berbalik badan. Kini, ia memegang sebuah map berisi hasil pemeriksaan yang Wicaksono katakan. Ia menyerahkan map itu pada Elsa.

“Buka, El. Baca dengan teliti,” perintah Wicaksono.

“Memangnya apa ini, Kek?” tanya Elsa seraya membuka map itu secara perlahan.

“Baca saja. Nanti kalau belum paham, Rendi yang akan menjelaskan semuanya.”

Fokus Elsa yang tadinya tertuju pada Wicaksono, kini beralih melihat isi dari map yang sudah diambil.

Elsa seketika bingung saat melihat tabel yang menunjukkan tulisan dan angka-angka yang tak dipahami. Namun, ia terkejut kala membaca kop surat yang menjadi inti dari hasil pemeriksaan itu. Di sana tertulis hasil identifikasi DNA. Di bawahnya, ada keterangan siapa yang melakukan pemeriksaan itu. Yaitu, Handi Wicaksono terduga ayah dan Elsa Wicaksono sebagai anak.

Makin penasaran, Elsa memindai setiap keterangan yang ada di kertas itu. Membaca setiap kata yang nantinya akan memberikan pemahaman kepadanya.

Kecerdasan Elsa tidak diragukan lagi. Ia pantang bertanya sebelum benar-benar memahaminya dengan maksimal mungkin.

Pada akhirnya, ia menemukan maksud isi dari hasil pemeriksaan itu. Elsa dan Handi memiliki banyak kemiripan yang ditunjukkan dalam tabel. Keterangan yang ditulis menyatakan Handi adalah ayah biologis dengan persentase 99,99% membuat hati Elsa mendesir dan jantungnya berdegup hebat.

“Kek, apa ini? Aku dan Ayah bukan orang lain? Dia ayah kandungku? Apa ini benar, Kek?”

Wajar kalau Elsa tak mempercayainya. Dengan sangat kebetulan, mereka malah dipertemukan dengan cara yang sama sekali tak terduga.

“Itu hasilnya. Awalnya Kakek penasaran kenapa kamu sepintas mirip Handi dan Almarhum Wulan. Kakek diam-diam mencari tahu sendiri. Kakek juga sangat terkejut, El. Ternyata, kamu cucu Kakek yang selama ini dicari. Kakek bahagia banget masih bisa bertemu dengan cucu Kakek yang dulu sangat lucu. Ini sebuah keajaiban, El. Perkataan orang yang memberikan syarat untuk mengadopsi anak benar-benar terkabul.”

“Jadi, Kakek bukan kakek angkatku? Tapi, kita punya hubungan darah, Kek?” tegas Elsa lagi. Perasaannya masih abu-abu.

“Iya, kamu cucu Kakek yang selama ini dicari. Saking syoknya waktu itu, kondisi Kakek malah jadi menurun dan harus dibawa ke rumah sakit seperti ini. Tapi, di luar itu, Kakek sangat bahagia. Cucu kesayangan Kakek bisa ditemukan. Apa boleh Kakek memelukmu?”

Mata Elsa mulai mengembun. Antara rasa bahagia bercampur haru memenuhi ruangan yang ada di dalam hatinya. Bagai mimpi, anak yang dikira sebagai yatim piatu, malah diadopsi oleh ayah kandungnya sendiri.

Elsa menghampiri Wicaksono dan memeluk erat tubuh yang mulai renta itu. Sejak diadopsi, Elsa baru kali ini memeluk kakeknya. Dulu, seperti ada batas yang memisahkan keduanya dan kini telah lenyap.

“Kek, Elsa nggak pernah menyangka kalau selama ini keluarga kandung Elsa malah keluarga Ayah. Elsa pikir, sudah nggak ada keluarga yang tersisa. Hanya Elsa sendiri.”

Wanita berambut panjang itu, tak kuasa membendung air matanya. Bulir bening itu membasahi pipinya.

“Maafkan, Kakek. Selama ini sikap Kakek pasti menyulitkan hidupmu, El. Sekarang, Kakek janji akan berusaha membahagiakanmu. Kamu bukan lagi anak adopsi yang tinggal sebatang kara. Ada Kakek dan keluarga ini yang kini selalu ada untukmu.”

Elsa tak bisa berkata-kata. Hanya air mata yang masih mengucur dari telaganya. Bahagia bercampur haru tak mungkin bisa terelakkan.

“Nah, mulai sekarang, kamu harus bahagia. Jangan menangis.”

Pelukan mengharu biru telah usai. Wicaksono mengusap bekas air mata yang menempel di pipi cucu kesayangannya dengan jemarinya yang mulai menyusut.

“Iya, Kek. Apa Ayah sudah tahu tentang hasil tes DNA itu, Kek?”

Elsa duduk di sebelah Wicaksono. Ia pun membersihkan sisa air matanya.

“Belum, El. Ini masih rahasia. Kakek pikir, Nani terlalu mempengaruhi Handi. Jadi, lebih baik, mungkin dirahasiakan sementara waktu.”

Oh, ternyata Kakek memahami sikap Mama Nani. Kalau begitu, keputusan Kakek memang tepat. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk. Ayah bisa saja nggak percaya dan malah membuat kondisi Kakek tambah lemah. Apalagi mulut sadis Mak Lampir itu nggak ada tandingannya.

Elsa hanya bisa berbicara di dalam hati dan memikirkan perkiraan buruk yang mungkin saja bisa terjadi.

“Kek, bisakah Kakek menuruti permintaanku?” pinta Elsa.

Kening Wicaksono mengerut. Ia penasaran dengan permintaan cucu tersayangnya.

“Iya, selagi itu hal yang baik.”

“Sebelumnya, Elsa mau bercerita tentang pernikahan Elsa, Kek.”

“Oh, dua minggu lagi kan?” Bibir Wicaksono tersenyum tipis.

“Iya, seharusnya. Tapi, Elsa membatalkannya, Kek.”

“Memangnya ada masalah apa, El? Bukankah selama ini hubungan kalian baik-baik saja? Meski Rio hanya anak dari sopir pribadi keluarga, Kakek melihatmu bahagia saat bersamanya. Bukan karena status yang berbeda kan? Tapi, kalau waktu itu Kakek sudah tahu identitas aslimu, Kakek mungkin akan melarang hubunganmu, El. Untung saja bukan saat itu, baru sekarang Kakek tahu dan Kakek melihat kamu bahagia bersamanya. Jadi, Kakek akan tetap mendukungmu asal kamu bahagia, El. Sudah terlalu banyak kesedihan yang selama ini kamu terima. Kakek tidak mau melukaimu lagi.”

Terenyuh hati Elsa mendengar pernyataan yang terucap dari lisan Wicaksono. Seperti mimpi yang tak pernah terbayang bisa terjadi.

“Bukan karena itu, Kek. Elsa memang tulus mencintai Rio, tapi kenyataannya, Elsa melihat pengkhianatan di depan mata Elsa sendiri. Lebih baik menyudahi saja kan, Kek? Lebih parahnya, Rio berselingkuh dengan orang yang Elsa kenal, tapi Elsa nggak mau mengatakannya sekarang. Elsa nggak mau kondisi Kakek malah memburuk. Elsa meminta pada Kakek untuk merestui segala yang nantinya akan Elsa lakukan, Kek. Bukan sesuatu yang buruk kok. Elsa butuh dukungan dari Kakek. Elsa juga meminta tolong untuk merahasiakan terlebih dulu identitasku dari siapa saja, Kek. Untuk menjaga kondisi Kakek agar tetap stabil, Elsa mohon Kakek pindah dari rumah sakit ini ke tempat yang dirahasiakan dari Mama Nani dan Ayah. Elsa mohon, Kek.”

“Apa yang akan kamu lakukan, El?” Raut wajah Wicaksono tampak khawatir.

Elsa tersenyum dan memeluk Wicaksono untuk menenangkannya.

“Kakek jangan khawatir. Elsa hanya ingin membalas rasa yang selama ini Elsa rasakan. Sepertinya ada rahasia besar yang tersembunyi dengan sangat rapat. Elsa saja bisa dengan kebetulan bertemu dan menjadi cucu kesayangan yang dulu Kakek cari, mungkin saja ada kemungkinan lain yang masih bisa saja terjadi. Elsa hanya butuh restu dari Kakek dan tolong rahasiakan semua ini dari orang-orang. Kakek mau menuruti permintaan Elsa kan? Elsa janji, Elsa akan mempertanggungjawabkan segalanya asalkan Kekek merestui setiap perbuatanku.”

“Asalkan kamu bahagia dan tidak membahayakan keselamatan orang, terlebih kamu, Kakek akan mendukungmu.”

“Terima kasih, Kek.”

Ya, dengan identitas baruku ini. Aku akan lebih mudah merebut Bian Abimana dari tangan Vela. Laki-laki yang mungkin sudah membuat Vela jatuh cinta. Perjodohan mereka akan kugagalkan. Warisan yang dulu sebagian besar akan dikuasai Vela, kini tak sama lagi. Kakek harus aman dari Mak Lampir itu. Kalau tahu kebenaran tentang identitas asliku, bisa saja Mama Nani mengancam Kakek untuk menetapkan surat warisan sesuai keinginannya. Itu nggak boleh terjadi. Tentang pernikahan siri yang dulu Ayah lakukan, bisa saja ada kejadian yang tak terduga. Aku harus memastikannya.

Otak Elsa bekerja keras merancang rencananya. Ia berbicara di dalam hati kala merancang tahap demi tahap apa yang akan dilakukannya nanti.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status