Share

Part8

Author: Oscar
last update Last Updated: 2022-08-08 22:56:54

Aku dan mama kembali saling menoleh. Tak menyangka kalau mas Dimas akan bersikap terus terang seperti itu.

Selama ini pernikahan kami memang belum diumumkan pada seluruh keluarga dan sahabat. Masih sibuk mengurus papa yang masih sakit, disusul dengan kepergian papa. Hingga belum ada waktu untuk meresmikan atau mengadakan resepsi.

Termasuk keluarga om Wira, sahabat papa dan mama yang paling dekat.

"Lho, kok bisa begitu?" Tante Sonia juga tak kalah kaget.

"Maaf, Sonia. Mas Wira dan juga Arya. Kejadiannya terlalu mendadak. Ini adalah keinganan almarhum mas Hadi agar anak-anak ini cepat-cepat dinikahkan." Mama memberi penjelasan.

"Jadi, Dimas menikahi adiknya sendiri?"

"Bukan begitu, Sonia. Mereka kan tidak ada hubungan darah. Makanya mas Hadi ingin mereka menikah. Biar ada yang jagain Dwi juga, nanti kalau kami sudah nggak ada." Mama seolah mengerti apa yang tante Sonia maksudkan.

"Wah, curang ini ya, Pa," ledek tante Sonia lagi. "Dulu kan perjanjiannya anak kita akan menikah dengan adiknya Dimas."

"Tapi kan Ajeng udah nggak ada, Tante." Mas Dimas seperti membela keputusan orang tuanya. Dan lagi-lagi hal itu membuatku bingung.

Aku hanya terdiam mendengar perdebatan mereka. Sedikit banyak aku bisa menangkap apa yang mereka bicarakan. Tapi tetap saja semua sudah terjadi. Meski nantinya aku dan mas Dimas berpisah, keluarga itu belum tentu menerima status jandaku untuk anak mereka.

Lagipula mana mungkin mas Arya mau menikah dengan mantan istri sahabatnya. Sebaiknya aku tidak memikirkan yang tidak-tidak lagi tentang pernikahan.

*

"Kamu jangan gampang tergoda dengan si Arya itu, Dwi!" ucap mas Dimas saat keluarga itu sudah pulang. "Arya itu playboy. Apalagi selama ini dia tinggal di luar negeri. Kehidupan di sana pasti bebas. Bisa kena penyakit nanti kamu kalau dekat-dekat sama dia."

Aku yang baru saja meletakkan cangkir-cangkir teh bekas tamu tadi heran mendengar ucapannya.

"Mas Dimas nggak usah ikut campur. Ingat perjanjian kita!" sahutku dengan ketus. Lalu berjalan menuju lantai atas untuk mandi.

Langkah kaki mas Dimas mengikuti dari belakang.

"Tadi teh nya kok nggak ditambahi, Dwi? Mas kan belum ada minum." Pria itu masih mengekor di belakangku dengan mengeluh.

"Mas lupa perjanjian kita? Kenapa nggak minta sama bik Siti? Dwi mau mandi. Gerah!" ketusku lagi.

Bukan hanya tubuhku saja yang gerah karena kesorean mandi. Tapi juga hati, melihat sikap mas Dimas yang tak kumengerti.

*

Malam ke tujuh tahlilan almarhum papa, rumah tampak ramai dengan tamu undangan yang ikut membaca doa.

Pemandangan yang tidak mengenakkan membuat diriku seperti sedang dihina. Wanita bernama Lena ada di antara para undangan yang datang.

Dengan kerudung putih yang hanya dia letakkan di kepala, dia duduk di kursi di halaman. Mungkin sengaja tidak masuk karena takut bertemu dengan mama. Mas Dimas pasti sudah memberitahukan pada dia, bahwa mama sudah mengetahui hubungannya dengan mas Dimas.

Selama acara aku lebih memilih duduk di teras belakang. Enggan melihat selingkuhan suamiku yang berani terang-terangan datang meski sudah ketahuan.

"Kok sendirian, Dwi? Dimas mana?" Suara seseorang mengagetkanku.

Aku langsung menoleh dan mendapati mas Arya sedang berdiri di depan pintu.

"Eh, mas Arya datang. Tante sama om ikut?" Aku bertanya dengan ramah.

"Iya. Lagi di depan sama tante Ratih."

"Oh. Dwi nggak lihat tadi."

"Kami baru nyampek. Mas nggak lihat kamu sama Dimas. Makanya Mas cariin ke sini."

Mas Dimas tidak ada? Mungkin sedang berduaan dengan Lena. Pasangan selingkuh itu pasti mencari kesempatan di tengah keramaian untuk berduaan di suatu tempat.

"Oh, mas Dimas mungkin sibuk, Mas. Duduk dulu, mas Arya. Dwi ambilin minum."

Tak lama aku kembali membawa secangkir kopi dan beberapa potong kue dalam piring kecil. Mas Arya menyambutku dengan penuh senyum.

"Kamu udah lulus SMA, ya?" Mas Arya mulai bertanya.

"Iya, Mas. Baru lulus tahun ini."

"Nggak dilanjutin? Katanya dulu mau jadi guru."

Aku tertegun. Aku benar-benar lupa kalau aku pernah mengobrol dengan laki-laki ini.

"Iya, Mas. Mungkin tahun depan. Nunggu tahun ajaran baru." Aku sedikit gugup.

"Iya. Menikah kan bukan halangan untuk mengejar karir."

Aku tersenyum. Mas Arya orangnya sangat demokratis. Sepertinya dia bukan tipe orang yang suka mengekang kebebasan orang lain.

"Mas Arya kapan balik ke luar negeri?"

"Wah. Mas diusir nih. Belum juga seminggu di Indonesia, udah disuruh balik." Mas Arya meledekku dengan nada merajuk.

"Eh, Dwi nggak bermaksud begitu, Mas. Dwi kan cuman bertanya." Aku merasa tidak enak.

Kemudian mas Arya tertawa.

"Iya, iya. Mas bercanda. Masih lama kok. Mas sengaja ambil cuti biar bisa lama di sini."

Aku pun ikut tertawa. Ternyata mas Arya orangnya ramah. Mengobrol dengannya terasa nyaman. Bisa mengurangi kesedihan yang aku alami beberapa hari ini.

"Di sini kamu rupanya!" Mas Dimas tiba-tiba muncul. "Yang lain pada baca doa kamu ketawa-ketawa di sini."

Aku dan mas Arya langsung terdiam. Tidak menyangka bahwa mas Dimas akan bersikap ketus seperti itu.

Mas Dimas langsung duduk dan bergabung bersama kami tanpa ditawari. Matanya melirik ke arah cangkir dan piring kue di dekat mas Arya.

"Bikinin minum, Dwi. Mas udah lama nggak ngobrol sama Arya." Tanpa memikirkan perjanjian kami, dia seenaknya saja memerintahku.

"Bentar. Biar Dwi suruh bik Siti!" Aku tak kalah ketus.

Tak peduli dengan mas Arya yang menatapku dengan pandangan aneh. Mas Dimas langsung melotot saat aku bangkit dan meninggalkan mereka.

~~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 69

    "Kenapa Mama pergi, Sayang? Apa mama masih benci sama Mas?" tanya Dimas ketika melihat ibunya langsung pergi begitu dia baru sampai. Tanpa menyapa apalagi bertanya tentang keadaannya terlebih dahulu."Sudah, Mas. Tidak usah dipikirkan. Ayo kita masuk." Dwi langsung menarik lengan suaminya agar ikut masuk dengannya. "Apa Mas sudah sarapan? Mau Dwi buatin kopi, atau apa?""Sebenarnya belum, sih. Tapi ketika melihat kamu, Mas sudah kenyang.""Ilih, Mas Dimas suka gombal, deh. Jangan-jangan sudah dibuatin sarapan sama Lena tadi, iya kan?" Mengingat nama itu sebenarnya hati Dwi terasa perih, namun nama itu tidak akan bisa dia lupakan begitu saja dari dalam hidupnya."Kok ngomongin dia lagi, sih? Apa Dwi belum bisa percaya seutuhnya sama Mas?""Dwi percaya kok sama Mas. Jika Dwi tidak percaya sama Mas Dimas, untuk apa juga Dwi nyuruh Mas pulang." Dwi meralat kembali ucapannya agar suaminya tidak jadi marah."Eh, suasana rumah kok sepi? Bik Siti kemana?" tanya Dimas begitu menyadari tidak ad

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 68

    "Ibu!" ucap Rangga ketika memasuki ruangan yang ditempati oleh Ratih. Pria itu mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu sembari mengacungkan jari telunjuk ke arah wanita paruh baya itu. Raut wajah wanita yang sedang mengenakan busana serba putih itu seperti tidak asing baginya."Kamu mengenal saya?" tanya Ratih dengan penuh tanda tanya. Seingat wanita paruh baya itu, dia tidak pernah mengenal ataupun melihat pemuda yang sedang berada dihadapannya kini."Oh, iya. Saya ingat sekarang. Bukankah Anda itu adalah Bu Ratih, salah satu donatur tetap di Panti Asuhan 'Sahabat Sejati'?" ucap Rangga penuh dengan keyakinan."Benar itu saya. Saya adalah salah satu pemilik dan pengurus yayasan itu. Kamu siapa? Kenapa kamu tahu tentang yayasan itu?" Ratih balik bertanya pada pemuda yang baru saja memasuki ruangannya itu."Oh, perkenalkan. Nama saya Rangga Adiyasa, saya adalah salah satu anak penghuni Panti Asuhan itu tempo dulu. Senang bisa bertemu dengan anda kembali." Dengan ramah, pemuda yang memilik

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 67

    "Dimas! Dimana kamu? Ayo keluar! Jangan coba-coba sembunyi dariku Dimas!" teriak Lena dari luar sembari menggedor-gedor pintu ruangan yang biasa ditempati oleh Dimas dengan sangat keras. Sudah beberapa hari ini wanita itu datang ke kantor ini untuk mencari keberadaan kekasih hatinya itu dan ingin meminta pertanggung jawaban darinya.Namun sayang, apa yang dia cari tak kunjung ketemu. Bak ditelan bumi, keberadaan Dimas tidak dia ketahui. Yang ada hanya Arya, pemuda yang begitu menyebalkan baginya.Ratih dan Arya yang sedang memeriksa berkas-berkas pekerjaan kantor di dalam ruangan itu sontak terkejut."Siapa itu Arya?" tanya Ratih kepada putra temannya itu."Sepertinya itu suara Lena, Tante.""Kenapa wanita itu bisa bebas berkeliaran di kantor ini?""Dia sudah biasa melakukannya, Tante. Beberapa hari ini saja, dia sudah berkali-kali datang ke sini untuk mencari Dimas.""Kenapa kamu tidak mengusirnya?""Saya sudah mencoba untuk memberinya peringatan, namun wanita itu tidak juga mau meny

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 66

    Dimas dapat merasakan tentang betapa beratnya kerinduan yang dirasakan oleh istri kecilnya itu. Sebab saat ini Dimas juga merasakan hal yang sama. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak dan segera keluar dari masalah yang sedang menderanya. "Kamu yang sabar ya, Sayang. Mas akan segera membuktikan bahwa Mas tidak pernah berhubungan sejauh yang Lena tuduhkan pada Mas. Kamu percaya kan sama Mas?" Hanya kata-kata itu yang dapat Dimas ucapkan untuk meyakinkan istrinya."Dwi percaya sama Mas Dimas."*Sepanjang malam Dwi tidak bisa tidur memikirkan tentang keadaan suaminya. Sebagai istri, seharusnya saat ini Dwi berada di samping suaminya dan melayani segala kebutuhan Dimas. Dalam hati yang paling dalam, Dwi benar-benar merasa bersalah karena telah menuntut Dimas dengan berlebihan dan memberi sebuah beban yang sangat berat dipundak suaminya itu.Karena tidak bisa tidur, Dwi memutuskan untuk membuat sarapan untuk ibu mertuanya. Dwi harus mencari perhatian dari ibu suaminya itu agar tetap bersi

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 65

    "Kamu mengenalku?" tanya Dimas heran.Pria yang ada dihadapannya itu tersenyum sinis sembari membuang muka, seperti tak ingin melihat wajah Dimas."Tentu saja aku mengenalmu. Kamu orang yang telah merebut Lena dariku, bukan?"Sontak Dimas terkejut dengan pernyataan pria itu. Dimas merasa khawatir jika akan terjadi selisih paham diantara mereka. Kemudian dia melirik Arya yang berada disampingnya. Dimas curiga bahwa Arya sengaja melakukan semua ini untuk menjebaknya. Agar pria yang tidak dia kenali ini salah sangka dan menghajarnya.'Licik sekali kamu, Arya!' gumam Dimas dalam hati."Tenang saja, Bro. Aku tidak akan berbuat macam-macam terhadapmu. Justru dengan kedatanganmu kesini, akan menguntungkan buatku. Bukankah begitu kawan?" ucap pria itu menatap kearah Arya.Arya tersenyum sembari mengangguk. Membenarkan semua ucapan pria yang bernama Rangga tersebut."Apa maksud kalian?" tanya Dimas semakin tak mengerti. Menatap Arya dan Rangga secara bergantian."Oh, perkenalkan! Saya Rangga,

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part64

    Dwi yang melihat itu menjadi tak enak hati. Lalu semakin mengeratkan diri dalam pelukan suaminya itu."Dwi cuma bercanda, Sayang. Dwi ke sini sengaja mau ngasi kejutan buat Mas Dimas. Dwi kangen banget sama Mas Dimas," ucap Dwi dengan sangat manja.Hati Dimas terenyuh mendengarnya. Suara manja Dwi membuat wanita itu terlihat begitu menggemaskan."Oh, gitu. Sengaja mau bikin Mas marah, gitu?""Dih. Emang kalau Mas Dimas marah gimana?""Mmm... nantangin, ya?""Emang mau ngapain?"Dimas tersenyum nakal, lalu menarik hidung mancung Dwi dengan gemas."Mas mau ngasi kamu hukuman sampai sore." Dimas langsung menarik tubuh Dwi dan merebahkannya di atas ranjang."Ish, Mas Dimas nakal." Dwi menjerit kecil.Dimas tak peduli, lalu terus mencumbu istrinya dengan semangat."Awas kelewatan, ya. Tepati janji Mas.""Berisik! Pokoknya hukuman kamu sampai sore!"*Sore harinya Dimas dan Dwi turun dari kamar. Setelah menghabiskan waktu seharian, Dwi akhirnya harus pulang. Dimas punya sesuatu untuk dikerj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status