Share

Part7

Author: Oscar
last update Last Updated: 2022-08-08 19:01:27

Tante Sonia dan suaminya sedang berada di luar negeri untuk mengunjungi anaknya yang selama ini kuliah dan langsung bekerja di sana setelah lulus.

"Iya, Sonia. Tidak apa-apa. Terima kasih untuk doanya." Mama seperti merasa punya teman untuk berbagi.

Wajah om Wira juga sangat berduka. Merasa hanya dirinya satu-satunya yang tersisa dari tiga sahabat itu.

Setelah mereka duduk dan mulai tenang, aku pergi ke dapur untuk membantu bik Siti menyiapkan minuman dan camilan.

"Biar Dwi bantu, Bik," ucapku pada wanita tua itu.

"Biar Bibik aja, Mbak Dwi. Mbak Dwi temenin Ibuk aja," sahut bik Siti merasa segan.

"Nggak papa, Bik. Mama lagi ngobrol. Dwi bawain minumannya, ya?" 

"Makasih ya, Mbak." Aku tersenyum. Lalu kembali ke ruang tamu.

Kulihat mas Dimas sudah kembali dari kantor. Duduk berdekatan dengan laki-laki yang mungkin seusia dengannya. Pria dewasa itu adalah anak Tante Sonia dan om Wira yang ikut pulang dari luar negeri saat mendengar papa meninggal. 

Aku dan mas Dimas sama-sama melihat, namun aku langsung mengalihkan pandangan. Aku melirik tas kerja yang masih di sampingnya, namun kuabaikan begitu saja. Aku tak mau melayaninya lagi, apalagi di depan para tamu.

Setelah meletakkan cangkir-cangkir berisi teh ke atas meja, aku hendak kembali ke dapur. 

"Di sini aja, Dwi." Mama menahanku.

Aku tersenyum menurut dan duduk di samping mama.

"Jadi ini, Dwi?" Laki-laki yang duduk bersama mas Dimas bertanya padaku. "Mas sampai nggak tanda," ucapnya dengan ramah.

"Lah, jadi dari tadi kamu nggak tahu?" sahut mama. Wajahnya kini sudah kelihatan berseri. Tak lagi terlalu bersedih seperti tadi.

"Iya, Tante. Dulu kan masih kecil. Rambutnya aja masih dikepang kayak ekor kuda." Laki-laki itu kembali mengoceh seperti sudah mengenalku.

Aku mengernyit. Mengingat-ingat apa aku juga mengenalnya.

"Itu Arya. Masa kamu lupa?" Mama mencoba mengingatkan.

Mas Arya? Aku mencoba kembali mengingat. 

"Wajarlah kalau Dwi lupa. Arya kan langsung terbang ke luar negeri saat lulus SMA. Saat itu usia Dwi pasti sepuluh tahun. Wajar Kalau dia tidak ingat. Mana Arya nggak pernah pulang." Tante Sonia ikut mengingatkan.

Kurasa mereka benar. Hanya saja mungkin memori itu telah hilang. Mungkin juga mas Arya salah satu teman bermain mas Dimas saat ada acara orang tua mereka. Aku jadi tak terlalu mengenal mereka karena tak pernah diajak bermain bersama.

"Maaf, Mas Arya. Dwi lupa-lupa ingat." Aku tersenyum malu padanya.

"Kalau Ajeng masih ada, mungkin sudah seusia Dwi ya, Tante?" 

Aku tertunduk mendengarnya. Ajeng adalah adiknya mas Dimas. Namun meninggal saat masih berusia lima tahun karena leukimia yang dideritanya. Mama kehilangan buah hati yang begitu dicintainya.

Itulah sebabnya kini mama begitu mencintaiku sebagai pengganti putrinya. Hingga aku mengerti bagaimana perasaannya jika aku juga pergi meninggalkannya.

"Kamu benar, Arya. Dwi dan Ajeng sama-sama putri Tante. Anggap aja mereka kembar." Mama sepertinya tak ingin lagi larut dalam kesedihan. Dia menggenggam tanganku dengan erat. Membuatku begitu merasa dihargai.

"Dwi cantik ya, Pa. Gimana kalau kita besanan aja sama Ratih." Tante Sonia menyeletuk.

"Betul itu, Ma. Anaknya almarhum Pandu, kan sekarang sudah menjadi anaknya almarhum Hadi. Berarti Dwi harus menikah dengan Arya." Om Wira menyebut-nyebut nama ayahku. "Bukannya perjanjiannya harus saling menikahkan anak-anak kita kalau sudah dewasa?"

Aku tertegun. Permintaan papa agar aku menikah dengan mas Dimas tidak sembarangan. Ternyata hal itu memang sudah menjadi rencana di antara ke tiga sahabat itu.

Aku melirik ke arah Mas Arya. Takut akan dibenci lagi oleh laki-laki yang akan dijodohkan denganku. Meski hanya gurauan, aku tahu diri untuk tak disukai oleh salah satu di antara mereka. Bahkan mas Dimas yang sudah sah menjadi suamiku.

Lagipula aku dan mas Dimas sudah menikah. Hingga mas Arya tidak perlu repot-repot atau merasa terpaksa menerima perjodohan ini seperti mas Dimas.

"Wah, jadi Arya boleh ngajak Dwi tinggal di Inggris ya, Tante? Biar ada yang ngurusin." Tanpa diduga mas Arya tersenyum menatapku.

Mataku membesar. Pipiku terasa panas dengan ucapan mas Arya. Meski hanya bercanda, namun kata-katanya sukses membuat aku tersipu malu.

Tanpa sengaja aku melirik mas Dimas. Wajahnya tampak tegang memandang aku dan mas Arya secara bergantian.

Aku tak peduli. Dia pasti merasa senang. Bahkan akan membujuk mama untuk menyerahkan aku pada mas Arya secepatnya agar dia bisa bebas bersama Lena.

"Ma!" Mas Dimas mulai buka suara.

Sudah aku duga. Dia pasti begitu bersemangat untuk menjodohkan aku dengan sahabat baiknya. Apa dia pikir aku ini barang yang bisa dilempar ke sana ke mari.

"Mama kenapa nggak bilang kalau Dwi dan Dimas sudah menikah?" Aku dan mama saling menoleh. 

"Menikah?" Mas Arya menatap mas Dimas dengan bingung.

"Hem! Dwi itu istriku."

                                ~~~~

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 69

    "Kenapa Mama pergi, Sayang? Apa mama masih benci sama Mas?" tanya Dimas ketika melihat ibunya langsung pergi begitu dia baru sampai. Tanpa menyapa apalagi bertanya tentang keadaannya terlebih dahulu."Sudah, Mas. Tidak usah dipikirkan. Ayo kita masuk." Dwi langsung menarik lengan suaminya agar ikut masuk dengannya. "Apa Mas sudah sarapan? Mau Dwi buatin kopi, atau apa?""Sebenarnya belum, sih. Tapi ketika melihat kamu, Mas sudah kenyang.""Ilih, Mas Dimas suka gombal, deh. Jangan-jangan sudah dibuatin sarapan sama Lena tadi, iya kan?" Mengingat nama itu sebenarnya hati Dwi terasa perih, namun nama itu tidak akan bisa dia lupakan begitu saja dari dalam hidupnya."Kok ngomongin dia lagi, sih? Apa Dwi belum bisa percaya seutuhnya sama Mas?""Dwi percaya kok sama Mas. Jika Dwi tidak percaya sama Mas Dimas, untuk apa juga Dwi nyuruh Mas pulang." Dwi meralat kembali ucapannya agar suaminya tidak jadi marah."Eh, suasana rumah kok sepi? Bik Siti kemana?" tanya Dimas begitu menyadari tidak ad

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 68

    "Ibu!" ucap Rangga ketika memasuki ruangan yang ditempati oleh Ratih. Pria itu mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu sembari mengacungkan jari telunjuk ke arah wanita paruh baya itu. Raut wajah wanita yang sedang mengenakan busana serba putih itu seperti tidak asing baginya."Kamu mengenal saya?" tanya Ratih dengan penuh tanda tanya. Seingat wanita paruh baya itu, dia tidak pernah mengenal ataupun melihat pemuda yang sedang berada dihadapannya kini."Oh, iya. Saya ingat sekarang. Bukankah Anda itu adalah Bu Ratih, salah satu donatur tetap di Panti Asuhan 'Sahabat Sejati'?" ucap Rangga penuh dengan keyakinan."Benar itu saya. Saya adalah salah satu pemilik dan pengurus yayasan itu. Kamu siapa? Kenapa kamu tahu tentang yayasan itu?" Ratih balik bertanya pada pemuda yang baru saja memasuki ruangannya itu."Oh, perkenalkan. Nama saya Rangga Adiyasa, saya adalah salah satu anak penghuni Panti Asuhan itu tempo dulu. Senang bisa bertemu dengan anda kembali." Dengan ramah, pemuda yang memilik

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 67

    "Dimas! Dimana kamu? Ayo keluar! Jangan coba-coba sembunyi dariku Dimas!" teriak Lena dari luar sembari menggedor-gedor pintu ruangan yang biasa ditempati oleh Dimas dengan sangat keras. Sudah beberapa hari ini wanita itu datang ke kantor ini untuk mencari keberadaan kekasih hatinya itu dan ingin meminta pertanggung jawaban darinya.Namun sayang, apa yang dia cari tak kunjung ketemu. Bak ditelan bumi, keberadaan Dimas tidak dia ketahui. Yang ada hanya Arya, pemuda yang begitu menyebalkan baginya.Ratih dan Arya yang sedang memeriksa berkas-berkas pekerjaan kantor di dalam ruangan itu sontak terkejut."Siapa itu Arya?" tanya Ratih kepada putra temannya itu."Sepertinya itu suara Lena, Tante.""Kenapa wanita itu bisa bebas berkeliaran di kantor ini?""Dia sudah biasa melakukannya, Tante. Beberapa hari ini saja, dia sudah berkali-kali datang ke sini untuk mencari Dimas.""Kenapa kamu tidak mengusirnya?""Saya sudah mencoba untuk memberinya peringatan, namun wanita itu tidak juga mau meny

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 66

    Dimas dapat merasakan tentang betapa beratnya kerinduan yang dirasakan oleh istri kecilnya itu. Sebab saat ini Dimas juga merasakan hal yang sama. Tapi, dia tidak bisa berbuat banyak dan segera keluar dari masalah yang sedang menderanya. "Kamu yang sabar ya, Sayang. Mas akan segera membuktikan bahwa Mas tidak pernah berhubungan sejauh yang Lena tuduhkan pada Mas. Kamu percaya kan sama Mas?" Hanya kata-kata itu yang dapat Dimas ucapkan untuk meyakinkan istrinya."Dwi percaya sama Mas Dimas."*Sepanjang malam Dwi tidak bisa tidur memikirkan tentang keadaan suaminya. Sebagai istri, seharusnya saat ini Dwi berada di samping suaminya dan melayani segala kebutuhan Dimas. Dalam hati yang paling dalam, Dwi benar-benar merasa bersalah karena telah menuntut Dimas dengan berlebihan dan memberi sebuah beban yang sangat berat dipundak suaminya itu.Karena tidak bisa tidur, Dwi memutuskan untuk membuat sarapan untuk ibu mertuanya. Dwi harus mencari perhatian dari ibu suaminya itu agar tetap bersi

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part 65

    "Kamu mengenalku?" tanya Dimas heran.Pria yang ada dihadapannya itu tersenyum sinis sembari membuang muka, seperti tak ingin melihat wajah Dimas."Tentu saja aku mengenalmu. Kamu orang yang telah merebut Lena dariku, bukan?"Sontak Dimas terkejut dengan pernyataan pria itu. Dimas merasa khawatir jika akan terjadi selisih paham diantara mereka. Kemudian dia melirik Arya yang berada disampingnya. Dimas curiga bahwa Arya sengaja melakukan semua ini untuk menjebaknya. Agar pria yang tidak dia kenali ini salah sangka dan menghajarnya.'Licik sekali kamu, Arya!' gumam Dimas dalam hati."Tenang saja, Bro. Aku tidak akan berbuat macam-macam terhadapmu. Justru dengan kedatanganmu kesini, akan menguntungkan buatku. Bukankah begitu kawan?" ucap pria itu menatap kearah Arya.Arya tersenyum sembari mengangguk. Membenarkan semua ucapan pria yang bernama Rangga tersebut."Apa maksud kalian?" tanya Dimas semakin tak mengerti. Menatap Arya dan Rangga secara bergantian."Oh, perkenalkan! Saya Rangga,

  • Saat Ibu Mertua Berdiri Dipihakku   Part64

    Dwi yang melihat itu menjadi tak enak hati. Lalu semakin mengeratkan diri dalam pelukan suaminya itu."Dwi cuma bercanda, Sayang. Dwi ke sini sengaja mau ngasi kejutan buat Mas Dimas. Dwi kangen banget sama Mas Dimas," ucap Dwi dengan sangat manja.Hati Dimas terenyuh mendengarnya. Suara manja Dwi membuat wanita itu terlihat begitu menggemaskan."Oh, gitu. Sengaja mau bikin Mas marah, gitu?""Dih. Emang kalau Mas Dimas marah gimana?""Mmm... nantangin, ya?""Emang mau ngapain?"Dimas tersenyum nakal, lalu menarik hidung mancung Dwi dengan gemas."Mas mau ngasi kamu hukuman sampai sore." Dimas langsung menarik tubuh Dwi dan merebahkannya di atas ranjang."Ish, Mas Dimas nakal." Dwi menjerit kecil.Dimas tak peduli, lalu terus mencumbu istrinya dengan semangat."Awas kelewatan, ya. Tepati janji Mas.""Berisik! Pokoknya hukuman kamu sampai sore!"*Sore harinya Dimas dan Dwi turun dari kamar. Setelah menghabiskan waktu seharian, Dwi akhirnya harus pulang. Dimas punya sesuatu untuk dikerj

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status