Share

Bab 7 Kabar mengejutkan

Pov Serena.

Seperti biasa setiap pagi aku mengantar Zena ke sekolah dan langsung menuju kafe. Ini sudah menjadi rutinitasku hampir dua bulan ini. Aku sangat bersyukur karena aku sudah terbiasa dengan semua pekerjaanku di kafe. Itu tidak lepas dari bantuan Mas Gibran dan Mbak Lina tentunya.

Setiap pagi aku akan memastikan semua bahan di dapur lengkap lalu memastikan kafe di buka dalam keadaan rapi dan bersih. Sesekali aku memeriksa ke dapur untuk melihat makanan yang di pesan pelanggan kafe lalu kembali ke meja kerjaku untuk memeriksa laporan.

Sekitar pukul 9 pagi aku kembali ke meja kerjaku untuk memeriksa laporan belanja bulanan. Baru setengah jam aku berkutat dengan kertas-ketas itu sebuah panggilan masuk ke ponselku. panggilan dari Dewa, teman sekolahku yang bekerja di kota Bali.

📞

[Hallo,] sapaku begitu aku menerima panggilannya.

[Hallo Rena,] sahutnya.

[Iya, apa kabar kamu?]tanyaku basa basi.

[Alhamdulillah sehat, kamu bagaimana?] tanya Dewa balik.

[Sehat. Alhamduliilah. Ada apa tumben telpon?Pasti lagi patah hati makanya telpon,] tebakku. Temanku yang satu ini adalah plaboy cap kadal. Dia akan menelpon aku dan Nurida jika sedang patah hati.

[Ha...ha...ha..] Terdengar tawanya meledak, "Kamu jangan do`ain yang jelek dong,] ucapnya setelah berhenti tertawa.

[Gak do`ain jelek cuma mengingat kebiasaan kamu saja. Memang ada apa tumben sekali kamu telpon,]

[Kamu sedang kerja?]

[Hemm.] Aku mengangguk meski Dewa juga tidak bisa melihat.

Terdengar Dewa menghela nafas, [Aku kemarin menelpon Nurida.] beritahunya, [Apa kamu sudah yakin?] tanyanya terdengar khawatir dari nada suaranya.

Aku sudah tahu apa yang di maksudnya.

[Aku juga tidak tahu. Aku hanya ingin belajar mandiri, entah seperti apa nanti keputusan akhirnya setidaknya aku punya poin untuk mendapatkan hak asuh Zena.] jawabku realistis.

[Baiklah. Ingat jika perlu bantuan jangan lupa kamu masih punya aku! Jadi jangan sungkan mengatakannya padaku.] ujarnya serius.

[Iya, terima kasih,] ucapku tulus.

[Sebenarnya aku menelepon mu ada yang ingin aku katakan.] akunya jujur.

[Apa?]

[Aku sekarang ada di jakarta untuk satu bulan ke depan. Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.] beritahu nya, [Kemarin malam istri Kaisar menghubungiku. Dia meminta nomer telpon kamu. Dia ingin berbicara penting denganmu,] tutur Dewa yang membuatku agak terkejut dan keheranan.

[Untuk apa?] tanyaku. Aku agak sensitif jika mengenai mantan kekasihku itu.

[Dia ingin meminta bantuan kamu,] jawab Dewa. [Menurutku tidak ada salahnya kalian berbicara. Dia benar-benar butuh bantuan kamu Ren, masalah kamu dan Kaisar jangan sampai menghalangi kamu berbuat baik. Itu adalah masa lalu,] tutur Dewa karena aku hanya diam saja.

[Rena. Serena Ayu Anjani,] panggil Dewa menyebut nama lengkap ku.

[Baiklah,] putusku akhirnya.

Dewa benar aku tidak bisa terus mengingat masalalu. Masalahku dan Kaisar sudah lama berlalu, aku harus bisa melupakannya.

[Setelah aku menutup telpon, dia akan menelpon mu.] kata Dewa sebelum menutup panggilan telponnya.

Dan benar saja belum lima detik ponselku sudah berdering lagi sebuah panggilan telpon dari nomer yang tidak di kenal.

[Halo,] sapa ku.

[Halo, Serena?] Suara seorang wanita terdengar cukup merdu masuk ke gendang telingaku.

[Iya. Ini siapa?]

[Aku Aira istri Mas Kaisar Danu Adtmaja.] jawabnya terdengar tenang.

[Iya.] sahutku singkat.

[Maaf mengganggu waktu kamu. Aku ingin meminta tolong padamu.] Aira langsung mengutarakan maksudnya menghubungiku.

[Minta tolong apa?] tanyaku dengan nada datar atau mungkin terkesan tidak peduli.

[Mungkin kamu merasa aku tidak punya harga diri, namun aku benar-benar terpaksa melakukan ini. Aku tidak punya cara lain selain meminta tolong padamu,] ujar Aira meminta pengertian dariku.

Dari suaranya dia benar-benar membutuhkan bantuan. [Iya aku mengerti. katakan saja apa yang bisa aku bantu?] kataku to the point.

[Tolong datang ke rumah sakit, Mas Kaisar mengalami kecelakaan dan sekarang dalam keadaan koma. Sudah satu bulan dia belum juga sadar, dia sedang menunggumu Serena. Jadi tolong datanglah menjenguknya supaya Mas Kaisar segera sadar. Aku mohon padamu!] Aira mengungkapkan permintaannya yang membuatku sangat terkejut.

Aku terdiam beberapa saat, sebelum bisa memahami ucapan wanita ini. Koma? Kaisar koma. Apa yang terjadi? Benarkah laki-laki itu koma dan sedang menungguku? Aku seperti tidak percaya mendengarnya.

Apa yang harus aku lakukan? Menemuinya sebagai rada simpati karena dulu kami pernah memiliki hubungan atau mengabaikannya karena jujur aku masih merasa sakit hati karena masalah kami dulu. Namun tidak aku pungkiri jauh di relung hatiku ada rasa sedih mendengar apa yang terjadi padanya.

Bagaimanapun masa lalu kami belum benar-benar berakhir dengan kata ikhlas. Apa aku harus menemuinya?

đŸ„€đŸ„€đŸ„€

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status