Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 21POV Aryo"Apa-apaan kamu, Mas!" Amina sedikit memekik dan mencoba untuk melepaskan tanganku. Sepertinya tidak berani berteriak karena takut membangunkan anak-anak kami."Sebentar saja. Aku sangat merindukanmu," bisikku."Tapi ini tidak benar, Mas! Kamu tidak boleh seperti ini.""Maafkan aku, meski sebenarnya maafku itu tidak berguna. Sungguh, aku … menyesali semuanya. Tidak bisakah kita kembali. Aku akan menebus semua kesalahanku, aku akan membuatmu bahagia."Tangan Amina yang tadinya memaksa melepaskan tanganku kini terjuntai bebas."Semua sudah berlalu dan aku pun sudah memaafkanmu jadi tolong lepaskan." Amina berucap dengan lirih."Kembalilah padaku. Kita bersama-sama lagi.""Mas, ada tamu. Jangan seperti ini!" Amina malah mengalihkan pembicaraan.Akhirnya aku mengalah melepaskan tangan dari pinggangnya lalu mundur membiarkan ia membuat minun untuk laki-laki itu.Sebenarnya aku enggan melihatnya tapi tidak mungkin membiarkan Amina berduaan dengan
Saat Istriku Tak Lagi PeduliBab 22Dua bulan sudah Amina dan Aryo tidak berkomunikasi, Aryo hanya bisa bicara dengan anaknya saja itupun tidak lewat Amina melainkan lewat ibu mertuanya. Bahkan Amina tidak pernah membalas pesan dari Aryo sama sekali membuat lelaki itu semakin pesimis untuk bisa kembali pada Amina. Padahal ia masih berharap bisa kembali dengan Amina dan memulai semuanya dari awal.Mungkin terdengar tidak tahu diri tapi Aryo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya saat Amina benar-benar tidak bisa menjadi miliknya lagi.Bertemu di kantor pun tidak pernah tegur sapa, lebih tepatnya Amina yang seperti menghindar. Melihat Amina dan bos mereka semakin dekat membuat Aryo ketar-ketir, ia merasa sudah tidak ada harapan apalagi saingannya bukan orang biasa. Lelaki yang memiliki segalanya dan sudah pasti bisa membahagiakan Amina sedangkan Aryo sendiri hanya lelaki kere yang tidak memiliki apapun, gaji saja pas-pasan untuk biaya hidup dan juga untuk menafkahi anak-anak dan Ami
"Tidak hanya kamu yang aku urus, Mas. Ada Sarah juga 'kan. Minta dia buatkan sarapan untukmu."Hatiku mencelos melihat sikap Amina yang begitu acuh tak acuh padaku, suaranya memang lembut tapi dia seolah tidak mau menatapku. Aku merindukan dia yang dulu, tidak pernah sekalipun dia melalaikan kewajibannya sebagai istri meskipun tugas rumah pun banyak yang menanti untuk dikerjakan. Sebelumnya kami memang memiliki asisten rumah tangga namun karena keuangan yang tidak memadai Amina mengurus semuanya sendiri.Amina seperti ini semenjak Sarah ada di rumah, rasanya tidak memiliki pilihan lain karena Sarah adalah anak panti. Mau tidak mau aku harus membawanya pulang. Kupikir Amina akan menerima karena istriku itu berhati lembut dan penyayang. Amina memang menerima namun sikapnya berubah.Belum bisa jika memberikan rumah yang sebesar rumah ini, Sarah ingin dibelikan rumah yang sama. Dia mengatakan padaku jika harus adil. Ya, aku sadar itu. Namun kondisi keuanganku sangat sulit satu tahun ke be
“Tolong jangan seperti itu, Tante. Aku tidak ingin membuat rumah tanggaku hancur.”Tante Atika tertawa pilu. “Tidak ingin membuat rumah tanggamu hancur? Rumah tanggamu sudah hancur, Aryo! Kamu sendiri yang melakukannya.” Kulihat Tante Atika kembali menghela nafas. “Tante saja yang tidak ada di posisi Amina sesakit ini, apa kabarnya dengan Amina yang merasakannya langsung. Ketulusan dan pengabdiannya padamu kau bayar dengan pengkhianatan! Tante tidak tahu lagi harus bicara apa padamu, Tante malu, Tante kecewa! Bagaimana Tante mempertanggung jawabkan ini pada ibumu?”Tak mampu membalas kata-kata Tante Atika karena semuanya memang benar, tangan mengepal kuat. Aku marah, benci pada diriku sendiri. Kenapa aku tidak berpikir sejauh itu. Memang Amina tidak terlihat menangis saat aku datang membawa Sarah, kupikir dia mau menerimanya.Apa benar Amina sangat tersakiti karena pernikahan keduaku ini? Semua pertanyaan berkecamuk di dalam benakku. Aku bahkan tidak bisa membaca sorot mata atau men
Brak! Brak! Brak!“Mas, buka pintunya! Cukup drama yang kamu lakukan ini, jangan membela diri di depan mereka. Kamu tidak salah dengan menikah lagi!” Suara teriakan Sarah membuat suasana malah menjadi memanas.Rasanya aku ingin membungkam mulutnya itu. Tidak lama tangis Rifany terdengar, Amina buru-buru masuk ke dalam kamar untuk menenangkannya. Suara Sarah melengking hingga membuat putriku terbangun.“Tante tidak akan mengambil posisi untuk melindungi kamu dari ayahnya Amina. Apapun yang akan Pak Surya lakukan padamu nanti, kamu harus menanggungnya.”Sungguh, rasanya tidak bisa membayangkan jika nanti ayah mertuaku datang dan tahu semua yang terjadi. Aku sudah menyakiti anak kesayangannya, orang tua manapun jelas akan marah dan tidak terima anaknya disakiti. Aku pun begitu, aku tidak akan terima jika anak-anakku ada yang menyakiti. Tapi kenapa aku malah menyakiti ibu dari anak-anakku.Aku langsung mendongak melihat Amina yang keluar dari kamar sambil menggendong Rifany. Sepertinya ia
"Apa maksud Tante Atika ini? Apa jangan-jangan Amina terpengaruh dengan ucapan Tante Atika?"Semua pertanyaan itu berkecamuk di dalam benakku. Rasanya aku tidak bisa membayangkan jika Amina benar-benar pergi, aku membutuhkan Amina.Aku akui, Amina itu lebih matang dalam segala hal termasuk urusan rumah tangga, selalu telaten dalam mengurus keuangan. Jelas saja karena Amina seorang sarjana, berpendidikan dan cerdas. Setelah menikah dan memiliki anak aku memintanya untuk fokus menjadi ibu rumah tangga, dia sama sekali tidak membantah.Lebih baik cari mereka di rumah Tante Atika, berharap ada di sana. Meski jarak lumayan jauh tidak masalah, yang terpenting aku bisa membawa Amina pulang.Sepanjang jalan terus mencoba menghubungi Amina tapi tidak bisa, teleponnya aktif tapi tidak diangkat. Perasaanku semakin tidak karuan."Bang Aryo cari Mama ya?" tanya Melly, anak bungsu Tante Atika."Iya. Ada di dalam 'kan? Amina dan anak-anak Bang Aryo juga di dalam?"Melly menggelengkan kepalanya. "Tid
POV AuthorAmina datang dengan wajah pucatnya, ia tadi pingsan di sekolah Refal saat akan pulang. Kelelahan tubuh dan juga faktor pikiran sepertinya menjadi pengaruh besar. Bu Atika langsung membawanya ke rumah sakit karena khawatir. Bu Atika berpikir jika Amina bersedia ikut dengannya namun ternyata tidak. Amina memutuskan untuk pulang, padahal tadi Bu Atika sudah mengatakan pada Aryo jika Amina tidak akan pulang.Sampai di rumah, mereka dikejutkan dengan suara ribut-ribut. Refal bahkan langsung berlari mencari sang ayah yang sudah terkapar dengan luka di wajahnya dan juga lebam di tubuh."Ayah. Ayah kenapa?" Anak itu menangis melihat ayahnya terluka dan tak sadarkan diri. Amina pun terpaku apalagi melihat keluarganya semua ada di sini. Ia bahkan tidak tahu mereka akan datang. Sang ibu langsung menghampiri Amina dan memeluknya dengan erat.Ibu mana yang tidak teriris hatinya melihat putri yang dibesarkannya penuh kasih sayang malah dihancurkan oleh lelaki yang bergelar suami."Sayan
POV AryoSekujur tubuhku rasanya remuk, kepalaku masih pusing. Untuk bergerak saja sakitnya sampai menusuk tulang, ini benar-benar sakit. Baru kali ini aku merasakan dihajar habis-habisan seperti ini.“Mas ....”Sepertinya ini mimpi. Suara Amina mengalun lembut di telingaku, yang kuingat hanya tadi ayah mertua dan juga kakak iparku menghajarku habis-habisan dan ... mendengar Refal memanggil.Mataku sontak terbuka. Menangkap wajah Amina yang duduk di dekatku yang masih berbaring.“Pelan-pelan, Mas.” Amina membantuku untuk duduk.“Ba–gaimana?” Leherku seperti tercekat, keberanianku hilang untuk menanyakan soal keluarga Amina yang tadi datang.Aku yakin semua itu bukan mimpi karena tubuh dan wajahku saja rasanya sangat sakit.“Makan dulu, setelah itu minum obat untuk meredakan rasa sakitnya.”Hatiku berdesir dengan perlakuannya, kenapa dia masih sebaik ini setelah apa yang sudah kulakukan. Rasa bersalah malah semakin menggerogoti hatiku.“Ayo, kenapa melamun?”Suara Amina mengejutkanku.