Share

14 A. Derita

Perasaanku semakin tak keru-keruan saat aku dan Pak Hanan sudah memasuki sedan BMW putih miliknya. Meski dia sempat mengajak bercanda dengan memanggilku ‘Dik Fika’, nyatanya candaan itu sama sekali tak menghibur. Pikiranku kusut seperti pita kaset yang ditarik awut-awutan.

Penyebabnya? Tentu saja rencana Pak Hanan yang akan membawaku ke rumah sakit. Dia ingin menyerahkanku kepada Mas Rian.

Ini benar-benar tega, pikirku. Sudah kujelaskan bahwa Mas Rian dan kedua orangtuanya hanya ingin memanfaatkanku. Namun, Pak Hanan sama sekali seperti tak memiliki nurani dan seperti sengaja mendorongku ke dalam lubang penderitaan baru.

Di dalam mobil, aku bungkam. Tak bersuara. Apalagi memulai percakapan.

Bukannya tak mau berterima kasih atas traktiran Pak Hanan. Hanya saja, apa yang mantan bosku lakukan itu seperti di luar nalar. Benakku bertanya, di manakah belas kasihan Pak Hanan kepada aku yang telah menjadi korban keganasan suami serta mer
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status