Share

Informasi Dari Sonya

Author: ikan kodok
last update Last Updated: 2022-05-24 19:31:50

Part 3 (Informasi Dari Sonya)

Sesampainya di kantor Mas Reza, aku dan Mama langsung menemui sekretarisnya. Perempuan bernama Sonya itu tampak gugup. Ia menggigit bibir bawahnya sambil menatapku takut.

"Ada perlu apa Ibu memanggil saya?" tanya Sonya gelisah. 

Aku berdecak kesal, berharap dia tidak membungkam mulutnya. Dan mengatakan yang sebenarnya. 

"Di mana suami saya?"

"Ibu tanya Pak Reza?"

"Iya. Suami Nana siapa lagi kalau bukan anak saya, Reza." Mertuaku menyahut, Sonya meneguk ludahnya kasar. 

"Kenapa diam? Ayo jawab! Kamu pasti tahu kan anak saya ada di mana sekarang?" Dengan mata menyala Mama bertanya. Aku beruntung memiliki mertua yang kini berada di pihakku dan ikut membantuku. 

"Emm—"

"Jangan am-em, am-em. Buruan jawab!"

"Maaf Bu, Pak Reza tidak ada di kantor."

"Tadi pagi dia pamit ke kantor, katanya ada meeting."

"Hari ini tidak ada meeting Bu, Pak Reza menyuruh saya untuk membatalkan semua agenda hari ini," jelas Sonya, ia mencengkram ujung kemejanya. 

"Keterlaluan, aku dibohongi habis-habisan!"

"Kamu tahu keberadaan suami saya?"

Sonya menggelengkan kepala, aku mendengus kasar. Urat-urat leherku menegang. Rasa kesalku pada Mas Reza makin menjadi-jadi. 

"Bagaimana ini Ma,"

"Sonya jawab jujur! Jangan coba-coba bohongi kami! Sekali lagi saya bertanya. Di mana anak saya?" Mama menatap lekat Sonya. Perempuan itu menunduk, lalu menggeleng pelan. 

"Kamu tidak bohong? Berani kamu bersumpah!"

"Iya Bu, saya tidak berbohong. Saya tidak tahu di mana Pak Reza sekarang. Beliau tidak mengatakan apa-apa selain menitip pesan kalau selama tiga hari ke depan beliau tidak mau diganggu."

Menghela napas, kepalaku terasa berdenyut-denyut. Apa aku menunggu saja kepulangan mereka dari honeymoon. Tapi itu lama. Tiga hari loh. Dan selama itu pikiranku terus dihantui hal buruk. Secara tak langsung aku merusak mentalku sendiri dengan pikiran kotor ini.

Ah, sial!

"Coba kamu telepon, Na."

"Gimana aku mau telepon, ponsel kita kan tertukar Ma. Kalau aku hubungi, bisa aja Mas Reza curiga." Aku benar-benar bingung. Apa yang harus aku lakukan sekarang. 

"Kamu periksa ponsel Reza, siapa tahu itu jalang bikin status," usul Mama. 

Sonya menyimak interaksi kami, Mama memintanya untuk tutup mulut dan tidak mengatakan apa pun pada orang lain atau Mas Reza. 

"Sebentar Ma."

Aku merogoh ponsel dalam tas, mengeluarkan benda pipih milik Mas Reza. Segera kunyalakan, dan meluncur langsung ke aplikasi berwarna hijau. 

Tidak ada. Salma tidak membuat status. 

Dan apa ini? 

Foto profil wanya di hapus, ah, apa jangan-jangan dia memblokir nomor Mas Reza karena tahu ponsel kami tertukar. Tak menyerah, aku pun keluar dari aplikasi hijau. Dan berpindah ke i*******m, dan nihil. Sonya belum menambahkan status.

"Ada."

"Tidak Ma."

"Duh, Mama jadi gemas sendiri. Itu anak keterlaluan!"

"Sonya, saya mohon. Tolong beritahu di mana keberadaan suami saya sekarang?"

Aku menyentuh bahu Sonya, menatapnya memelas. 

"Saya tidak tahu Bu, kalau saya tahu. Pasti saya kasih tahu Ibu," jawabnya. 

Menarik napas, aku membuangnya perlahan. Jangan menyerah Nana, pasti ada jalan lain. 

"Kira-kira ada hal yang mencurigakan dari suami saya?" Aku mencoba mengorek informasi dari Sonya. 

Perempuan berambut panjang itu memalingkan muka. Sonya terlihat ketakutan, keringat turun di keningnya. 

"Kamu tidak perlu takut, saya tidak akan berbuat jahat padamu. Tolong saya Sonya, saya butuh penjelasan dari kamu."

Cukup lama Sonya diam, Mama melirikku, menyenggol bahu ini, lalu kembali bersedekap dada.

"Mama minta maaf, Mama gagal mendidik Reza."

"Please, ini bukan salah Mama, kalau Mas Reza orang yang setia. Dia pasti tidak akan mendua, tapi kenyataannya. Mama tahu sendiri." 

"Sudah seminggu ini, Bu Salma datang ke kantor." Aku mengatur napas, menyiapkan diri dengan segala hal yang mungkin menyesakkan dada ini. 

"Kenapa kamu tidak pernah bilang pada saya."

"Bapak mengancam saya, Bu. Dia akan membunuh saya jika saya mengadu pada Ibu."

"Brengsek itu anak, kita harus temukan Reza, Nana. Mama tidak terima."

Penjelasan dari Sonya membuat dadaku bergemuruh hebat. Kaki ini lemas seketika.

Reza Artanasa, pria yang mengaku menjadi suamiku itu telah menanam luka tak berdarah pada hati ini. 

"Apa yang mereka lakukan!"

"Saya tidak tahu Bu, yang jelas saat saya melewati ruangan Pak Reza. Saya selalu mendengar suara desahan setiap kali Bu Salma datang berkunjung!" Sonya menghela napas, ia kembali menunduk setelah menatapku beberapa detik.

"Ya Tuhan Reza, di kasih berlian malah pungut sampah. Itu otak ditaruh di mana!" sungut Mama. 

"Terima kasih atas informasinya, kamu tidak perlu khawatir. Saya tidak akan melibatkan kamu."

"Sama-sama Bu. Oya Bu, kemarin siang saya sempat dengar. Pak Reza mengobrol dengan seseorang, dia bilang ingin mengadakan pesta resepsi yang meriah." 

Aku dan Mama saling menatap. Pesta resepsi yang meriah? Apa mereka berencana menikah? Tapi kenapa Salma mengirim pesan dan mengatakan ingin berbulan madu. 

Apa mungkin mereka resepsi sekalian honeymoon? Mereka pergi keluar kota karena di kota ini hubungan mereka bisa ketahuan. 

"Terima kasih Sonya, kamu bisa kembali bekerja." Tubuhku lemas, Reza yang selalu menghujaniku dengan perhatian kini mendua. Entah di mana ia sekarang? Entah apa yang ia lakukan dengan sahabatku? Aku tidak sanggup membayangkannya.

"Baik, Bu." 

Setelah kepergian Sonya, Mama merangkulku. Aku masih linglung. Mendengar perkataan Sonya tadi hatiku terasa seperti teriris. 

Suara desahan? 

Apa mereka sering berhubungan badan? 

Aku berbagi peluh dengan sahabatku. 

Ah, sial, masih pantas kah aku menyebutnya sebagai seorang sahabat. Kebersamaan yang terjalin bertahun-tahun di antara kami nyatanya tidak menciptakan apa pun. Salma, perempuan itu telah menancapkan luka yang menganga di hati ini. 

"Yang kuat ya, Na."

"Aku tidak tahu apa kurangnya aku? Kenapa tidak bilang agar aku bisa memperbaiki diri? Apa aku sudah tidak cantik lagi, Ma?"

Mama menggeleng, sejenak kupejamkan mata, menetralkan perasaanku yang tak karuan. 

"Kamu cantik Na. Reza sedang dibutakan oleh cintanya. Ayo berjuang Na, kita harus temukan Reza dan Salma." Mama mertua memberiku semangat. 

Bagaimana aku bisa menemukan mereka? tahu keberadaan mereka di mana saja aku tidak tahu. 

"Caranya Ma."

"Kita ke kantor Zeen, dulu Papa pernah minta Zeen untuk lacak orang. Dan berhasil, kita suruh Zeen lacak adiknya." Aku menatap Mama dari samping. Binar dimataku langsung terpancar. Zeen adalah kakak Mas Reza, yang kini menjadi iparku. 

"Mama yakin bakalan berhasil?!"

"Apa salahnya kalau kita coba, Na."

"Ya sudah Ma, ayo kita ke kantor Zeen." Aku menarik lengan Mama, kami berjalan menuju lift. 

Demi Tuhan, jika aku berhasil menemukanmu, Mas. Aku akan memberimu pelajaran. Tak hanya dirimu, wanita bermuka dua itu pun harus merasakannya. 

Dia berhasil merebutmu dariku, tapi jangan lupakan fakta. Kalau aku masih hidup dan bisa kapan saja membalaskan rasa sakitku. Gumamku berapi-api. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lela Redmi
kalau d telpon kan ketahuan nanakan pura2 tak tau gitu kali
goodnovel comment avatar
Wayan Jaya
Thor aneh apa lemot y hp tertukar kan tetap bisa di telepon
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    ENDING (Sempurnanya Bahagiamu)

    Part 64 (Sempurnanya Bahagiamu) ****Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, kini usia kandungan Nana sudah memasuki sembilan bulan. Kata Dokter, seminggu lagi perempuan itu diperkirakan akan melahirkan. Segala keperluan sudah Zeen persiapkan, Zeen juga meminta pada Mamanya untuk menemani Nana saat ia tak ada di rumah. Wanita paruh baya itu sudah sejak semalam tinggal di sana. Sementara sang suami, sesekali datang berkunjung di sela kesibukannya bekerja, dan menemani sang putra yang masih berada di rumah sakit. Reza masih berjuang melawan penyakit yang menggerogoti tubuhnya. "Ya ampun, Na. Mau ke mana?" Mama Reni tampak terkejut saat mendapati sang menantu berjalan tertatih keluar dari kamar. Buru-buru ia menghampiri Nana, dan memapah menantunya agar tak jatuh. "Mama lagi apa?" tanya Nana. Mereka berdua berjalan menuju sofa yang ada di ruang tengah. Mama Reni membawa Nana ke sana."Mama lagi bersih-bersih terus lihat kamu, kamu kenapa keluar dari kamar sayang?" Dengan penuh kelembu

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    Gendutan Yak?

    Part 63 (Gendutan Yak?)****"Iya, yang itu—ah tidak, jangan yang itu. Yang sampingnya Mang. Sudahlah Mang, lebih baik Mang Kasep turun, biarkan saya sendiri yang manjat." Zeen berujar pada Mang Kasep yang kini berada di atas pohon. Nana yang melihat hal itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Dirinya yang hamil, justru sang suami yang mengidam, morning sickness dan segala macamnya. Sejak kedatangan Ibunya ke rumahnya beberapa hari yang lalu, Nana mulai kembali pada aktivitasnya. Beban yang bersarang pada pundaknya perlahan berangsur hilang. Ia mulai menikmati hidupnya. Toh sekarang hidupnya sudah lengkap dengan keberadaan Zeen dan tentunya dengan kehadiran sang buah hati yang masih mereka nantikan."Tapi Tuan," keluh Mang Kasep. Lelaki itu menunduk, menatap Tuannya."Saya bilang turun, Mang. Biarkan saya sendiri yang ambil." Sambil mendengkus Zeen menjawab perkataan Mang Kasep. Tanpa menunggu perintah dua kali, Mang Kasep segera turun. "Biarkan Mang, Ibu hamil satu ini memang aktif," c

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    Damai

    Part 62 (Damai)****Matahari semakin turun ke perut bumi. Gelap mengiringi, dan angin malam mulai berhembus pelan memasuki ruangan bernuansa putih itu. Reza merasakan hawa di sekitarnya mulai dingin. Ia merapatkan selimut, mengigit ujung bibir menahan nyeri dalam hati. Entah perasaan apa ini? Hanya rasa sesak yang menguasai hatinya. Ia telah terbelenggu oleh rasa bersalah yang ternyata semakin hari, semakin menjadi-jadi. Rasa yang tak mungkin bisa lagi ia ulang. Untuk ikhlas pun rasanya berat. Huft. Tarikan napas berat Reza ambil."Reza ..."Mendengar namanya dipanggil, lelaki berambut hitam itu segera menyudahi lamunan, ditatap kembali wajah sendu Mamanya dari balik layar ponselnya. Dirinya merasa menjadi orang paling bodoh di dunia ini. Ia telah membuang berlian, dan menukarnya dengan bongkahan batu. Dan parahnya, berlian yang ia buang itu telah dipungut oleh orang yang tepat. "Kamu kenapa? Are you okey?""Nana hamil Ma?" tanya Reza. Ia mati-matian menahan gelombang yang menghimpi

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    Baby Twins?

    Part 61 (Baby Twins?)****"Nana, bagaimana kabarmu? Kamu nyaman kan tinggal bersama Zeen? Apa Zeen memperlakukanmu dengan baik?" tanya Mama Reni melalui sambungan telepon. Wanita itu sungguh merindukan menantunya. Setelah Zeen memboyong Nana pergi rumahnya tampak sepi. "Kabarku baik Ma, hanya saja ada sedikit masalah. Zeen memperlakukanku dengan baik. Bagaimana kabar Mama?" jawab Nana pelan. Ia berlari berbirit-birit ke kamar mandi saat mendengar suara rintihan. Dengan kasar Nana membuka pintu, dan langsung menemukan Zeen yang membungkuk di wastafel."C'k, menyusahkan. Sudah berapa kali kukatakan, kau ini butuh ke Dokter. Jangan nakal bisa tidak, seharian ini kau terus saja memuntahkan isi perutku, membuatku repot mengurusmu," cerocos Nana. Ia menaruh benda pipih itu di dekat telinga dan menghimpitnya dengan pundak. Lalu dengan sedikit kasar ia mulai memijat tengkuk Zeen. Nana benar-benar dibuat geram. Pasalnya seharian ini Zeen terus saja muntah-muntah. Bahkan pria itu berkali-kal

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    Ck, Rujak?

    Part 60 (Ck, Rujak?) **** Sinar mentari pagi menerobos masuk melalui celah jendela. Cahaya keemasan itu tak terasa menerpa wajah Nana, seketika ia menggeliat. Ia meraba sisi kanan yang ternyata sudah kosong. Di mana Zeen? tanya Nana dalam hati. Nana melenguh pelan, ia mulai membuka mata, dan mengedarkan pandangannya pada kamar bernuansa hitam ini. Ia mencari keberadaan suaminya. Membuat benaknya bertanya-tanya. Tidak biasanya Zeen pergi kerja tanpa pamitan padanya. Terlebih ia meninggal Nana yang masih ingin bermanja-manja dengannya. "Zeen," panggil Nana setengah berteriak. Ia masih bergulat dalam selimut. Melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 7 pagi. Dengan malas Nana bangun, ia bersandar pada kepala ranjang sambil mengucek matanya. Semalam setelah pulang dari rumah sakit, mereka berdua menghabiskan malam panjang dan panas. "Zeen ..." Lagi-lagi Nana memanggil nama suaminya. Nihil, tak terdengar sahutan. Hanya keheningan yang perempuan itu rasakan. Kamarnya sunyi, sepertiny

  • Saat Ponsel Suami Tertukar Dengan Ponsel Istri    Talak & Pencerahan

    Part 59 (Talak & Pencerahan)****"Pergi kamu dari sini!" pekik Abraham marah. Setelah semuanya beres, ia segera menurunkan koper Ira, dan membawanya keluar. Membuat wanita itu seketika panik.12 tahun bersama, ini kali pertamanya lelaki itu bersikap seperti ini padanya. Abraham tidak pernah marah sampai sebesar ini, dan mengusirnya begitu saja. Seperti yang terjadi sore ini. Hal itu tentu membuatnya kelimpungan. Dan tak tahu harus berbuat apa demi meredam emosi suaminya. "Kamu dengarkan aku dulu, Mas!" Ira berucap seraya menyusul suaminya, berulang kali ia mencoba menyentuh lengan Abraham. Namun, dengan cepat lelaki berambut hitam itu menepisnya. Amarah telah menguasai dirinya. Tak ada kata penjelasan, bagi lelaki itu semuanya sudah jelas. "Tidak ada yang perlu dijelaskan, semuanya sudah jelas! Kamu sudah mengkhianati pernikahan kita!""Itu sudah lama!" sanggah Ira. Abraham mengayun langkah cepat menuruni tangga. Ia melempar koper itu setibanya di teras rumah. "Pergi!""Mas, aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status