Home / Romansa / Saat Putri Konglomerat Menyamar / 4. Kamu Sangat Miskin?

Share

4. Kamu Sangat Miskin?

Author: Hanna Zuel
last update Last Updated: 2024-08-07 09:16:05

"Apa mereka berbicara pada kita?" tanya Bina yang berdiri ketakutan di belakang Lail.

Lail menyadarinya, Bina adalah gadis yang terlihat pering, berani dan penuh semangat. Tapi sebenarnya dia adalah gadis lugu yang penakut.

"Jangan pedulikan, ayo kembali saja." kata Lail. Bina mengangguk dan mengikuti langkah Lail.

"Wah, si culun ini pura-pura tidak mendengarku ya?" suara Nana terdengar jelas di telinga Lail dan Bina.

Beberapa rekan kerja Nana yang mendengar suara bising di depan ruangan mereka dengan cepat keluar. Mereka berdiri di samping Nana, menatap Lail dan Bina dengan penuh harap. Seakan-akan mereka adalah tontonan bagus yang dapat mereka nikmati hari ini.

"Kamu bisa menyuruh pegawai yang bertugas membuat kopi, maaf, tapi kami punya pekerjaan lain," akhirnya Lail buka suara. Jika tidak membalas, bisa-bisa mereka tidak akan dibiarkan pergi oleh Nana dan rekan-rekannya yang lain.

"Hahaha, ternyata kamu bisa melawan ya?"

"Ini bukan perlawanan, ini hanya pengingat saja, kamu harus tahu cara membedakan tupoksi setiap pegawai." sahut Lail lagi.

Nana mengepalkan tangannya saking terlalu kesal, "Kamu berani menceramahiku?"

Lail mengecek jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Ia menyadari jika semakin lama terlibat dengan Nana bisa-bisa dia akan telat. Lail mengenggam pergelangan tangan Bina. Kemudian melangkah cepat meninggalkan Nana dan gerombolannya.

"Hey!" pekik Nana dengan wajah yang sudah merah padam. Ia amat sangat tersinggung dengan perilaku Lail dan Bina barusan.

Lail dan Bina akhirnya tiba di ruangan mereka. Ruangan yang cukup dekat dengan Tim A pemasaran. Ruangan Tim B dan tim A hanya dipisahkan oleh ruangan ketua tim.

"Kalian telat!" suara menghakimi seorang wanita menekan kedatangan Lail dan Bina. Suasana di dalam ruangan terkesan sangat tidak bersahabat. Dimas, Hersa dan Tamara terlihat tertunduk ketakutan.

"Cepat duduk!" perintah wanita itu lagi. Dengan patuh Lail dan Bina segera duduk di kursi kerja mereka.

"Sungguh tidak profesional jika kalian telat di hari pertama. Jika ini terlurang lagi jangan harap aku akan lembek pada kalian."ucapan wanita itu membuat Lail tertohok. Ia ingin melakukan pembelaan, tapi wanita itu tidak memberinya kesempatan untuk berbicara.

"Seperti yang kalian tahu. Tim B adalah tim baru yang dibentuk dalam divisi Pemasaran. Pak Manager berharap dengan dibentuknya kalian, hal ini dapat menguatkan branding perusahaan. Semoga tim pemasaran tahun ini bisa membawa banyak gebrakan positif yang akan membawa kejayaan bagi HAZA Group. Jika keberadaan kalian tidak menimbulkan perubahan yang signifikan maka lebih baik kalian dibubarkan saja," ucapan wanita itu membuat kelima pegawai baru saling tatap.

"Apa itu artinya kita dipecat?" tanya Bina setengah berbisik.

"Tidak dipecat, aku minta kalian mengundurkan diri." sambung wanita itu saat mendengar bisikan Bina.

"Aku Serena, sebagai ketua tim A sebelumnya, dan kini harus mengurus tim kalian juga. Jadi jika kerjaan kalian tidak menyentuh standar tim A. Maka akan kupastikan kalian hengkang dari sini." kata Serena menutup pidato.

***

"Kak Seren, apa anda mau kopi?" tanya Nana pada Serena yang baru saja keluar dari ruangan Tim B.

"Nana memang pengertian ya," puji Seren.

Nana dan Serena berjalan menuju dapur kantor, berniat membuat kopi sendiri. Sebenarnya memang ada petugas pembuat kopi untuk para karyawan. Biasanya mereka yang suka meracik sendiri lebih memilih untuk membuat sendiri kopi mereka.

"Bagaimana kondisi anak-anak di Tim B?" tanya Nana.

"Sangat menjengkelkan. Aku disuruh memegang dua Tim sekaligus, yang artinya pekerjaanku akan bertambah juga, tapi gajiku bahkan tidak bertambah sepeserpun. Benar-benar beban yang merepotkan." kata Seren pada Nana.

***

Kelima anggota tim B setelah melakukan adaptasi dan perkenalan target perusahaan mereka keluar bersama saat jan istirahat. Mereka melangkah menuju kantin kantor. Semenjak pertemuan dengan Serena tadi, ikatan mereka semakin dalam karena rasa senasib dan seperjuangan yang terbentuk.

"Hari ini menu kantor apa ya?" celetuk Dimas.

"Aku dengar menu di kantin selalu enak. Aku tidak sabar," balas Bina.

"Lail, apa menu makanan yang kamu inginkan?" tanya Bina pada Lail yang berdiri di sampingnya.

"Aku tidak nafsu makan, aku hanya haus." balas Lail. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di HAZA Group, Lail sudah berjalan kesana kemari tanpa pernah minum sedikitpun. Kini ia merasa lelah dan dehidrasi.

Bina dengan antusi menarik tangan Lail saat melihat Vending machine minuman yang berjarak beberapa meter di depan mereka. Bina melihat beberapa jenis meniuman di dalamnya.

"Apa ini?" tanya Lail dengan polosnya. Tangannya menyentuh mesin di depannya. Keempat rekan kerjanya menatap tak percaya ke arah Lail. Manusia mana yang tidak tahu Vending machine, selama ini Lail hidup dimana, di goa?

"Masukkan uangmu kalau kamu mau minum," ucap Bina menunjuk ke arah lubang tempat memasukkan uang.

Lail terdiam sesaat, "Aku tidak punya uang." jawabnya polos. Sepanjang hidup Lail tak pernah membawa uang cash kemanapun, karena ia tidak perlu membayar untuk segala sesuatu yang dia inginkan. Pertama kali ia membawa uang cash untuk mekan adalah kemarin saat baru tiba di kos-kosannya. Itu pun Lail bawa karena Ayahnya hanya memberikannya uang 10 juta dalam bentuk cash.

Selama 24 tahun kehidupannya, Lail tidak pernah merasa membutuhkan uang. Baik ketika di sekolah, tempat latihan musik, dan les-les lainnya, Lail tidak perlu membawa uang karena semua kebutuhannya sudah terjamin. Jadi Lail berpikir bahwa pergi bekerja juga tidak perlu membawa uang.

"Kamu serius tidak punya uang?" tanya Bina.

"Dia sepertinya sangat miskin ya," bisik Dimas pada Bina yang kemudian mendapat sikutan tajam dari Bina.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   Miki Bertengkar

    "Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaa

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   Miki Bertengkar

    "Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaa

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   Miki Bertengkar

    "Ada apa?" tanya Daniel yang melihat kedatangan Reyhan di pintu masuk ke ruang makan. "Bukankah kalian yang memanggilku kesini?" tanya Reyhan balik. "Huh, kapan kami memanggilmu?" tanya Janice yang sedang asyik menyantap makan malamnya. "Istriku bilang kalian mencariku, jadi aku sebaiknya makan malam di kediaman Dirgantara saja." kata Reyhan menimpali. "Aku yang memanggil kalian," suara rendah Hazel terdengar saat memasuki ruang makan. Reyhan, Janice dan Daniel menatap tak percaya saat mendapati sosok Hazel melangkah masuk. Dahulu, jika Hazel keluar dari percakapan seperti yang dilakukannya tadi pagi. Hazel tidak akan kembali ke kediaman 3 sampai 5 hari. Bahkan bisa sampai satu minggu. Ini pertama kalinya Hazel langsung kembali setelah beradu melarikan diri tadi pagi. Reyhan mengambil posisi duduk di sebelah saudarinya. Sementara Hazel duduk di depan 3 keluarga yang paling ia sayangi. "Maafkan aku," kata Hazel lirih. "Maafkan aku, karena tidak dewasa menyikapi perbedaa

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   15. Namaku Lail

    "Hahaha," Lail tertawa terpingkal-pingkal. "Kamu adalah orang pertama yang mengatakan aku orang kaya, padahal tampilanku begitu miskin seperti ini," kata Lail. Jika dia ingat kembali, semua karyawan HAZA Group tidak ada yang pernah bilang dia orang kaya, lebih banyak yang bilang dia kolot dan miskin. "Aku tidak pernah memandang kekayaan orang dari tampilannya." jawab Dio singkat. Aku lihat kamu mengelap tempat duduk dan meja saat datang, wajahmu terlihat kaku, apa tempat ini kotor? Tidak seperti tempatmu makan biasanya? Kamu bahkan memilih menu pasta tanpa melihat price tag nya. Tahukah kamu ini makanan paling mahal di sini? Orang miskin biasanya akan melihat harga dulu sebelum memesan, tapi orang kaya mereka akan memesan yang mereka suka tanpa memikirkan harganya. Kamu bilang pasta ini rasanya kuat? Bagi orang biasa yang makan, ini hal biasa yang sudah menyatu dengan lidah mereka. Tahukah kamu kenapa ini terasa menyengat di lidahmu? Karena lidah orang kaya lebih sensitif, orang

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   14. Kamu Orang Kaya?

    Dio langsung bergerak menolong Lail yang terkapar di tanah, "Apa yang kalian lakukan?!" kata Dio setengah berteriak. "Kenapa diam saja? Cepat ambilkan obat P3K!" bentak Dio lagi. Rival dan Zul segera berlari masuk mencari obat. Ogik hanya diam mematung. Dia merasa sangat bersalah hingga tidak bisa bereaksi apapun. Kecelakaan itu membuat pagi hari mereka lebih ribut dari hari biasanya. *** Lail menatap tak percaya kedua pergelangan tangannya yang dibungkus layaknya mumi oleh Galih. "Bagaimana caraku bisa hidup kalau begini?" Mata Lail mengerjap tak percaya melihat kedua tangannya yang terbungkus kain kasa. Belum lagi skill Galih yang tidak bersertifikat membuat bungkusan tangannya yang membulat mirip seperti bola bisbol. Tidak ada satupun jemari Laik yang terlihat karenanya. "Nona mata-mata, aku benar-benar minta maaf. Aku refleks jadi tidak sengaja," kata Ogik. Meski Ogik adalah lelaki yang menggebu-gebu dan sukar menahan amarahnya, tapi Dio selalu mendidiknya untuk menjad

  • Saat Putri Konglomerat Menyamar   13. Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

    "Mmh, kalian memang terlihat sedikit tidak sedap untuk dipandang," kata Lail ragu-ragu. Meski wajah mereka kadang terlihat baik. Lail harus tetap waspada mengingat kejadian saat dia disandera tadi. "Apa maksudnya tidak sedap dipandang?" tanya Ogik. "Maksudnya mungkin kita terlihat gagah dan menyeramkan." sahut Galih. "Benar, kami orang yang menyeramkan. Kamu harus tahu kami bukan orang sembarangan!" tekan Ogik. "Kenapa? Apa kalian seoarang preman? Mafia? Penjahat?" tanya Lail. Bug! Ogik meninju pintu yang berjarak setengah meter dari tempat Lail berdiri. Ogik sedikit mendekat ke arah Lail, "Kamu tau kami seorang penjahat, jadi jaga sikapmu baik-baik!" ancam Ogik. "Ayo kita kembali!" kata Ogik pada tiga pria lainnya. Lail mengerjap kaget atas kejadian singkat barusan. Dia menghela napas panjang kemudian segera menutup rapat pintu kamar itu. "Aku benar-benar tidak menyangka akan berakhir seperti ini," kata Lail yang langsung merogoh ponselnya. Ia kembali mendengus kesal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status