Share

Boncengan

Penulis: Asterona
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 06:38:30

Motor Ankaa berhenti di depan rumah mewah berwarna putih. Ia langsung membunyikan klakson berulang kali. Tak berselang lama, dari luar pagar ia melihat Sadena yang sedang mengeluarkan motor dari bagasi.

Sadena tampak rapi mengenakan hoodie berwarna biru dan celana jeans panjang. Ankaa lantas menepikan motornya ketika pagar dibuka, memberi jalan Sadena untuk keluar.

Kini cowok itu tiba di depannya.

"Lama lo, Na," celetuk Ankaa.

"Elo kali yang kecepetan," sahut Sadena. Lalu dia memakai helm full face-nya. "Acaranya setengah jam lagi baru mulai."

Ankaa nyengir. "Sengaja, Na. Soalnya kita jemput Selin. Bokap nyokapnya nggak bisa nganter."

"Apa?!" Sadena menautkan kedua alisnya lalu berdecak. "Enggak ah. Lo aja sono."

"Yaelah, nyet. Deket kok dari sini. Setengah jam nggak nyampe."

"Ngabisin bensin gue," dengus Sadena. "Lo aja sana jemput. Gue tunggu di sekolah."

"Ban gue, Na."

"Kenapa ban lo?"

"Kurang angin. Jadinya nggak bisa boncengan," jawab Ankaa yang berjongkok di samping ban belakang motornya. Seolah menunjukkan kepada Sadena bahwa ia mengatakan yang sebenarnya.

"Halah tai," Sadena melirik sinis Ankaa. Ia mendapati wajah cowok itu memelas. "Alesan lo."

"Nggak percaya, bro? Liat sini," pinta Ankaa. Cowok itu memang selalu sabar menghadapi sahabatnya.

Mendengus pelan, Sadena akhirnya berjongkok samping ban Ankaa. Ia menekan sedikit ban tersebut dan benar saja, kurang angin alias hendak kempes.

Sadena mengangguk. "Tumben jujur lo."

"Yee dugong," cibir Ankaa.

Sadena akhirnya mengalah dan menaiki motornya begitu pun Ankaa. Meski ada rasa kesal ketika ia harus menjemput Selin. Namun, ia juga tidak bisa membiarkan motor Ankaa berakhir kempes karena dipaksa berboncengan. Segalak-galaknya dia, Sadena tak setega itu.

"Yaudah, lo jalan duluan. Kasih tau gue rumahnya dimana."

--Sadena--

Selin mengecek arloji pink di pergelangan tangannya. Dia sudah berada di depan pagar rumahnya demi menunggu kedatangan Ankaa. Lima menit berlalu, tetapi, cowok itu tak kelihatan menampilkan batang hidungnya sama sekali.

Mendadak lampu motor menyorot wajahnya dari arah kiri, Selin mengangkat tangannya untuk menghalau sinar terang yang menyilaukan tersebut.

Ih Ankaa nyebelin banget sih, silau tau, gumam Selin lalu bibirnya mengerucut.

Ketika motor itu berhenti di depannya barulah Selin bisa menghela napas lega kemudian menurunkan tangannya. Ditatapnya cowok yang baru saja mematikan mesin motor itu dengan alis mengerut.

"Heh Ankaa!" Selin menunjuk wajah cowok itu. Belum terlalu jelas karena terhalang helm. Dan sesaat cowok itu melepas helmnya Selin langsung membelalak. "Dena?"

Yang disebut malah menatapnya dengan malas. "Apa?"

"Kok elo sih? Ankaa mana?" Selin celengukan.

"Nggak ada," jawab Sadena. Ia masih belum turun dari motor.

"Ma-maksudnya? Dia nggak ikut?"

"Kempes."

Selin mengernyit. "Kempes? Apa yang kempes?"

"Ban."

"Oh," gumam Selin. Ia manggut-manggut. "Ngomongnya yang bener dong. Jangan setengah-setengah gitu. Jadi susah dimengerti."

"Lo aja yang bego," ujar Sadena membuat Selin menghentakkan kaki kesal.

"Ngeselin banget sih!" desisnya. Selin bersedekap lalu pura-pura ngambek. Membuang wajah sebentar lalu memandang Sadena sejenak. Penampilan cowok itu sangatlah di luar dugaan. Sadena terlihat sangat mempesona dengan setelan sederhana seperti itu. Alhasil, pipi Selin menghangat ketika ia kepergok memandangi wajah cowok itu.

Sadena berdecak, "Mau sampai kapan lo diem di situ? Naik!"

"Nggak mau. Maunya sama Ankaa," tolak Selin. Membuat Sadena memutar bola matanya. "Situ nyebelin."

"Oh, bagus."

Selin menatap cowok itu malas.

Sadena berkata lagi. "Tunggu aja Ankaa sampai acaranya selesai."

"Hah?!" Selin membelalak kesekian kali. Bertepatan itu Sadena menyalakan mesin motornya.

Tak mau ketinggalan, Selin bergegas melompat naik ke motor Sadena.

"Gila!" Sadena memekik ketika motornya hampir saja kehilangan keseimbangan karena lompatan Selin. "Bisa pelan nggak sih lo?!"

"Biarin, wleee." Selin memeletkan lidah lalu tertawa puas. Namun Sadena tiba-tiba menarik gas membuatnya hampir terjengkang.

"Anjritt. DENA!! GUE MAU JATUHHH."

"Bomat."

--Sadena--

Selin senyum-senyum sendiri di belakang. Bagaimana tidak? Dibonceng Sadena itu rasanya sungguh luar biasa. Apalagi angin malam menerpa kulit semakin membuatnya adem. Ditambah bau parfum Sadena. Harum maskulin dan bikin tenang.

Selin menarik napas dalam lalu menghebuskannya pelan. Sekarang, ia mulai bosan karena sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Beda banget sama Ankaa. Setiap ia dibonceng cowok itu Selin selalu cekikikan. Sedangkan Sadena? Jangan ditanya, cowok itu malah ngomel terus saat ia bergerak sedikit saja.

"Bisa diem nggak sih lo?" Nah ini, Sadena mulai ngomel. "Jangan banyak gerak dan jangan sedikit pun nyentuh gue."

"Ishh... " geram Selin. "Abisnya lo kenceng banget bawa motornya. Gue bingung mau pegangan dimana?"

Tanpa menjawab, Sadena yang paham itu memelankan laju motornya. Selin tersenyum.

"Nah, gitu dongg," kata Selin senang. "Elo yaa. Kayak nggak pernah bawa cewek aja. Atau lo mau modus gue peluk ya. Hayoo ngakuu."

Sadena diam tak menanggapi.

"Atau pernah beneran nggak bawa cewek?" Selin berujar lagi. "Wah parahh, cowok macem apa sih lo? Gue nih yaa. Dulu sering banget dibocengin pacarrr. Terus dia kalau bonceng tuh nggak pernah laju banget. Pelan sambil menikmati. Nggak kayak orang mau balapan kayak lo tadi."

Lagi, Sadena diam.

Selin tak menyerah, ia terus bicara sampai Sadena membalas ucapannya.

"Andaikan gue bisa bawa motor pasti enak yaa. Dulu gue pernah belajar beberapa kali sih. Terus berhasil. Gue jadi pengendara motor yang hebat. Saking hebatnya, gue nyemplung di selokan. Kan sedihh. Hahaha," Selin mengakhiri dengan tertawa garing. Sayang, Sadena masih belum menanggapi ucapannya itu.

Selin mendesah pelan. Ia mencubit perut Sadena cepat hingga cowok itu meringis.

"Dena ih, jawab ucapan gue dongg. Kan nggak enak diem-dieman mulu. Kayak orang pacaran lagi berantem."

"Hmmm." Sadena hanya bergumam. "Terus?"

"Maksudnya?"

"Lanjutin cerita lo tadi."

"Ohh. Ih mulai tertarik ya sama cerita gue? Padahal cuma bohongan."

"Bilang apa lo barusan?!"

"Nggak. Nggak jadi," tandas Selin.

Sadena memicing menatap cewek itu dari kaca spion. Lalu ia hanya mengangguk.

Hening kembali menyerbu, Selin perlahan melingkarkan tangan di perut Sadena. Cowok itu tak menolak membuat Selin tersenyum hangat. Selin berusaha untuk tidak membuat pergerakan sedikit pun. Bisa berabe kalau ia ketahuan memeluk perut cowok itu.

"Dena," panggil Selin.

Lagi, Sadena menghela napas. "Apa?"

"Mau pipiss. Nggak tahan. Udah di ujung," adu Selin. Mukanya mesem menahan pipis.

"Tai lo," cibir Sadena. "Tahan, bentar lagi nyampe."

"Nggak mau, Dena. Kebelet bangetttt. Pengen pipis sekarang rasanya."

"Jangan gila," ucap Sadena gregetan. "gue jedotin ke tembok juga pala lo."

"Ish Dena nggak usah nyebelinn, cepat cari toilettt."

Dan lagi Sadena harus mengalah untuk mengikuti kemauan Selin itu. Ia menepikan motornya di depan toilet umum tak jauh dari kafe. Beruntung keadaan sekitar tak terlalu ramai saat ini.

Selin langsung melempar sling bagnya pada Sadena dan dengan cepat cowok itu tangkap. "Peganginn."

Lalu cewek itu masuk ke toilet. Sadena mendengus keras. Satu tangannya memegang tas pink milik Selin.

Apa-apa serba pink. Dasar manja!

Dua menit kemudian, cewek itu keluar sambil mengelus perutnya dengan tampang bahagia. "Ahh, legaaaa. Makasih yaa. Hihi."

Sadena menggidikan bahu. Dengan sembarang ia melempar balik tas cewek itu. Selin menerimanya sambil cemberut. Nggak bisa lembut ya ini orang.

Kemudian Sadena berbalik untuk kembali menaiki motornya, namun, baru saja ingin mengeluarkan kunci motor dari saku. Ia membelalak saat menemukan dua orang bertubuh gempal yang berdiri di depan kafe.

Sial! Itu Jona dan Zoe. Mereka pasti nyari gue buat tanding malam ini.

"Ayo Dena," Selin mencicit sambil menarik ujung baju Sadena.

Dan ketika satu dari dua orang itu nyaris menatapnya. Sadena langsung mengalihkan pandangan lalu menarik pergelangan Selin untuk bergeser ke samping, hingga tubuh Selin yang mungil itu kini terhalang tubuhnya. Mereka berhadapan.

Selin mengerjap polos.

Sadena memeluk cewek itu erat lalu berbisik. "Jangan bergerak, lo dalam bahaya."

Seketika, tubuh Selin menegang hebat.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sadena   Kehidupan Baru

    Selin mengunyah dengan lahap sosis bakar di mulutnya hingga pipi perempuan itu membulat, ia menyengir menatap Sadena, pria itu terkekeh geli menatap wajahnya.Sadena membelikan banyak sekali makanan, bukan hanya sosis bakar, tapi juga es krim serta permen manis. Dan yang Selin tak habis pikir, sosis bakar, es krim dan permen manis tersebut masih sama merknya seperti yang pernah Sadena belikan dulu untuknya saat mereka SMA. Pedagang sosis bakar tersebut bahkan masih mengingat Sadena saking seringnya dulu mereka datang ke taman ini lalu jajan sosis bakar beliau.Jika saja Sadena tidak melanjutkan studinya ke Amerika, mungkin di masa kuliah, mereka akan menambah kenangan di sini.Melihat Sadena tidak makan, hanya duduk di samping sembari mengusap-ngusap kepalanya, Selin pun menawarkan sosis bakarnya pada pria itu."Dena mau?" kebiasaan Selin, apa pun yang dimakan selalu di tawarkan padanya. Apalagi, Selin termasuk perempuan yang tidak

  • Sadena   Bernostalgia Bersama

    Pagi menyapa seperti biasa, bedanya hari ini hari libur, jadi Sadena berencana mengajak Selin jalan-jalan. Bukan cuma Selin, ia juga berniat mengajak Mou. Kasihan Sadena melihat bocah itu beberapa minggu ini hanya berdiam diri di rumah. Mery dan Aldevan sibuk, mungkin karena itu mereka tidak punya waktu mengajak Mou jalan-jalan, begitu pula dengan Ken.Mou bilang Ken sering curhat dia bosan berada di rumah. Oleh karenanya, Sadena juga mengajak Ken agar Mou punya teman bermain.Mou mengenakan sweater berwarna pink dan rok selutut, gadis kecil itu tampak sangat gemas mengenakan pakaian seperti itu. Ah, dia salah, ada lagi yang lebih menggemaskan, yaitu istrinya yang baru saja selesai bersiap lalu keluar dari kamar. Selin, memakai warna sweater yang sama dengan Mou. Mereka sangat kompak."Apa gue harus pakai yang pink-pink juga nih?" batin Sadena tertawa. Ia duduk di sofa menunggu kedua bidadarinya selesai bersiap.Mou turun dari tang

  • Sadena   Titipan Tuhan dan Kemesraan

    Selin mengeluari kamar kecil dengan perasaan lega. Sebab ia baru saja berhasil lancar buang air besar setelah berhari-hari mengalami sembelit. Perempuan itu lantas menjatuhkan dirinya di atas kasur sembari mengelus-ngelus perutnya yang rata.Entah kenapa tingkah Selin itu menarik perhatian Sadena yang tadinya asik berkutat di depan laptop mengerjakan tugas kantor, sekarang malah tersenyum menatap Selin lalu mengusap rambut istrinya."Habis boker?" tanya Sadena. Selin menyengir malu-malu."Hehe, iya. Dari kemarin aku sembelit makanya tadi pas keluarnya lancar aku lega bangett," jawabnya. Sadena mengacak gemas rambut Selin. Ya, setelah menikah, istrinya itu semakin terlihat menggemaskan."Udah minum susu?" Sadena bertanya lagi, membuat Selin menepuk jidatnya."Oh iya lupa, aku bikin dulu ya." Selin sudah hendak turun dari kasur, namun Sadena menahan pergelangannya."Enggak usah kamu diisi aja, biar aku yang

  • Sadena   Promise

    Sadava menyantap dengan lahap hidangan makan siang yang dibawakan oleh Marsha, bahkan sudut bibir laki-laki itu jadi belepotan.Marsha lantas dibuat gemas melihat tingkah calon suaminya itu, dia pun mengambil selehai tisu basah dan menyeka sudut bibir Sadava yang comot oleh sambal. Empunya langsung tergelak, Sadava menyengir lebar menampilkan gigi putihnya yang terdapat sisa cabai, alhasil tawa Marsha meledak memenuhi ruangan."Ih Dava lucu banget sih, di gigi kamu ada cabai tau!" ledek Marsha, Sadava hanya terkekeh ringan tanpa dosa.Sudah berapa tahun dia menjalin hubungan bersama perempuan itu, jadi untuk apa malu? Justru Sadava pikir hal ini bagus karena dia bisa membuat Marsha tertawa. Kalau bisa, ia akan setiap hari bertingkah konyol agar Calon istrinya itu selalu tersenyum."Masakanmu enak banget, By. Besok bawain yang ini lagi yaa," pinta Sadava sembari mencomot sisa-sisa sambal di jarinya seperti anak kecil.M

  • Sadena   Setelah 5 Tahun

    Takdir, tidak ada yang bisa mengubah takdir yang digariskan oleh Tuhan untuk makhluknya.Semua bisa terjadi tanpa kita duga sebelumnya, apalagi kita tebak.Seseorang yang dulu bersikap sangat buruk bisa berubah baik atas kehendak Tuhan, kita contohkan saja laki-laki bernama Zoe Navvare yang sedang sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya.Dulu, dia adalah sosok jahat yang ditakuti semua orang, penuh dendam, serta pribadi yang suka berkelahi. Tapi sekarang dia berbeda, dia sudah berubah menjadi orang baik yang disegani semua orang, pekerja keras, ramah, penyayang, juga taat beribadah.Meski label "Penjahat" pernah melekat pada laki-laki itu, namun seiring waktu berjalan, tahun demi tahun berlalu, Zoe mendapatkan hidayah dan menebus kesalahannya dulu.Sekarang dia telah sukses menjalankan perusahaan bernama Gemilang Angkasa milik mendiang ayahnya Bella. Setahun berjalan, perusahaan yang dikabarkan akan bangkrut i

  • Sadena   Gemilang Angkasa

    Hari ini Selin mendapati suatu kebenaran yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bahwa Zoe telah banyak berubah setelah keluar dari penjara.Bella adalah orang yang membuktikan semua perubahan itu pada Selin. Meski belum melihatnya secara langsung, Selin sudah yakin Zoe banyak berubah karena gadis itu.Hidayah memang datang tanpa pandang bulu, seburuk apa pun seseorang, dia pantas mendapatkan pengampunan dan berhak mengubah perilakunya menjadi lebih baik.Maka sehabis menyiapkan sarapan dan mengerjakan pekerjaan rumah, Selin bergegas berkunjung ke rumah Marsha, dia ingin menceritakan kejadian ini pada calon adik iparnya itu.Mengetuk pintu rumah Marsha, Selin disambutlangsung oleh Tuan rumah. Marsha saat itu masih mengenakan pakaian tidur."Selin?" kejutnya. Marsha tersenyum segera membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Selin masuk. Dia dituntun menuju sofa. Dan for your Information saja, rumah Marsha sekarang lebih besar dan nyaman

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status