共有

Stalking

作者: Asterona
last update 最終更新日: 2021-05-22 14:58:56

"Dava pulanggg, Bunn."

Teriakan Sadava menggema di ruang tengah. Kebiasaan cowok itu setiap pulang sekolah.

Seorang wanita cantik yang mendengar itu terlihat berlari kecil mengeluari dapur. Mery, dengan celemek yang agak kotor bergegas menghampiri kedua putra kembarnya. Ia menyodorkan sebelah tangan untuk mereka salimi.

Mery memang seperti itu, ia selalu antusias dan berusaha tidak pernah sehari pun melewatkan momen saat kedua putra kembarnya pulang sekolah. Menyambut mereka penuh sukacita.

Selesai menyalami tangan ibunya, Sadava dan Sadena mengecup sebelah pipi Mery. Lalu giliran wanita itu mencium dahi mereka penuh kasih sayang.

"Kalian bau keringat ih," kata Mery sambil mengerucutkan hidung. Sadava nyengir lebar sedangkan Sadena hanya bergumam.

"Mandi dulu yaa. Terus makan. Bunda udah bikin sup kesukaan kalian."

"Sup ayam?" beo Sadava.

Mery mengangguk. Ia mencubit gemas pipi Sadava. "Iya donggg. Masa sup kucing."

Sadava tertawa garing. "Hahaha. Bunda lucu deh."

Mery mendengus geli. Ia beralih menatap Sadena. Lagi, anak itu selalu saja pelit ekspresi. Pokoknya mirip banget sama bapaknya.

Tangan Mery tergerak mengusap pelan rambut Sadena, karena hanya itu satu-satunya cara agar Sadena bisa tersenyum kepadanya.

"Sadena capek?" tanya Mery. Sadena mengangguk pelan dan tersenyum tipis.

"Yaudah mandi dulu yaa. Baju kotornya taruh aja di keranjang. Nanti bunda cuci."

"Iya, Bun."

Kemudian Sadena melangkah lebar menaiki tangga. Disusul Mery yang ingin kembali ke dapur. Namun Sadava yang sedang mengeluarkan sesuatu dari tas itu kembali memanggilnya.

"Eh, tunggu, Bun."

Dan saat itu, bukan Mery saja yang menoleh. Tapi Sadena yang menaiki tangga ikut menghentikan langkah.

"Iya, ada apa?" Mery mendekat.

Sadava menyodorkan kedua bekal berisi kue pemberian Selin tadi. "Tadi dikasih kue sama Selin, Bun. Anaknya tante Raya. Bunda kenal, 'kan?"

"Ya kenal dong. Sahabatnya bunda tuh si Raya. Emang kue apa yang mereka bikin?"

"Bolu coklat spesial," jawab Sadava. Ia tahu itu karena waktu perjalanan pulang ia sempat mencicipi makanan manis tersebut.

"Wah, kebetulan bunda suka coklat. Simpan di kulkas gih."

"Bunda mau sekarang?"

Mery menggeleng. "Nanti aja. Bunda lagi masak tuh, ntar tangan bunda kotor."

"Sini aku suapinn. Bunda buka mulutnya. Aaa."

Mery menggeleng cepat. "Enggak usah, Dava."

"Yah, Bunda. Nurut atuh. Buka mulut. Aaa." Sadava bersikukuh. Ia mengulurkan potongan kue itu ke depan mulut Mery.

Mery terkekeh. Ia pun membuka mulut dan menyuap kue bolu itu. Melumernya dalam mulut. "Manis bangett."

Sadava tersenyum. Didapatinya sisa coklat di sudut bibir Mery. Sadava menyekanya menggunakan ibu jari. "Dih, bunda makannya kek bocah deh."

Alhasil, Mery menarik satu senyuman malu. Maka selanjutnya yang tercipta hanyalah kehangatan. Mery tertawa begitu juga Sadava. Seolah dunia hanya milik mereka berdua.

Sadena yang menyaksikan adegan itu dari tangga tersenyum getir. Akibatnya, ludah yang cowok itu telan mendadak terasa pahit. Hatinya sakit.

Shit! Gue memang bukan apa-apa untuk mereka.

--Sadena--

Malam itu, satu keluarga menikmati makan malam bersama. Aldevan, Mery, Sadena dan juga Sadava.

Sadava tampak asik menggerogoti ceker ayam miliknya. Sadena sendiri memakan dengan kalem irisan daging di piringnya.

"Dava makannya yang bener itu, jangan buru-buru," tegur Mery yang baru selesai membuat susu hangat untuk mereka berempat. Wanita itu mendekat lalu duduk di samping Aldevan.

"Nanggung, Ma. Dava takut telat," jawabnya.

Aldevan menoleh ke arah putranya itu. "Bukannya theater-nya jam delapan?"

"Iya, Pa. Tapi Dava jemput pacar, itu juga nyita waktu."

"Kamu ini," Aldevan mendesis."Masih SMA udah pake bucin."

"Yah, memang papa dulu nggak pernah bucin?"

Mendengar penuturan Sadava pipi Aldevan seketika memerah. Dian menatap istrinya lalu mencubit gemas pipi Mery. Tak ayal, kini mereka saling menatap dengan pemikiran yang sama. Berkelana jauh mengingat masa-masa SMA.

Uhk.

Sadena yang sedari tadi diam mendadak tersedak. Sontak perhatian mereka bertiga teralih.

"Duh, Dena. Makanya doa dulu sebelum makan," ujar Mery yang kini berdiri di belakang Sadena. Mengusap-ngusap punggung anaknya.

"Dena nggak papa," kata Sadena.

Dian mengangguki. "Cuma keselek biasa itu, Ry. Kasih minum aja selesai."

Deg.

Dada Sadena terasa sesak sesaat ucapan itu terlontar dari mulut Aldevan. Cowok itu menatap papanya sejenak lalu mendengus pelan.

Hati Sadena rasanya lagi-lagi sakit. Kenapa? Kenapa semua orang selalu menyepelekan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan jika Sadava hampir terjatuh saja mereka panik bukan main.

Efeknya Nafsu makan Sadena semakin buruk, ia meninggalkan ruang makan tanpa sepatah kata pun.

Mery yang menyadari perubahan raut wajah Sadena lantas khawatir. Sementara itu Aldevan nampak biasa saja menanggapinya.

"Al, Sadena..." Mery menggantung ucapannya sambil perlahan menoleh ke arah Dian.

"Paling udah kenyang, kamu kayak gak tau dia aja."

"Tapi Sadena kelihatan marah, Al," tukas Mery.

"Jangan berlebihan gitu ah. Kamu sendiri yang bilang sifatnya persis kayak aku. Nggak pedulian."

"Itu bukan berarti kita nggak peduli juga sama dia," sahut Mery tidak mau kalah.

Aldevan menautkan kedua alisnya. "Maksud kamu apasih, Ry? Aku nggak ngerti."

"Kenapa, Ma, Pa? Kenapa?" Sadava yang tadinya sibuk makan menyela heboh. Kepalanya celengukan mencari tau apa yang terjadi.

Mery ingin bersuara namun Aldevan lebih dulu berkata, "Nggak ada apa-apa. Habisin aja makanan kamu. Katanya takut telat."

"Oh, oke deh."

--Sadena--

Selin duduk di kursi belajar sambil menscroll layar gawainya yang menampilkan profil i*******m milik Sadena. Hidungnya kembang kempis saat melihat tidak ada satu pun postingan yang menampilkan wajah cowok itu.

Selin menghela napasnya, kini ia ragu harus memfollow cowok itu tidak. Toh, semua postingannya cuma berisi foto lukisan. Namun hebatnya, cowok itu telah memiliki ratusan ribu pengikut. Selin jadi berpikir, apakah Sadena itu seorang pelukis?

Tak mau ambil pusing, Selin pun tanpa ragu menelpon Ankaa untuk menanyakan hal itu.

"Whats up, Sel? Tumben nelpon gue?"

"Hehe. Nggak ada yang penting sih. Cuma mau nanya. Dena emang suka melukis yaa?"

"Oh itu. Bukan suka, tapi udah jadi hobinya. Lo pasti tau dari Instagramnya, 'kan?"

"Iya. Gue tadi kepoin dia. Hehe."

"Dih, udah mulai suka sama Dena ya. Ngakuu hayoo."

"Apaan si gak. Siapa yang mau sama cowok galak gitu. Gue tadi sempet kepoin ig-nya Dava juga."

"Ngeles atuh, Neng?"

"Ih Ankaa serius tauuu!"

"Hahaha. Mau tau rumah Dena nggak?"

"Mau. Dimana?"

"Dimana... dimana... dimana... ku harus mencari dimana...🎶" Ankaa malah nyanyi.

"ANKAAA SERIUS!!" Selin jadi kesel.

Terdengar tawa garing di seberang sana. "Haha. Oke serius nich. Ntar lo tau sendiri kok rumahnya dimana. Pokoknya, nggak jauh dari rumah gue. Nah, malam ini kan kita nonton bareng. Ntar kita ke rumah Dena dulu gimana?"

"Boleh."

"Nah, sip. Lo siap-siap gih. Gue mau otw jemput lo."

"Selin." Terdengar suara panggilan dari ambang pintu. Selin menoleh dan menemukan mamanya menyembulkan kepala dari daun pintu. Gadis itu lalu berbicara di telpon.

"Eh, tunggu bentar. Ada mama." Lalu ia bangkit dari duduk dan menghampiri Raya. "Kenapa, Ma?"

"Mama minta maaf banget malam ini nggak bisa nganter kamu sekolah. Soalnya mau nganter makan malam buat papa di kantor. Nggak papa ya sayang? Atau kamu mau kita berangkat sekarang biar bisa bareng sama mama?"

"Gitu ya? Nggak papa deh. Kebetulan Ankaa mau jemput aku."

"Oke deh. Maaf ya sayang," kata Raya.

Selin mengangguk. "Iya, Mama. Nggak papa."

Raya mencium puncak kepala anaknya itu penuh sayang. "Yaudah mama berangkat yaa. Kamu jaga diri. Love youuu."

"Love you, Ma."

Setelah itu Raya keluar dan menutup pintu kamar. Selin kembali ke tempat duduknya lalu menyambung lagi telpon dengan Ankaa.

"Mama bilang nggak bisa nganter ke sekolah. Tapi nggak papa, lagian lo katanya mau jemput gue. Yaudah."

"Oh, sip deh. Lu buru dandan yang cakep. Biar Dena jadi kesemsem."

"Apaan dah."

"Hahaha."

Panggilan pun diputuskan oleh Selin. Gadis itu beranjak dari kursi dan berjalan menuju lemari. Selin membuka tempat pakaian itu, lalu matanya menjelajah mencari mana pakaian yang cocok untuk ia kenakan malam ini.

Akhirnya, pilihan Selin jatuh pada jeans overall bergambar hello kitty yang lucu.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Sadena   Kehidupan Baru

    Selin mengunyah dengan lahap sosis bakar di mulutnya hingga pipi perempuan itu membulat, ia menyengir menatap Sadena, pria itu terkekeh geli menatap wajahnya.Sadena membelikan banyak sekali makanan, bukan hanya sosis bakar, tapi juga es krim serta permen manis. Dan yang Selin tak habis pikir, sosis bakar, es krim dan permen manis tersebut masih sama merknya seperti yang pernah Sadena belikan dulu untuknya saat mereka SMA. Pedagang sosis bakar tersebut bahkan masih mengingat Sadena saking seringnya dulu mereka datang ke taman ini lalu jajan sosis bakar beliau.Jika saja Sadena tidak melanjutkan studinya ke Amerika, mungkin di masa kuliah, mereka akan menambah kenangan di sini.Melihat Sadena tidak makan, hanya duduk di samping sembari mengusap-ngusap kepalanya, Selin pun menawarkan sosis bakarnya pada pria itu."Dena mau?" kebiasaan Selin, apa pun yang dimakan selalu di tawarkan padanya. Apalagi, Selin termasuk perempuan yang tidak

  • Sadena   Bernostalgia Bersama

    Pagi menyapa seperti biasa, bedanya hari ini hari libur, jadi Sadena berencana mengajak Selin jalan-jalan. Bukan cuma Selin, ia juga berniat mengajak Mou. Kasihan Sadena melihat bocah itu beberapa minggu ini hanya berdiam diri di rumah. Mery dan Aldevan sibuk, mungkin karena itu mereka tidak punya waktu mengajak Mou jalan-jalan, begitu pula dengan Ken.Mou bilang Ken sering curhat dia bosan berada di rumah. Oleh karenanya, Sadena juga mengajak Ken agar Mou punya teman bermain.Mou mengenakan sweater berwarna pink dan rok selutut, gadis kecil itu tampak sangat gemas mengenakan pakaian seperti itu. Ah, dia salah, ada lagi yang lebih menggemaskan, yaitu istrinya yang baru saja selesai bersiap lalu keluar dari kamar. Selin, memakai warna sweater yang sama dengan Mou. Mereka sangat kompak."Apa gue harus pakai yang pink-pink juga nih?" batin Sadena tertawa. Ia duduk di sofa menunggu kedua bidadarinya selesai bersiap.Mou turun dari tang

  • Sadena   Titipan Tuhan dan Kemesraan

    Selin mengeluari kamar kecil dengan perasaan lega. Sebab ia baru saja berhasil lancar buang air besar setelah berhari-hari mengalami sembelit. Perempuan itu lantas menjatuhkan dirinya di atas kasur sembari mengelus-ngelus perutnya yang rata.Entah kenapa tingkah Selin itu menarik perhatian Sadena yang tadinya asik berkutat di depan laptop mengerjakan tugas kantor, sekarang malah tersenyum menatap Selin lalu mengusap rambut istrinya."Habis boker?" tanya Sadena. Selin menyengir malu-malu."Hehe, iya. Dari kemarin aku sembelit makanya tadi pas keluarnya lancar aku lega bangett," jawabnya. Sadena mengacak gemas rambut Selin. Ya, setelah menikah, istrinya itu semakin terlihat menggemaskan."Udah minum susu?" Sadena bertanya lagi, membuat Selin menepuk jidatnya."Oh iya lupa, aku bikin dulu ya." Selin sudah hendak turun dari kasur, namun Sadena menahan pergelangannya."Enggak usah kamu diisi aja, biar aku yang

  • Sadena   Promise

    Sadava menyantap dengan lahap hidangan makan siang yang dibawakan oleh Marsha, bahkan sudut bibir laki-laki itu jadi belepotan.Marsha lantas dibuat gemas melihat tingkah calon suaminya itu, dia pun mengambil selehai tisu basah dan menyeka sudut bibir Sadava yang comot oleh sambal. Empunya langsung tergelak, Sadava menyengir lebar menampilkan gigi putihnya yang terdapat sisa cabai, alhasil tawa Marsha meledak memenuhi ruangan."Ih Dava lucu banget sih, di gigi kamu ada cabai tau!" ledek Marsha, Sadava hanya terkekeh ringan tanpa dosa.Sudah berapa tahun dia menjalin hubungan bersama perempuan itu, jadi untuk apa malu? Justru Sadava pikir hal ini bagus karena dia bisa membuat Marsha tertawa. Kalau bisa, ia akan setiap hari bertingkah konyol agar Calon istrinya itu selalu tersenyum."Masakanmu enak banget, By. Besok bawain yang ini lagi yaa," pinta Sadava sembari mencomot sisa-sisa sambal di jarinya seperti anak kecil.M

  • Sadena   Setelah 5 Tahun

    Takdir, tidak ada yang bisa mengubah takdir yang digariskan oleh Tuhan untuk makhluknya.Semua bisa terjadi tanpa kita duga sebelumnya, apalagi kita tebak.Seseorang yang dulu bersikap sangat buruk bisa berubah baik atas kehendak Tuhan, kita contohkan saja laki-laki bernama Zoe Navvare yang sedang sibuk berkutat dengan laptop di hadapannya.Dulu, dia adalah sosok jahat yang ditakuti semua orang, penuh dendam, serta pribadi yang suka berkelahi. Tapi sekarang dia berbeda, dia sudah berubah menjadi orang baik yang disegani semua orang, pekerja keras, ramah, penyayang, juga taat beribadah.Meski label "Penjahat" pernah melekat pada laki-laki itu, namun seiring waktu berjalan, tahun demi tahun berlalu, Zoe mendapatkan hidayah dan menebus kesalahannya dulu.Sekarang dia telah sukses menjalankan perusahaan bernama Gemilang Angkasa milik mendiang ayahnya Bella. Setahun berjalan, perusahaan yang dikabarkan akan bangkrut i

  • Sadena   Gemilang Angkasa

    Hari ini Selin mendapati suatu kebenaran yang tak pernah ia duga sebelumnya. Bahwa Zoe telah banyak berubah setelah keluar dari penjara.Bella adalah orang yang membuktikan semua perubahan itu pada Selin. Meski belum melihatnya secara langsung, Selin sudah yakin Zoe banyak berubah karena gadis itu.Hidayah memang datang tanpa pandang bulu, seburuk apa pun seseorang, dia pantas mendapatkan pengampunan dan berhak mengubah perilakunya menjadi lebih baik.Maka sehabis menyiapkan sarapan dan mengerjakan pekerjaan rumah, Selin bergegas berkunjung ke rumah Marsha, dia ingin menceritakan kejadian ini pada calon adik iparnya itu.Mengetuk pintu rumah Marsha, Selin disambutlangsung oleh Tuan rumah. Marsha saat itu masih mengenakan pakaian tidur."Selin?" kejutnya. Marsha tersenyum segera membuka pintu lebih lebar dan mempersilahkan Selin masuk. Dia dituntun menuju sofa. Dan for your Information saja, rumah Marsha sekarang lebih besar dan nyaman

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status