Share

Bab 3

Author: Eudora
Kekecewaan yang datang berkali-kali, pada akhirnya hanya butuh sebuah penyelesaian untuk benar-benar menjadi akhir dari sebuah cerita.

Nindy menghapus air matanya, lalu membalas pesan Peter hanya dengan satu kata.

[ Mm. ]

Namun dalam hatinya, dia sudah membuat keputusan.

Tiga hari kemudian, Nindy keluar dari rumah sakit. Selama waktu itu, Peter tidak mengirimkan kabar sedikit pun dan Nindy juga tidak lagi mencarinya.

"Bu Nindy, meskipun ini kehamilan ektopik, kamu tetap harus menjalani masa pemulihan seperti nifas. Setelah pulang nanti jangan kena air dingin, banyak makan makanan bergizi, dan istirahat yang cukup ya," pesan perawat dengan penuh perhatian.

Nindy menahan rasa perih di hatinya, lalu tersenyum tipis sambil berterima kasih. "Terima kasih, Bu. Saya akan menjaga diri."

Setelah berpamitan, Nindy melangkah keluar sendirian. Belum berjalan jauh, tiba-tiba terdengar suara memanggil dari belakang. "Nindy?"

Nindy menoleh dan melihat sahabat baiknya, Elvi, dengan perut yang sudah besar.

"Kamu ngapain di rumah sakit? Wajahmu pucat sekali," tanya Elvi cemas.

"Aku hamil," jawab Nindy datar, ekspresinya tenang seperti biasa. Elvi sempat ingin mengucapkan selamat, tetapi Nindy melanjutkan, "Tapi kehamilannya ektopik. Sudah dioperasi. Hari ini aku keluar dari rumah sakit."

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku?!" Elvi sedikit kesal, tapi rasa kesalnya segera berubah jadi iba. Dia langsung menggenggam erat tangan Nindy.

"Eh? Terus Peter mana?"

Di mata teman-teman mereka semua, Peter selalu digambarkan sebagai sosok suami ideal yang sangat menyayangi istri dan tidak pernah tega membuat Nindy menderita. Melihat Nindy sendirian, Elvi jadi sangat terkejut.

"Dia lagi temani ibu Sofie di rumah sakit. Katanya nggak sempat mengurusku."

"Apa?"

Elvi terbelalak. Dia memang pernah mendengar kabar soal Peter dan sahabat kecilnya itu, tapi bagaimanapun juga, istrinya baru saja menjalani operasi kehamilan ektopik. Masalah sebesar ini ... kenapa dia malah tidak muncul?

"Sudahlah, semuanya sudah lewat," Nindy memaksa tersenyum tipis. "Kamu sendiri kenapa sendirian?"

"Hari ini jadwal kontrol terakhir, Kemal lagi ke kasir buat bayar," jawab Elvi.

Elvi sebenarnya masih ingin menanyakan soal hubungan Nindy dan Peter, tapi melihat wajah sahabatnya yang begitu pucat, dia menahan diri. Mobil online yang dipesan Nindy sudah hampir tiba, Elvi pun bersikeras menemaninya turun.

Begitu pintu lift terbuka, pemandangan di depan mata membuat mereka berdua sama-sama tertegun.

Sofie berdiri di sana, merangkul erat lengan Peter.

Keempat pasang mata itu saling bertemu. Keheningan hanya berlangsung sekejap.

Peter buru-buru menepis tangan Sofie dari lengannya, wajahnya langsung menggelap. "Nindy, aku sudah bilang dengan jelas di pesan. Kamu terus-terusan menguntit dan mengawasiku, apa kamu nggak capek? Sejak kapan kamu jadi nggak rasional begini?"

"Ka ... Kak Nindy, tolonglah." Suara Sofie pecah, lalu dia tiba-tiba berlutut di hadapan Nindy di tengah ramainya lobi rumah sakit. Air matanya bercucuran, isak tangisnya menggema.

"Sofie, bangun! Kenapa kamu sampai berlutut begitu?" Peter langsung menunduk dengan panik dan ingin menariknya.

"Peter, jangan halangi aku. Aku dan Ibu yang salah sama Kak Nindy. Tapi Kak Nindy, ibuku sudah hampir meninggal ... tolong kasihanilah, izinkan aku meminjam Peter selama waktu ini," Sofie terisak, bahkan mencoba menundukkan kepala hendak bersujud di depan Nindy.

Peter tidak berhasil menghentikannya, wajahnya justru semakin marah. Dia berbalik menatap Nindy dengan tajam.

"Nindy! Sofie dan Bi Bonita nggak pernah berbuat salah padamu, mereka bahkan nggak pernah menjelekkanmu sekali pun. Tapi kamu malah berbuat begini, mana hati nuranimu? Kamu benar-benar membuatku jijik!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 28

    Roman teringat pada musim panas yang terik itu saat Nindy memberinya sebutir permen dan selembar plester."Jadi, kita sebenarnya sudah saling kenal sejak lama.""Benar." Roman mengangguk. "Sudah sejak lama. Hanya saja aku kurang beruntung. Sekali saja terlewat, hampir saja seumur hidup terlewat juga.""Maksudmu apa?" Air mata Nindy jatuh tanpa henti. Dia mengira hatinya yang sudah mati, tetapi ternyata sekali lagi mulai berdegup."Nanti aku ceritakan pelan-pelan. Eh? Kok kamu nangis lagi? Jangan nangis. Kalau kamu nangis begini, lukaku ikut sakit." Roman mengulurkan tangan untuk menghapus air mata Nindy.Nindy menepis tangannya. "Kamu 'kan lagi pakai selang pereda nyeri, sakit apanya? Jangan bohong.""Benaran sakit, aku sakit hati.""Sudahlah, kamu mau minum air nggak?""Kapan kamu kasih aku status resmi?""Aku tanya, kamu mau minum nggak?""Mau. Asal yang menuang pacar sendiri, racun pun aku minum.""Siapa pacarmu? Aku belum setuju.""Sudah setuju, waktu kamu ngomong sambil tidur.""K

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 27

    Saat ayah dan ibu Nindy sampai di rumah sakit, yang mereka lihat adalah Nindy yang tubuhnya penuh darah. Pasangan itu memeriksa beberapa kali, memastikan Nindy tak terluka, baru merasa lega.Namun, wajah orang tua Roman yang datang segera setelahnya terlihat sangat buruk. Meskipun demikian, ibu Roman tetap melangkah ke sisi Nindy, menggenggam erat tangan Nindy. "Kamu pasti ketakutan ya? Jangan khawatir. Roman kuat, cuma luka kecil, nggak apa-apa.""Maaf, Bibi. Dia terluka karena menyelamatkanku. Maaf ...." Emosi Nindy kembali tak terkendali, dia seperti anak yang telah berbuat salah dan tidak berani menatap ibu Roman.Orang-orang di sekitar melihat keadaan Nindy, tahu apa pun yang mereka katakan saat ini tak akan ada gunanya.Waktu berjalan menit demi menit, hingga akhirnya lampu di ruang operasi padam. Saat dokter keluar, Nindy adalah orang pertama yang berlari menghampiri. "Dokter, gimana keadaan Roman?""Nggak apa-apa, nggak kena bagian vital. Lukanya sudah dijahit, sebentar lagi bi

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 26

    Karena surat keterangan gangguan jiwa Sofie sah, Nindy sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa padanya.Di depan kantor polisi, Peter ingin mengatakan sesuatu kepada Nindy. Namun, Roman berdiri di antara mereka berdua, sama sekali tidak memberi Peter kesempatan."Nindy, aku perlu bicara berdua saja denganmu.""Dia nggak mau bicara denganmu."Roman sudah menahan diri cukup lama. Ada beberapa hal yang hari ini harus dia katakan langsung kepada Peter."Peter, sebenarnya kamu mau apa? Kamu dan Nindy sudah cerai, aku minta kamu jangan ganggu hidupnya lagi. Dan satu lagi, jaga baik-baik orangmu. Surat keterangan gangguan jiwa itu bukanlah kartu bebas hukuman di mataku."Mendengar ini, rasa ingin menang Peter pun terpancing. Dia tersenyum sinis dan menatap Roman."Kenapa memangnya kalau kami cerai? Aku dan Nindy bersama delapan tahun. Semua pengalaman pertamanya adalah milikku. Kamu punya apa?""Pak Roman, kamu pikir aku nggak mengenalmu? Aku sudah lama mengenalmu, tapi aku nggak pernah mengan

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 25

    Roman benar-benar mengajak Nindy makan malam. Selesai makan, Nindy mengusulkan untuk jalan-jalan di kawasan pertokoan.Dengan segelas teh susu hangat di tangan, Nindy dan Roman berjalan berdampingan di tengah kerumunan orang."Sayang sekali ya, hari ini nggak turun salju. Oh ya, Roman, tahun-tahun sebelumnya pernah turun salju nggak?"Nindy sudah bertahun-tahun tidak merayakan Natal di kampung halamannya. Salju yang dia ingat hanyalah saat masih SMA.Roman sempat tertegun, lalu menggeleng pelan dengan sedikit canggung. "Aku nggak tahu.""Nggak tahu? Kamu nggak tinggal di sini?""Nggak, aku di ibu kota.""Di ibu kota? Untuk kerja?" Nindy hanya bertanya karena penasaran.Saat percakapan sampai di situ, Roman berhenti melangkah. Dia menunduk menatap wajah Nindy yang pipinya memerah karena udara dingin. "Untuk melihatmu.""Tahun lalu waktu Natal, kamu bersama dia di kampus, merayakan bersama mahasiswa asing yang dia bimbing. Dua tahun lalu, dia sepertinya nggak ada di rumah. Kamu ke minima

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 24

    Nindy sama sekali tidak pernah menyangka dirinya akan mengalami situasi canggung seperti ini. Dia tidak ingin membuat siapa pun malu, tetapi karena sudah terlanjur, dia hanya bisa meneruskan aktingnya."Roman, kamu pulang dulu saja. Profesor Peter mungkin ada urusan sama aku.""Oke, nanti malam aku jemput kamu pulang kerja." Sambil berkata, Roman mengangkat tangannya menyentuh pipi Nindy. Gerakannya terlihat sangat terbiasa. Tingkat keintiman ini terlihat seperti mereka sudah berpacaran sejak lama.Setelah berpamitan dengan Peter sebentar, Roman pun masuk mobil dan pergi.Menunggu mobil Roman melaju cukup jauh, barulah Nindy menatap Peter dengan wajah dingin. "Kamu mau apa lagi? Nggak bisa sama-sama melangkah maju? Kenapa harus datang mengusik hidupku lagi?""Nindy, aku sudah mengundurkan diri. Aku memutuskan untuk bekerja di Kota Saka." Peter tidak tersinggung oleh sikap Nindy, malah tersenyum sambil melangkah maju.Nindy melemparkan bunga di tangannya dengan kesal, bahkan tak mau mel

  • Sahabat Masa Kecil Suamiku Adalah Pelakor   Bab 23

    Nindy mencoba mencari jawaban di kepalanya berulang kali, tetapi tetap tidak bisa mengingat kapan dirinya pernah bertemu Roman.Selain itu, Roman mengakui dirinya diam-diam menyukainya. Itu berarti mereka pernah bertemu sebelumnya.Roman mendengar pertanyaan itu, lalu terkekeh-kekeh. "Mm, pernah.""Di mana? Kapan?" Nindy mendesak."Aku rasa abu muda bagus, kelihatannya elegan. Kamu setuju?"Jelas sekali Roman tidak berniat melanjutkan jawabannya atas pertanyaan Nindy. Karena dia tidak mau bilang, Nindy juga hanya bisa mengurungkan niatnya."Mm, nanti aku kirim gambar rancangan yang sudah direvisi ke ponselmu." Tepat saat itu, ponsel Nindy berdering. Panggilan dari bibi keduanya. Meskipun malas, Nindy tak mungkin mengabaikan begitu saja.Begitu tersambung, di seberang langsung tak sabar menanyakan perkembangan. "Nindy, sudah ketemu orangnya belum? Gimana? Aku kasih tahu ya, Roman itu anaknya baik banget. Orangnya berkarakter, ganteng, bisa cari uang. Kalau kamu nikah sama dia, tinggal t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status