Setelah resepsi pernikahan ke-88 kali dibatalkan, aku menelepon partnerku, "Aku mau daftar untuk mengembangkan pasar di Negara Heksa." Suara partnerku yang terkejut terdengar. "Apa kamu sudah pikirkan baik-baik? Kamu nggak boleh pulang selama 10 tahun setelah pergi ke Negara Heksa. Kamu baru nikah hari ini, tapi langsung pisah rumah. Apa suamimu setuju?" Partnerku menambahkan, "Bagaimana dengan orang tuamu? Bukannya keinginan terbesarmu itu menemani mereka?" Aku memandangi gereja yang kosong, lalu tersenyum getir dan menimpali, "Resepsi pernikahan dibatalkan, mana mungkin aku punya suami? Mengenai orang tuaku, mereka sudah cukup bahagia ditemani Yasmin." Partnerku terdiam sedetik sebelum menyahut, "Oke. Kalau begitu, kamu siap-siap. Besok kamu berangkat." Sesudah mengakhiri panggilan telepon, aku menyentuh gaun pengantinku. Air mataku yang terakhir menetes. Hari ini, depresi yang diidap adik angkatku kambuh lagi dan dia ingin bunuh diri. Lagi-lagi, Aditya membatalkan resepsi pernikahan kami. Aku yang tidak berdaya dan putus asa berucap sambil memandangi Aditya, "Ini sudah yang ke-88 kali." Aditya merasa bersalah. Dia menunduk sembari membujukku, "Beri aku waktu lagi ya? Willa, kamu tahu sejak kejadian itu, kondisi mental Yasmin nggak stabil. Aku benar-benar takut dia melakukan hal bodoh." Aditya berjanji, "Kamu tenang saja. Kali ini, aku pasti akan jelaskan padanya. Setelah itu, kita segera menikah." Orang tuaku mendesak Aditya untuk segera menyelamatkan Yasmin. Ayahku menegur, "Willa, cepat lepaskan Aditya. Kalau bukan karena dulu Yasmin menyelamatkanmu, mana mungkin dia diculik? Dia nggak akan mengidap depresi dan mentalnya nggak akan hancur." Ayahku meneruskan, "Sekarang kamu menghalangi Aditya untuk menyelamatkan Yasmin, apa kamu mau mencelakai adikmu? Kenapa kamu begitu egois? Apa resepsi pernikahanmu lebih penting daripada nyawa Yasmin?" Aku sudah sering mendengar teguran seperti ini. Dulu aku pasti membantah, tetapi kali ini aku terdiam. Tunanganku dan orang tuaku tidak menyukaiku, bahkan mereka tidak memercayaiku. Kalau begitu, aku pergi saja.
View More"Kalian benar-benar polos!" ujar Yasmin sambil memegang wajahnya yang bengkak dan perih. Dia perlahan bangkit dari lantai dan tersenyum bengis.Yasmin melanjutkan, "Kalian mau cari Willa? Mau cari di mana? Willa sudah pergi ke luar negeri. Waktu meneleponnya terakhir kali, apa kalian nggak melihat latar belakangnya itu ruang tunggu penerbangan internasional?"Yasmin memandang ketiga orang di depannya yang tenggelam dalam penyesalan dan ilusi mereka. Dia tertawa terbahak-bahak dan meneruskan, "Memangnya kenapa kalau Willa itu putri kandung kalian? Dia tetap diusir olehku seperti anjing telantar yang nggak punya pemilik. Hahaha .... Oh, salah."Yasmin menunjuk Andrew, Monika, dan Aditya sambil menambahkan, "Semua ini perbuatan kita. Willa diusir oleh kita berempat. Ayah, Ibu, dan Kak Aditya kesayanganku, apa kalian senang?""Diam kamu! Dasar wanita gila!" bentak Aditya. Harapan terakhirnya pupus. Matanya memerah dan urat dahinya menonjol.Aditya bagaikan binatang buas yang kehilangan ken
Yasmin yang tidak bisa menutupi kepanikannya berbicara dengan suara melengking, "Kasus penculikan apanya? Jangan bicara sembarangan!"Yasmin segera membuka aplikasi pembayaran di ponselnya, lalu mentransfer 40 juta kepada pria itu dengan ekspresi geram. Dia juga mengirim pesan.[ Kalau kamu ganggu aku lagi, ke depannya kamu nggak bisa dapatkan uang dariku! ]Pria itu merasa tidak puas melihat sisa saldo di rekeningnya. Namun, dia tetap berdiri terhuyung-huyung dan memberikan ciuman jauh kepada Yasmin dengan mesra.Pria itu berucap, "Ya sudah. Hari ini Ayah pergi dulu. Putriku sayang, kamu harus ingat Ayah ya."Awalnya Yasmin sangat tegang. Setelah melihat ayahnya berjalan ke luar, dia baru mengembuskan napas lega. Saat hendak mencari alasan untuk membohongi Andrew dan Monika, Yasmin mendongak dan melihat Andrew mengadang pria itu.Andrew bertanya dengan suara serak, "Tadi kamu mengungkit tentang kasus penculikan 5 tahun yang lalu. Apa yang kamu ketahui tentang kasus itu?"Kala ini, mom
Andrew, Monika, Aditya, termasuk Yasmin tidak menyangka Willa akan memberontak. Willa sengaja menjebak Yasmin hingga didepak dari kampus.Mendengar suara barang-barang yang dibanting Yasmin dan teriakannya yang histeris di dalam kamar, Monika sangat lelah. Dia memijat pelipisnya yang berdenyut.Monika mendesah, lalu mengomel, "Kenapa Willa begitu egois? Bukannya kita cuma meminjam desainnya? Bisa-bisanya dia merajuk seperti ini sampai-sampai membuat Yasmin mengamuk!"Andrew mendengus dan menimpali dengan ekspresi muram, "Aku rasa sekarang dia sok hebat! Bahkan dia nggak menjawab panggilan teleponku! Kalau merasa hebat, dia nggak usah pulang dan hubungi kita lagi selamanya!"Aditya yang berada di samping memegang ponselnya sambil terdiam dan menunduk. Sejak Willa mengakhiri panggilan telepon, Aditya merasa panik. Dia terus mengirim pesan kepada Willa melalui berbagai aplikasi media sosial. Namun, Willa sama sekali tidak membalas Aditya.Aditya melihat riwayat obrolan mereka seraya menge
Aku duduk di ruang tunggu bandara sambil memegang cangkir kopi. Aku melihat berita tentang karya yang memenangkan perlombaan desainer muda terus disiarkan di televisi.Di tengah sorotan cahaya lampu yang terang, tampak karya yang "kuberikan" kepada Yasmin. Berbagai media menyebutnya sebagai karya yang spektakuler dan inspiratif.Pada saat yang sama, ponselku terus berdering. Kala ini, Yasmin tidak tersenyum bangga lagi.Yasmin yang tampak tidak percaya dan panik marah-marah, "Willa, kamu memang wanita jalang! Beraninya kamu mencelakaiku dengan karya yang memenangkan penghargaan! Lihat saja nanti, aku nggak akan lepaskan kamu!"Suara melengking Yasmin pecah. Dia menunjukkan kebencian yang mendalam setiap melontarkan kata-kata itu. Konyol sekali, bisa-bisanya orang yang melakukan plagiat begitu arogan!Aku mengangkat alis dan membalas seraya tersenyum dingin, "Kamu nggak akan melepaskanku? Memangnya kamu mampu?"Jariku mengetuk cangkir kopi dengan pelan sehingga menimbulkan suara berdent
Rasanya benar-benar melegakan setelah melepaskan beban di hatiku. Aku yang tidak tidur semalaman sama sekali tidak lelah. Aku hanya merasa sangat antusias menyambut hidup baru.Pengalaman masa lalu yang tidak adil itu seakan-akan hancur bercampur dengan debu setelah digilas roda kereta.Ketika baru sampai di terminal bandar udara sambil membawa koperku, ibuku melakukan panggilan video denganku. Gambaran video sedikit berguncang, yang pertama kali terlihat adalah ekspresi Aditya yang lembut.Aditya sedang menyendok sup dengan hati-hati, lalu meniupnya dan menyuapkannya kepada Yasmin dengan luwes. Orang tuaku duduk di kedua sisi Yasmin. Mereka mengingatkan Yasmin untuk minum sup panas itu pelan-pelan dengan ekspresi lembut.Ibuku melihatku terlebih dahulu. Dia masih tersenyum saat berkata, "Willa, kamu sudah sampai di mana? Adikmu memuji supmu enak. Lihat, dia makan dengan lahap."Dari gambaran video, aku melihat wajah Yasmin yang merona. Senyumnya juga sangat manis. Dia sama sekali tida
Aku duduk di kursi panjang gereja yang dingin semalaman. Saat pagi, aku baru pulang ke rumah dengan linglung. Begitu masuk ke rumah, aku melihat mata Aditya yang memerah.Melihat gaun pengantinku yang dinodai darah, Aditya menghampiriku dengan ekspresi cemas dan memelukku. Dia berkata, "Maaf, sebenarnya semalam aku berniat kembali untuk mencarimu. Tapi, Yasmin langsung menangis histeris begitu aku pergi. Jadi, aku benar-benar nggak bisa pergi."Aditya melanjutkan, "Willa, percaya padaku .... Tadi kondisi Yasmin baru tenang. Aku baru berencana keluar untuk mencarimu, tapi kamu sudah pulang. Kamu baik-baik saja, 'kan?"Aku menanggapi ucapan Aditya dengan tenang, "Aku baik-baik saja. Nggak masalah, Aditya. Aku memahamimu. Resepsi pernikahan masih bisa diadakan lagi, kesehatan Yasmin lebih penting."Aditya terkejut melihat sikapku. Dia bertanya, "Kamu benar-benar berpikiran begitu?""Tentu saja," sahutku.Wajar saja jika Aditya terkejut dan memastikannya lagi. Alasannya karena aku sudah te
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments