Benar yang dikatakan Akbar, bahwa tidak ada pembenaran di atas kesalahan. Benar juga yang dikatakan Papa Galih, maaf saja tidak bisa menghapuskan luka di masa lalu.
Sudah cukup Ayu memperbudak dirinya atas nama cinta, time is up untuk Yudi Eka Setiawan. Seharusnya, Ayu tetap memegang teguh prinsip yang dia dapatkan dari Firman Afif sebelum menikah dengan Yudi. Namun nasi telah menjadi bubur yang tak bisa lagi ditanak.
Jangan pernah membaca novel dengan judul yang sama lebih dari sekali, karena endingnya akan tetap sama.
Itu adalah prinsip yang Ayu dapatkan dulu dari salah satu sahabat terbaiknya. Ayu seolah menutup rapat kedua telinganya, tak ingin mendengarkan nasihat dari Firman.
Yudi Eka Setiawan adalah lelaki pertama yang mengenalkan cinta pada Ayu, tapi jalinan kasih antara keduanya tidaklah berlangsung lama.
Setahun berpacaran dengan putri mahkota Angkasa Group, Yudi secara tegas harus mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena bosan apalagi tak cinta, tapi karena ada kesalahan yang harus Yudi pertanggung jawabkan.
Ada janin di dalam rahim Cindy Desi Anggraini yang membutuhkan pertanggung jawabannya.
"Pa, Ma, aku keluar dulu, yah? Tolong jagain Zaskia!" titah Ayu pada kedua orang tuanya. Kemudian Ayu meraih punggung tangan mama dan papanya secara bergantian untuk dia cium sebagai tanda berpamitan.
Rasa sakit dan kecewa yang telah Yudi torehkan sungguh membunuh jiwa dan raganya. Membakar sukmanya. Seolah-olah dirinyalah yang paling menderita. Mobil honda yang dibandrol dengan harga termahal milik Ayu melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibu kota.
Ayu mencengkeram setiran kemudi kuat-kuat, rahangnya mengencang dan bola matanya nampak memerah. Atensinya terus tertuju pada jalanan di hadapannya dengan tatapan tajam, seakan dia ingin menerkam mangsa yang berada tepat di hadapannya.
"TEGA KAMU, KAK!"
Ayu terus saja merancau dengan nada yang terdengar melengking. Dia terus melajukan kereta besinya dengan kecepatan tinggi untuk segera sampai ke tempat yang dia tuju.
Tak butuh waktu lama, mobil Ayu kini berada di depan pagar rumah sederhana. Sangat sederhana untuk dihuni oleh pewaris tunggal Angkasa Group itu.
TIIIIIINNNN~~~
Suara klakson yang Ayu bunyikan dari dalam mobil membuat pemilik hajatan dan para tamu undangan menoleh ke arah kereta besinya berada.
"KELUAR KAMU, YUDI!"
Teriakan Ayu semakin membuat semua orang yang berada di rumah itu terperangah tak percaya. Banyak kaum ibu-ibu yang berbisik bahwa yang datang itu mungkin adalah istri sah Yudi, mengingat Bella Qanesyah hanyalah berstatus istri sirinya.
BINGO!!! Terkaan mereka benar, seratus persen benar.
Sekujur tubuh Yudi membeku sempurna, kali ini kiamatlah yang datang, bukan lagi kesialan semata.
Sekuat tenaga Yudi berusaha menutupi keterkejutannya, tatapan keduanya saling mengunci tak ada lagi tatapan penuh cinta dan damba, yang ada hanya kilatan emosi dan benci.
Ada satu pertanyaan yang menggelitik sukma Yudi, bagaimana wanita yang berstatus sebagai istri sahnya itu mengetahui hajatan yang dilaksanakan untuk bayi kembarnya?
Tidak ada lagi sosok lemah lembut seorang Suci Indah Ayu, yang ada hanya keboran emosi yang siap dia luapkan.
Di sini, di tempat ini, di hadapan pasangan yang telah mematahkan hatinya secara telak.
Yudi sempat menghardik kemudian mencekal sebelah lengan Ayu, tapi wanita berparas ayu bisa dengan mudahnya menghempaskan cekalan tangan Yudi.
Dengan langkah anggun dan mempesona Ayu menyisiri setiap sudut rumah tempat dilangsungkannya hajatan untuk si baby twins.
"AYU JAGA BATASANMU!" Seru nyaring seorang Yudi Eka Setiawan pada ibu dari Zaskia itu.
Seruan nyaring Yudi hanya sebatas angin lalu di telinga Ayu. Wanita bermanik mata jernih itu terus berjalan menyisir sudut rumah Yudi dan Bella.
Tubuh Ayu mendadak terpaku kala melihat dekorasi aqiqah si baby twins.
Air mata kembali tergenang di pelupuk mata wanita berusia 24 tahun itu, tapi dia kesini bukan untuk menangisi garis takdir yang menyakitkan ini. Dia harus kuat, harus tegar.
Ratu harus tetap menegakkan kepalanya, agar mahkotanya tak jatuh.
"AYU!" Yudi dengan kompak menyerukan nama wanita malang itu.
"Jangan coba-coba kamu menyakiti kedua anakku!" Yudi seolah tak gentar berbicara dengan nada tinggi pada wanita yang pernah menempati tahta tertinggi di hatinya.
Hati Ayu bagaikan teriris ribuan belati, sakit? Sudah pasti, tapi ini bukanlah saatnya untuk mengeluh apalagi menyerah.
"Masih punya malu, lo? Bukannya lo udah dapat surat gugatan cerai dari Pengadilan Agama?" kelakar Bella dengan nada meremehkan Ayu. Namun Ayu bukanlah wanita yang bisa asal diadu dengan Bella, perbedaan mereka bagaikan jarak Merkurius ke Neptunus, JAUH.
"Sudah, dan aku kesini ingin mempertegas hubunganku dengan Yudi. Mulai saat ini dia bukan lagi milikku."
Kadang, orang-orang baru mungkin terlihat lebih menarik, lebih lucu, dan membuat kita lebih bersemangat. Namun apakah pada akhirnya pasti lebih baik daripada pasangan kita sekarang? Jangan tergoda karena rumput tetangga lebih hijau. Ingat, kalau hujan beceknya sama saja.
Jatuh cinta itu mudah, tapi untuk mempertahankan cinta, untuk mengerti bahwa kebosanan adalah salah satu ciri kestabilan hubungan, untuk sadar betapa kekanak-kanakannya menyudahi sebuah hubungan hanya karena bosan. Butuh sebuah pribadi yang dewasa dan berani.
Sudah waktunya untuk Ayu dan Yudi menyudahi garis perjodohan mereka, sudah banyak luka yang mereka berikan satu sama lain. Ayu menyerah, tapi bukan berarti dia kalah.
Suci Indah Ayu adalah, adalah putri mahkota sekaligus pewaris tunggal Angkasa Group perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Dia harus menjadi sosok yang kuat dan tahan banting. Karena, perang yang sesungguhnya belum dimulai.
Maksud kedatangan Ayu ini kesini bukanlah untuk melabrak Bella karena telah merebut suaminya tapi untuk memberikan sejumlah uang untuk si baby twins, dan nominal yang Ayu berikan tidaklah tergolong sedikit. Kedua manik mata Yudi membola sempurna kala melihat cek yang Ayu berikan, sungguh jumlah yang samgat fantastis.
~~~
Sepeninggal Ayu dari kediaman Yudi dan Bella dia tidak lantas pulang ke rumah Papa Galih, lalu ke manakah wanita malang itu?
Di sinilah kaki Ayu berpijak, rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan rumah tangganya bersama Yudi.
Rumah yang selalu dia pijaki dengan hati bahagia kini berubah suasananya menjadi begitu mencekam. Terlihat banyak sekali pigura yang membingkai potret kebersamaan Yudi dan Ayu mulai dari masa mereka berpacaran sampai hadirnya Zaskia Azzahra Khumairah di tengah-tengah mereka.
Setiap sudut rumah ini memiliki kenangannya masing-masing.
"Apakah sebaiknya rumah ini ku jual saja?" batin Ayu. Desah napas panjang mengisyaratkan keraguan Ayu atas niatnya barusan.
Ayu membawa langkah menuju kamar utama, tempatnya melepas penat bersama Yudi, dulu.
Wanita berusia 24 tahun itu menatap sendu pigura besar yang berada di atas tempat tidur berukuran extra king itu.
Meremas kain berlapis di depannya, kenapa ini begitu sakit untuk Ayu lewati? Dosa apakah yang sedang dia tanggung sampai Allah memberinya cobaan yang begitu berat?
Tapi, Ayu bukan lagi yang sosok yang akan mengeluh ketika disakiti, karena dia sadar sebaik-baiknya tempat mengeluh hanya kepada-Nya.
Rumah ini memanglah tak jauh jaraknya dari mesjid, hanya berjarak beberapa meter, seruan azan terdengar merdu di kuping Ayu.
Dia lekas mensucikan diri terlebih dahulu, sebelum melakukan kewajibannya sebagai seorang muslimah.
Melakukan gerakan sholat dengan sempurna, kemudian ditutup dengan mengadahkan kedua tangannya untuk memohon ampun dan meminta kekuatan agar kuat melalui cobaan ini.
Bersambung...
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit