Ponsel yang sedari tadi berada didalam handbag Ayu terus berdering nyaring, tapi hal itu tidak sedikitpun mengalihkan atensinya.
Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya, warna jingga sudah mewarnai langit pertanda gelap akan segera datang.
Ayu tahu yang sedari tadi menghubunginya adalah orang-orang terdekatnya, mungkin saja Papa Galih, Mama Kinanti ataupun Akbar.
Kepergian Ayu selama berjam-jam tentu saja hal yang menjadi hal yang paling dikhawatirkan apalagi, Ayu meninggalkan rumah dalam kondisi hati yang tak ceria.
Setelah memarkirkan mobilnya, Ayu tidak langsung keluar. Wanita yang kini berangsur menjadi kuat itu lantas memeriksa ponselnya yang sedari tadi berdering tanpa jeda, membuat kuping si empu memanas saja.
Netra pekat milik Ayu membola takkala melihat nomor yang sedari menelponnya bukanlah Papa Galih, Mama Kinanti, maupun Akbar.
Tanpa dia sadari air matanya menetes tanpa aba-aba sedikit pun. Orang yang menghilang dari hidupnya sejak empat tahun lalu kini telah kembali.
"Apa dia udah tahu soal perceraian gue dan Kak Yudi?" Ayu membatin. Otaknya menciptakan banyak spekulasi tapi tak ada yang dapat dicerna dengan baik oleh akal sehatnya.
Tapi biarlah spekulasi-spekulasi tentang munculnya kembali kepingan puzzle ini Ayu simpan dulu. Ada hal yang penting yang harus dia sampaikan pada papa dan mamanya.
Dengan langkap tegap dia memasuki rumah mewah tempat yang menjadi saksi tumbuh kembangnya dari masa ke masa.
"Ayu, Papa minta kamu segera mengurus sidang ceraimu bersama Yudi!" Ayu dan Mama Kinanti dibuat terperanjat kala mendengar Papa Galih berbicara dengan nada tinggi, sangat jarang seorang Galih Surya Atmadja meninggikan suara di hadapan orang-orang kesayangannya.
Dari sorot mata Ayu, Papa Galih bisa menangkap kilatan keraguan dalam jiwa sang putri, "Salah aku apa, Pa?"
Papa Galih menghela napas panjang, rupanya Ayu belum menyadari satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya adalah menerima kembali Yudi dalam hidupnya. Lalu Papa Galih, dia adalah orang bodoh yang dengan mudahnya memberikan harta berharga miliknya pada lelaki seperti Yudi Eka Setiawan.
Papa Galih mendekap erat buah cinta keduanya bersama Kinanti Sekar Kinashi. Ayu membawa kedua netra pekatnya menatap Mama Kinanti, seolah-olah meminta penjelasan atas kejadian ini.
Tapi Mama Kinanti tak memberi jawaban apapun kecuali senyuman meneduhkan hati.
Ayu membalas pelukan Papa Galih, mengusap-usap punggung lelaki paru baya itu, tak adalagi ekspresi sedih yang tergambar dalam raut wajah. Rupanya Allah telah menguatkan hati seorang, Suci Indah Ayu.
"Pa," cicit Ayu saat pelukakan antar keduanya terurai.
Papa Galih paham bahwa putri keduanya itu sedang menuntut penjelasan. Papa Galih mengeluarkan amplop coklat yang tadi siang dapatkan dari Bayu Rianto.
"Apa ini, Pa?" tanya Ayu saat menerima amplop tersebut dengan mata memicing dan kening berkerut bagaikan kulit jeruk.
"Bukalah!" titah Papa Galih sambil mengulum senyum manis untuk sang putri kesayangan.
Saat ini hanya ada bapak dan anak itu di ruang tamu, karena Mama Kinanti sudah naik ke lantai dua untuk memeriksa cucu kesayangannya.
Papa Galih diam seribu bahasa saat melihat tidak adanya ekspresi terkejut atau semacamnya yang Ayu gambarka dalam guratan wajahnya kala melihat laporan yang diberikan oleh sang papa. Sungguh berbanding terbalik dengan dia siang tadi. Ruangan kerja orang nomor satu di Angkasa Group tak ubahnya seperti kapal pecah.
Kali ini Papa Galihlah yang tercengang tak percaya kala mengetahui kalau Ayu semalam sudah mendapat undangan aqiqah anak Yudi bersama selingkuhannya itu.
Ayu mengeluarkan undangan yang menjadi akar dari perceraiannya bersama Yudi. Undangan yang semalam dia dapatkan dari Akbar.
Bungkamlah mulut pria paru baya itu. Ayu kembali fokus pada lembaran kedua yang papanya berikan.
Ayu terhenyak, ternyata bukan saja dia yang harus dikecewakan dan dipatahkan hatinya akibat pernikahan Yudi dan Bella. Seseorang yang pernah dia kagumi, dan dia cintai dalam hati pun ikut terkecewakan.
"Papa, ini nggak benar, kan? Ini bohong, kan? Bilang ke aku, kalau ini bohong!" pinta Ayu. Air mata kembali tergenang di pelupuk matanya yang hanya dalam satu kedipan saja akan membasahi pipinya.
Papa Galih tak bisa berbuat banyak kecuali memberi pemahaman lebih kalau yang dikecewakan dalam masalah ini bukan hanya Ayu, bahkan lelaki yang berstatus tunangan Bella jauh lebih dulu dikecewakan karena hadirnya benih Yudi dalam rahim Bella.
Siang tadi, orang nomor satu di Angkasa Group itu mentitah tangan kanannya Bayu Rianto untuk menyelidiki tentang menantunya tidak boleh ada satu hal kecilpun yang terlupakan.
Galih Surya Atmadja geram saat mengetahui kalau menantunya telah menjalin cinta yang melanggar norma dan adab dengan wanita lain. Bahkan sudah ada dua anak di tengah-tengah mereka.
Yang membuatnya lebih tertohok adalah sosok yang menjadi cinta terlarang sang menantu adalah tunangan dari pria yang pernah dia harapkan menjadi pelabuhan terakhir putri kesayangannya.
"Terus, dia sekarang bagaimana, Pa?" tanya Ayu dengan nada bergetar air bening kembali berkumpul di pelupuk matanya.
Hanya gelengan yang papanya berikan, dia pun tak tahu harus menjawab apa pertanyaan Ayu.
Ayu meluarkan ponsel dari dalam handbagnya, melakukan panggilan suara tapi sayangnya yang ditelpon tak kunjung memberikan jawaban.
Papa Galih tahu dan paham siapa yang ditelpon oleh anaknya itu, siapa lagi kalau bukan atasan sekaligus sahabatnya, Thareq Akbar Satria. Ini merupakan kebiasaan Ayu yang mungkin membuat Papa Galih geram. Apakah Akbar lebih bisa diandalkan dibanding dirinya?
Tatapan penuh iba Ayu perlihatkan di hadapan sang papa, saat ini hanya Papa Galih tempatnya menggantung harap. Tatapan puppy eyes Ayu selalu menjadi titik kelemahan Papa Galih. Seolah itu adalah mantra ajaib bagi Ayu untuk mewujudkan keinginannya.
"Kamu bisa percayakan dia, pada Papa," pinta Papa Galih. Pria paru bayu itu bisa dengan jelas melihat segelintir ragu dalam manik mata Ayu.
Jangan ragukan Papamu, Ayu! Para investor saja bisa dia yakinkan untuk menanamkan modal mereka dengan jumlah fantastis apalagi kamu yang terkenal dengan kelabilanmu.
Ayu pun tak punya harapan lain, selain menerima penawaran sang papa.
Sesi negosiasi antara bapak dan anak itu akhirnya selesai juga. Ayu hendak berlalu menuju kamarnya untuk menumpahkan rindu pada malaikat kecilnya, tapi cekalan Papa mengurungkan niatnya.
"Kenapa?" tanya Ayu sambil kembali menghempaskan bokongnya di sofa sebelah Papa Galih duduk.
Rupanya sesi negosiasi antar keduanya memang belum selesai, Papa Galih ingin agar anaknya itu memakai jasa penasihat hukum saat berhadapan dengan Yudi di Pengadilan Agama. Papa Galih mau agar Ayu dan Zaskia mendapatkan haknya dari Yudi.
"Nggak, aku bisa kok ngebela diriku di persidangan. Papa nggak lupa, kan? Anak Papa ini adalah lulusan sarjana hukum dengan gelar cumlaude."
Ayu memang telah memperoleh gelar SH nya dua tahun yang lalu, tapi itu tidak serta merta menjadikan Ayu sebagai pengacara. Ibu dari Zaskia itu harus mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), mengikuti Ujian Profesi Advokat (UPA), mengikuti magang di kantor advokat sekurang-kurangnya dua tahun secara terus menerus, terakhir adalah proses pengangkatan dan sumpah advokat.
"Aku besok ada meeting dengan investor, jadi ....,"
"Ada meeting dengan investor atau kamu ingin mencarinya?"
Suhu tubuh Ayu mendadak dingin, kenapa sangat susah bagi Ayu untuk mengecoh cinta pertamanya itu? Lebih Ayu menghindar saja daripada harus dipaksa mundur untuk mengakui kebohongannya.
Bersambung...
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit