Share

Sahabatku Menyembuhkan Gairahku
Sahabatku Menyembuhkan Gairahku
Author: Lawanan

Bab 1

Author: Lawanan
Namaku Sandra Lewis. Ini adalah tahun ketiga pernikahanku dengan suamiku.

Di mata orang luar, kami adalah pasangan yang saling mencintai.

Namun, hanya aku yang mengetahui rasa sakitnya.

Alasannya sederhana. Suamiku, Devon Gutama, terlahir tinggi dan besar seperti namanya. Bahkan bagian di area selangkangannya juga lebih besar dari pria pada umumnya.

Namun, itu sangat menyakitkan bagiku.

Pada dasarnya, aku tidak tertarik dengan hal semacam itu.

Aku selalu mendesak Devon untuk mengakhirinya, tetapi Devon seakan terobsesi dengan tubuhku, tidak bersedia melakukannya dengan tergesa-gesa.

Aku cukup percaya diri dengan penampilanku.

Aku memiliki pinggang yang ramping, pinggul yang montok, payudara yang lembut, serta kaki yang jenjang. Aku tampak sangat menarik dan menawan.

Pria mana yang rela tidak melakukan apa pun setelah menikahiku?

"Sayang, kita sudah lama nggak …."

Begitu aku pulang kerja, Devon menggendongku ke tempat tidur lagi.

Pakaian kerja masih melekat di tubuhku yang anggun. Devon bahkan tidak bisa menunggu beberapa menit untuk aku mengganti sepatu hak tinggiku.

Pria itu membuka kancing bajuku dengan tidak sabar, menerkamku dengan mulutnya yang terbuka lebar. Dia mencengkeram, mencakar, serta menggigitku.

Aku mendorongnya menjauh.

"Aku sedang nggak berminat melakukan ini!" kataku.

Devon bangkit berdiri, lalu berkata, "Dalam tiga tahun pernikahan, kapan kamu pernah berminat? Aku rasa kamu pasti sedang sakit!"

Kami bertengkar hebat. Devon membanting pintu, lalu melangkah pergi. Dia meninggalkanku menangis sendirian di rumah.

Pada saat ini, secara kebetulan sahabatku, Vania Darsa, datang untuk bertemu denganku. Setelah mendengarkan apa yang aku katakan, dia menghiburku, "Nggak apa-apa. Pasangan mana yang nggak pernah bertengkar?"

"Tapi kamu benar-benar nggak tahu bagaimana cara mensyukuri nikmat yang kamu miliki. Suamimu dilahirkan dengan kondisi yang lebih unggul, tapi kamu masih saja pemilih."

Vania bercanda.

Aku memelototinya sambil berkata, "Kalau kamu suka, kamu bisa menggantikanku tidur dengan Devon. Nanti kamu akan merasakan penderitaannya."

"Baiklah. Kebetulan aku juga sudah bosan dengan pacarku. Jadi, aku juga akan membuatmu merasakan sesuatu yang berbeda, lalu menjadi wanita sejati untuk sementara waktu."

Vania tersenyum, langsung menyetujuinya.

Setelah mengobrol sebentar, Vania tampak seperti memikirkan sesuatu. Dia menunjukkan beberapa foto dari ponselnya padaku..

"Aku pernah mendengar kalau kurangnya minat wanita terhadap hal ini juga merupakan sebuah penyakit. Ini nggak baik untuk kesehatanmu."

"Ini adalah sertifikat kualifikasi medis pacarku. Kebetulan dia memahami akupunktur, juga seorang spesialis ginekologi. Bagaimana kalau dia datang untuk merawatmu?"

Kata-kata Vania membuatku sangat tergoda.

Aku sudah menikah dengan Devon selama tiga tahun. Kami sudah sering bertengkar karena masalah ini.

Aku tidak ingin hubunganku dengan Devon menjadi tegang karena hal ini.

Setelah ragu-ragu beberapa saat, aku setuju untuk menjalani perawatan akupunktur.

Keesokan harinya, Vania mengantarkanku ke kediaman pacarnya, Kavi Sanjaya.

Begitu pintu terbuka, Kavi yang mengenakan jas putih menyambutku dengan senyuman.

Kavi adalah seorang pria yang tampak sopan. Terlebih lagi ketika dia dalam balutan jas putihnya.

Vania mendorongku masuk, lalu berkata bahwa dia akan membelikanku teh susu. Kemudian, dia menutup pintu untuk pergi.

Kavi mengeluarkan satu setel pakaian, memberikannya padaku, lalu memberi isyarat untuk aku berganti pakaian.

"Ganti pakaianmu dengan ini supaya lebih mudah untuk melakukan akupunktur nanti." Kavi mengingatkan, "Jangan memakai apa pun di baliknya, pakaian dalammu juga jangan."

Meskipun aku tidak mengerti, aku berganti pakaian dengan patuh.

Setelah berganti pakaian, aku baru menyadari bahwa bahan pakaian ini ringan dan tipis. Jika aku tidak mengenakan apa pun di dalamnya, aku samar-samar dapat melihat dua bintik merah yang disertai titik-titik hitam di bagian luarnya.

Aku memaksa diriku untuk tetap tenang, menghibur diriku untuk tidak berpikir terlalu banyak.

Namun, setelah aku melangkah keluar, pandangan Kavi terus terpaku pada dadaku.

Tatapannya begitu panas. Aku selalu tidak menyukai pandangan seperti ini. Sebenarnya, saat ini aku merasa sedikit malu entah karena alasan apa.

Aku tidak bisa tidak mengangkat tanganku untuk menutupi dadaku.

Kavi memegang tanganku, lalu berkata dengan nada serius, "Seorang dokter nggak memedulikan jenis kelamin, jadi bersikaplah wajar."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 7

    Benar saja, Devon melihatnya saat itu.Aku hendak marah, tetapi kemudian aku memikirkan apa yang dikatakan Carla.Kemudian, aku menahan amarahku, menjelaskan dengan sabar."Aku mau menemui dokter."Tanpa diduga, Devon berkata, "Aku juga mau menemui dokter."Selanjutnya, kami membandingkan sebab dan akibat dari masalah ini, lalu segera menemukan akar permasalahannya.Ternyata ketika Vania dan aku saling bercerita tentang masalah kurangnya minat dalam hal hubungan suami dan istri, Devon juga meminta nasihat dari Kavi tentang apakah dia memiliki masalah dengan tuntutan yang terlalu banyak dalam hal itu.Vania memintaku datang menemui Kavi untuk perawatan akupunktur. Kavi juga menyuruh Devon menemui Vania untuk perawatan akupunktur.Jadi, di bawah satu atap, kami tiba di rumah Kavi satu demi satu.Ketika aku sedang terangsang sampai kebingungan, Devon diberi tahu oleh Vania bahwa aku sudah lama berselingkuh dengan Kavi.Jadi, Devon juga merasa marah dan sedih.Pada saat itu, di ruang tamu,

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 6

    Orang-orang yang lewat melihat. Karena tidak ingin menarik perhatian, aku berjalan dengan cepat."Kavi, apa kamu tidak takut menyakiti hati Vania dengan melakukan ini?"Aku mengatakan ini dengan sengaja."Vania?" Kavi mendengus. "Jangan membicarakan wanita itu denganku. Dia sudah berkencan dengan begitu banyak pria, sementara aku hanya sedikit."Nada bicaraku melembut."Kavi, bagaimana kalau aku membeli foto dan video yang ada di tanganmu?"Mata Kavi menatapku dengan penuh nafsu."Sandra, aku tahu kalau kamu berasal dari keluarga yang kaya, tapi kamu harus tahu kalau kamu nggak bisa membeli orang hanya dengan sekali bayar."Aku langsung mengerti apa yang dimaksud Kavi.Dia ingin menggenggam erat foto dan video yang ada di tangannya, lalu membuatku menjadi pohon uangnya.Aku mengeluarkan tawa dingin."Ini namanya pemerasan, tindakan ilegal. Apa kamu nggak mengetahuinya?" balasku."Jangan mengucapkan kata-kata yang menyakitkan ini." Kavi tidak peduli sedikit pun. "Kamu memberiku uang ini

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 5

    Aku sama sekali tidak ingin mendengar suaranya, langsung menutup telepon.Tanpa diduga, Kavi segera mengirimkan pesan WhatsApp.[Kalau kamu nggak ingin foto dan videonya tersebar, datanglah ke sini jam tujuh malam.]Di bawahnya ada alamat hotel dan nomor kamar.Ancaman dalam kata-katanya sudah sangat jelas.Aku benar-benar membenci diriku sendiri. Kenapa aku terbawa suasana saat itu, hingga memberi Kavi kesempatan untuk memanfaatkanku?Siapa yang menyangka dia akan memasang kamera pengawas terlebih dahulu!Mungkinkah dia mengetahui apa yang akan terjadi setelah aku datang?Aku memaksa diriku untuk tetap tenang, lalu mulai mengingat setiap hal yang terjadi hari itu dengan hati-hati.Vania menyetir untuk menjemputku. Ketika aku masuk, dia berkata bahwa dia akan membelikanku teh susu, lalu meninggalkanku untuk menghabiskan waktu dengan Kavi sendirian.Perawatan akupunktur memakan waktu yang cukup lama. Selain itu, ada sebuah toko teh susu tidak jauh dari rumah Kavi.Apakah butuh waktu sel

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 4

    Pada saat itu, pintu digedor dengan keras."Apa ada orang di rumah? Apa ada orang di rumah?"Ada keributan di luar. Aku seolah terbangun dari mimpi, langsung mendorong Kavi menjauh.Kavi juga sedikit panik. Dengan memanfaatkan momen saat dia sedang merapikan pakaiannya, aku bergegas ke lemari pakaian, mengambil pakaian Vania untuk dikenakan."Kenapa nggak ada yang menjawab kalau ada orang di dalam rumah?"Aku membuka pintu kamar, lalu melangkah keluar. Aku menyadari bahwa orang yang mengetuk pintu adalah seorang wanita yang menyalahkan Vania dengan wajah penuh ketidaksabaran."Apa kamu nggak tahu kalau rumahmu bocor? Ini menyebabkan rumahku kebanjiran. Kenapa nggak segera mencari orang untuk memperbaikinya?"Wanita itu berteriak dengan nada sinis.Vania meminta maaf dengan canggung, berjanji akan segera memanggil seseorang untuk memperbaikinya. Baru setelah itu, wanita itu pergi dengan kesal.Begitu pintu tertutup, keempat orang yang ada di dalam ruangan itu saling menatap satu sama la

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 3

    Kavi melepaskan sarung tangannya, lalu berkata, "Titik akupunktur di sini nggak mudah ditemukan. Aku harus mencarinya terlebih dahulu, jadi bersabarlah sedikit."Sambil berkata demikian, dia berjalan mendekat, lalu berlutut di belakangku.Satu tangannya memegang pahaku yang kencang, sementara satu tangan lainnya membuka pakaianku, lalu mulai mencari titik akupunktur di pangkal kakiku.Napas yang panas dan lembap menyemprot pinggangku. Sentuhan lembap di atas kulitku benar-benar tidak mungkin untuk diabaikan dalam situasi tersebut.Napasku menjadi cepat.Beberapa kali, tangannya menyentuhku, tetapi segera menjauh lagi.Setelah mengulanginya beberapa kali, aku merasa makin kosong di dalam. Adegan diriku dengan Devon mulai melayang-layang di benakku."Ketemu. Tahan postur tubuhmu, jangan bergerak. Kalau kamu bergerak, jarum perak ini akan bengkok. Itu nggak baik untuk tubuhmu."Setelah Kavi selesai berbicara, dia menusukkan jarum perak ke titik akupunktur.Astaga!Aku hanya merasakan seol

  • Sahabatku Menyembuhkan Gairahku   Bab 2

    Kata-katanya langsung membuatku merasa sedikit malu.Kemudian, aku mengikuti instruksi Kavi. Aku masuk ke kamar tidur, lalu duduk di tepi tempat tidur.Begitu masuk, pria itu langsung mematikan lampu, hanya menyisakan lampu malam yang redup.Jantungku mulai berdetak kencang.Di lingkungan yang gelap, ada seorang dokter dengan kacamata berbingkai emas, serta wanita seksi tanpa nafsu ….Aku langsung teringat pada film aksi romantis yang Devon suruh untuk aku tonton sebelumnya."Ayo, angkat tanganmu."Kavi menemukan titik-titik akupunktur dengan sangat ahli. Dia tampak tidak terganggu oleh keseksianku.Jarum perak tipis itu tertancap di tempat yang tidak aku ketahui di punggungku. Setelah merasakan sensasi sedikit kesemutan, tidak ada perasaan khusus."Kalau lancar, nggak akan ada rasa sakit. Kalau ada rasa sakit, itu berarti ada yang terhambat. Nggak ada yang salah denganmu."Kavi menjelaskan di belakangku.Sambil mengatakan ini, telapak tangannya mulai menekan punggungku dengan lembut.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status