Beberapa bulan terakhir ini, Greed entah kenapa suka memakan makanan yang aneh, seperti ia ingin spaghetti dicampur ice cream coklat. Bukan hanya itu, ia juga ingin teh yang beraromakan kopi membuatnya tak bisa tidur jika belum mengabulkan keinginan itu.
Mengenai Charity, ia sudah hampir tidak peduli padanya, move on adalah kata yang baik untuk Greed. Ia membuang ponsel tepat saat ia hendak berangkat ke Jerman dan mengantinya dengan yang baru, Mr. Ardour bahkan tak tahu nomornya, mereka menghubungi melalui perusahaan. Ia bahkan jarang ada di perusahaan.Setiap tidur, Greed selalu membayangkan Charity dan itu membuatnya nyeri. Ia telah melakukan hal yang buruk padanya.Mengenai Voracity—model Jerman—yang Greed kencani itu memang benar, tapi tak lebih untuk menghilangkan Charity dalam benaknya, bahkan sekarang Greed sudah memutuskan semuanya, ia tak bisa berpacaran dengan wanita mana pun.Greed sedang menyiapkan makan malam saat merasakan perasaan tak enak"Dia kehilangan banyak darah, operasinya tadi ada sedikit kesalahan. Maafkan kami. Jadi, kami butuh darah AB+ stok darah AB+ tinggal 4 kantong kami butuh 8 kantong darah untuknya, kalian belum bisa menjenguknya." Dengan begitu sang dokter meninggalkan mereka, Greed pikir, ia akan kehilangan Charity ... juga."Aku akan memeriksa darahku," ucap salah satu teman Charity."Aku juga.""Aku juga."Pada akhirnya sahabat Charity meninggalkan satu per satu ruang tunggu itu, Avarice tak bisa mendonorkan darahnya karena dia pernah terkena malaria dan Greed sendiri tak bisa karena golongan darahnya A, sampai sekarang ia benar-benar tak berguna."Sudah puas, Greed" ucap Mr. Ardour dingin, Greed menatap sosok mirip dengannya sekilas."Sudahlah, Sayang!" Mrs. Ardour menenangkan. Greed hanya diam sampai akhirnya seseorang merengkuh tubuhnya."Ini bukan salahmu, Greed," tenangnya pada Greed, Mrs. Magnanime tersenyum tulus padanya membuat Greed terisak
Tepat 10 jam mereka mencari akhirnya Pride menemukannya, Pride jatuh tertidur Greed tak akan membangunkannya. Mereka tidak tidur seharian.Ia membaca profile-nya dan menggeram marah. Kenapa bisa Pride tidak tahu mengenai hal ini ... sialan.Ia hanya butuh, siapa majikannya dan binggo."Vanity Swagger." Nama wanita sialan itu membuat darah Greed mendidih dengan cepat.Tanpa menunggu waktu lama, ia segera meninggalkan ruangan Pride, menemui Thrift yang tidur di lobby."Thrift, carikan lokasi Vanity Swagger dan Valor Prowess," ucapnya langsung membuat Thrift terbangun."Valor Prowess, namanya bukan hanya satu," balas Thrift, matanya merem melek menahan kantuknya."Carikan saja semua, ini fotonya." Greed memberikan file yang telah ia copy ke dalam flashdisk. Dengan cekatan Thrift mengambilnya dan segera pergi. Greed juga akan mencari Vanity Swagger.Dengan berjalan ke ruangan Pride dan membangunkannya."Aku butuh anak buahmu
Charity telah berada di ruang perawatan, keadaan Charity membaik dan hanya menyisakan infus, Greed selalu berada di sisi Charity dan tak beranjak sedikitpun."Selamat pagi, Charity," gumam Greed seperti biasa dan mengelus rambut coklat milik Charity.Greed tersenyum saat melihat Charity, dilihatnya leher, bekas cekikannya telah hilang."Apa kau tidak lelah tidur terus-menerus ... hm?" gumamnya mengambil kursi dan duduk di sisi Charity, sambil mengelus pipi yang dingin."Greed, pulang dulu. Biar Mama yang menjaganya!" suruh Mrs. Magnanime."No, aku akan menjaganya, Mama. Aku mau menjadi orang yang pertama dilihatnya saat sadar nanti," gumam Greed, tanpa sadar Greed mengelus pipi Charity lagi."Ini sudah 3 hari Greed.""Dan sampai kapan pun aku akan tetap menjaganya, Ma. Mama pulanglah dulu. Tidur di rumah lebih nyaman ketimbang rumah sakit.""Baik. Mama akan menyuruh Prob mengantar makanan. Jaga dirimu, Greed."Kini hanya
"Yes or ya!" Greed mendesak.Charity menghela nafas. "Bukankah aku tidak punya jawaban selain 'IYA'? Jadi jika aku menolak pun kau akan menyeretku ke gereja, bukan?" jawab Charity dengan malas, Greed tersenyum lebar dan membuka kotak tersebut dipasangkannya cincin polos yang terbuat dari berlian ke jari manis Charity."Sekarang bolehkah aku menciummu?" pinta Greed memelas membuat Avarice menarik tubuh Greed menjauh."Tua bangka tidak tahu malu, cukup sudah drama menjijikkan itu yang kami tonton .... tapi, ya. Harus kuakui cukup romantis!" komentar Avarice, Greed terkekeh sementara Honest dan Prob terlihat bengong dan kedua pipi mereka terlihat memerah."Romantis!" komentar mereka berdua."Not bad, Son!" komentar Mr. Ardour.Melihat itu Charity tersenyum kecil, tak sengaja mata Charity bertemu dengan Greed, Greed tersenyum membuat detakan jantung Charity menggila."Sial!" umpat Charity dan menunduk.Sudah sehari tepat Charit
"Tidak!""Harus iya!""Tidak!"Greed berdecak. "Charity.""Greed." Charity membalas dengan berdecak."Charity," geram Greed tertahan."Fine, kita tinggal bersama ... namun di kamar yang berbeda," final Charity membuat Greed sebal."Kau menang," Greed mengaku."Omong-omong, Greed, kau bau amis?" tanya Charity aneh, sementara Greed masih tersenyum.Greed mendekati telinga Charity. "Kau milikku Charity. SELAMANYA MILIKKU, aku tidak akan memberi ampun pada orang yang berani menyentuh atau bahkan menyakitimu. Yang boleh melakukan hal itu adalah aku dan hanya aku," bisiknya dan setelahnya dia menatap Charity tersenyum."Ja ... di ... siapa yang kau sakiti tadi?" tanya Charity sedikit gugup."Tentu saja yang membunuh anak kita dan hampir membunuhmu," jawab Greed santai, Greed mengelus permukaan perut Charity."Bayaran yang setimpal, Chare," gumam Greed dan menatap Charity sampil terus mengelus perutnya.
Greed melepaskan kecupannya saat merasakan Charity yang sudah hampir kehabisan nafas, sekitaran mulut Charity dipenuhi saliva dan bibir Charity sedikit membengkak serta terbuka membuat Greed menahan sesuatu pada dirinya."Apa kau sangat menginginkannya?" tanya Charity pelan."Aku tidak ingin menyakitimu, masuk lah ke kamarmu dulu," balas Greed dan hendak meninggalkan Charity."Aku ... Aku menginginkannya, Greed," ucap Charity pelan, Charity menggigit bibir bawahnya menahan gugup atau mungkin gairah, kedua kaki Charity sudah tak nyaman."Aku menginginkanmu, Greed," ucap Charity mantap membuat Greed mendekat ke arah Charity dan membawanya menuju kamar."Jangan mendorongku, menamparku, atau bahkan mencambukiku dengan ikat pinggang, saat aku mulai membuka celanamu!" peringat Greed dan dihadiahi anggukan Charity.Greed tersenyum lalu menghempaskan tubuh Charity pada kasurnya, mengecup leher dan menatapi Charity dengan lembut."Mulai sekara
Greed terbangun saat dirasakannya tidak ada Charity disisinya, diliriknya jam waker yang menunjukkan pukul 3 sore. Greed bangkit dan mengenakan boksernya secara asal,"Baby Chare!" panggil Greed yang masih setengah sadar. "Charity!" panggil Greed lagi.Tak ada sahutan, Greed berjalan menuju dapur untuk meneguk segelas air putih namun dilihatnya seorang gadis yang sedang memasak menggunakan apron.Greed tersenyum riang, mendekat dan merengkuh dari belakang, disenderkannya dagu miliknya ke bahu tersebut."Selamat Sore. Kita bisa memesan makanan Charity. Apakah kau tidak lelah dengan apa yang kita lakukan tadi pagi, hm?" bisik Greed."Greed!" panggil seseorang membuat Greed kaku. Suara itu berasal dari belakang punggungnya."Avarice!" suara panggilan yang Greed hafal betul, itu suara Charity."DASAR TUA BANGKA."Greed melepaskan rengkuhkan saat tau siapa yang dia rengkuh."Apa yang kau lakukan di rumahku, Sialan!" teriak Gr
"Aku ... Aku takut dengan kenyataan kau akan meninggalkanku jika kau menemukan seseorang yang lain. Aku—""Kau terlalu banyak bicara pagi ini. Apa kau sakit, hm?" canda Greed meletakkan keningnya pada kening Charity."Hanya percaya padaku Charity. Jika kau memercayakan semua padaku aku akan membuang semua ketakutanmu. Aku akan selalu di sisimu," jawab Greed meyakinkan Charity. Greed menjauhkan keningnya lalu menatap Charity dengan lembut."Katakan," pinta Greed."Katakan apa?""Katakan kalau aku milikmu. Dan aku mencintaimu!" suruh Greed."Aku ...," ucap Charity gugup. "Aku ... eum. "Aku mencintaimu," ucap Charity pelan menutupi wajahnya."Sial ... sial ... sial. Memalukan! Aku tidak akan mengucapkan hal memalukan seperti itu agi," kesal Charity. Greed yang melihat hanya melongo."Katakan lagi," pinta Greed mencoba menarik telapak tangan Charity pada wajahnya."Tidak!" tegas Charity."Chare,""Tidak Greed!"