Greed melepaskan kecupannya saat merasakan Charity yang sudah hampir kehabisan nafas, sekitaran mulut Charity dipenuhi saliva dan bibir Charity sedikit membengkak serta terbuka membuat Greed menahan sesuatu pada dirinya.
"Apa kau sangat menginginkannya?" tanya Charity pelan."Aku tidak ingin menyakitimu, masuk lah ke kamarmu dulu," balas Greed dan hendak meninggalkan Charity."Aku ... Aku menginginkannya, Greed," ucap Charity pelan, Charity menggigit bibir bawahnya menahan gugup atau mungkin gairah, kedua kaki Charity sudah tak nyaman."Aku menginginkanmu, Greed," ucap Charity mantap membuat Greed mendekat ke arah Charity dan membawanya menuju kamar."Jangan mendorongku, menamparku, atau bahkan mencambukiku dengan ikat pinggang, saat aku mulai membuka celanamu!" peringat Greed dan dihadiahi anggukan Charity.Greed tersenyum lalu menghempaskan tubuh Charity pada kasurnya, mengecup leher dan menatapi Charity dengan lembut."Mulai sekaraGreed terbangun saat dirasakannya tidak ada Charity disisinya, diliriknya jam waker yang menunjukkan pukul 3 sore. Greed bangkit dan mengenakan boksernya secara asal,"Baby Chare!" panggil Greed yang masih setengah sadar. "Charity!" panggil Greed lagi.Tak ada sahutan, Greed berjalan menuju dapur untuk meneguk segelas air putih namun dilihatnya seorang gadis yang sedang memasak menggunakan apron.Greed tersenyum riang, mendekat dan merengkuh dari belakang, disenderkannya dagu miliknya ke bahu tersebut."Selamat Sore. Kita bisa memesan makanan Charity. Apakah kau tidak lelah dengan apa yang kita lakukan tadi pagi, hm?" bisik Greed."Greed!" panggil seseorang membuat Greed kaku. Suara itu berasal dari belakang punggungnya."Avarice!" suara panggilan yang Greed hafal betul, itu suara Charity."DASAR TUA BANGKA."Greed melepaskan rengkuhkan saat tau siapa yang dia rengkuh."Apa yang kau lakukan di rumahku, Sialan!" teriak Gr
"Aku ... Aku takut dengan kenyataan kau akan meninggalkanku jika kau menemukan seseorang yang lain. Aku—""Kau terlalu banyak bicara pagi ini. Apa kau sakit, hm?" canda Greed meletakkan keningnya pada kening Charity."Hanya percaya padaku Charity. Jika kau memercayakan semua padaku aku akan membuang semua ketakutanmu. Aku akan selalu di sisimu," jawab Greed meyakinkan Charity. Greed menjauhkan keningnya lalu menatap Charity dengan lembut."Katakan," pinta Greed."Katakan apa?""Katakan kalau aku milikmu. Dan aku mencintaimu!" suruh Greed."Aku ...," ucap Charity gugup. "Aku ... eum. "Aku mencintaimu," ucap Charity pelan menutupi wajahnya."Sial ... sial ... sial. Memalukan! Aku tidak akan mengucapkan hal memalukan seperti itu agi," kesal Charity. Greed yang melihat hanya melongo."Katakan lagi," pinta Greed mencoba menarik telapak tangan Charity pada wajahnya."Tidak!" tegas Charity."Chare,""Tidak Greed!"
"Aku tidak akan mengupas dan memotongmu lagi!" kesal Charity berbicara pada bawang. Setelah menempatkan bahan-bahan yang Charity potong. Charity mengambil teflon dan mengisi dengan minyak goreng. Sembali menunggu panas Charity mengambil beberapa telur.Setelah Charity rasa panas, ia memecahkan telurnya di atas teflon. Selesai membuat telur mata sapi, kembali pada nasi yang sudah matang."Melelahkan," keluh Charity yang kini tengah mengaduk dan mencampurkan nasi dalam wajan. Menambahkan kecap dan sedikit garam dan gula. Dirasa pas Charity segera mematikan kompor dan mengambil beberapa piring untuk dirinya dan seisi rumah.Charity selesai tepat pukul 9 pagi, butuh 4 jam baginya berkutat dengan dapur.Charity meninggalkan dapur dengan keadaan berantakan karena dia belum sempat membereskannya.Bersantai di depan televisi itulah yang Charity lakukan, sampai akhirnya seseorang duduk dinsebelahnya lalu menyenderkan kepala di bahu miliknya."Morning
"Kau berlebihan. Tak perlu mengadakan acara yang mewah," kesal Charity yang sedang melihat undangan pernikahan yang Greed berikan. Sementara Greed hanya tersenyum lebar yang Charity takuti akan mengoyak pipinya."Yang gold atau silver?" tanya Greed mengabaikan ucapan Charity. Charity memijit pelipisnya lalu menatap Greed tajam."Demi Tuhan, Greed. Itu terlalu berlebihan!" kesal Charity. Charity hendak berdiri namun ditarik Greed hingga Charity terduduk di pangkuannya. Charity mencoba melepaskan diri namun Greed merengkuh pinggangnya erat."Charity ...," ucap Greed manja. Greed mengendus rambut Charity."Tidak Greed. Kita sudah melakukannya pagi ini. Kau ingin aku tidak bisa berjalan!" kesal Charity. Greed cemberut dan menatap Charity memohon."Aku mau lagi. Aku mau memasuki Charity," ucap Greed membuat Charity jengah."Kita melakukannya SETIAP PAGI. Dan hampir setiap malam. Kau gila Greed!" kesal Charity. Greed hanya
"Aku tidak akan menasehatimu lagi, Env. Lakukan apa yang menurutmu benar. Tapi ... Ingat rasa sakit itu tak tampak," jelas Greed. Envy menatap Greed lama lalu menghela napas perlahan."Ini!" Greed memberikan undangan pernikahan pada Envy. Envy menaikkan sebelah alisnya."Aku akan menikah. Tentu saja. Memangnya aku akan hidup sendiri terus. Dan tentu saja dia Charity," jelas Greed langsung. Envy terkekeh pelan."Setahuku di sini hanya Lust yang penyuka di bawah umur. Tapi kenapa bisa kau ikut? Bahkan kau baru dan sudah akan menikah? Tidak memikirkan pendapat orang lain dulu?""Aku bukan penyuka di bawah umur. Aku hanya tertarik pada Charity. Camkan itu! Lagi pula, kau juga 'masih' penyuka di bawah umur!""Dan kurasa Pride akan membaik. Humility akan merubahnya," ucap Greed seketika ingat mengenai Humility."Lihat saja Greed. Kurasa Si Sialan itu akan terus mengirimiku gambar mayat dengan dirinya yang berlumuran darah."
Sekarang Chaste dan Lust sudah berada dalam mobil untuk menuju gereja dan dari tadi Lust sibuk sendiri dengan penampilan Chaste, mulai dari rambut yang dikenakan akan bagaimana dan sebagainya. sesekali Lust akan mengecup pipi dan Chaste dengan senang hati menghapusnya dengan tangan."Sabuk pengaman itu penting, Sweety!" ingat Lust berkali-kali padahal Chaste sudah mengenakannya, dia sendiri yang belum."Kau masih marah soal ... eum malam pertama kita?""Tentu saja!" teriak Chaste, dalam hati namun mengabaikannya, ia sedang malas berdebat dengan Lust."Sudah kubilang aku tidak akan meminta maaf, karena aku tidak menyesalinya," ucapnya saat dia sudah mengendarai mobil. Chaste heran dari mana dia dapat mobil ini?"Jangan terlalu memikirkan kekayaanku, kau bisa menghabisinya jika kau ingin," katanya, Chaste mengabaikan Lust lalu menatap ke depan. Lust sesekali mengelus kepala Chaste seolah tindakannya mengatakan 'aku di sini bersama
"Chare. Ini waktunya," ucap Mr. Magnanime. Charity berdiri dengan gugup menghampiri Mr. Magnanime. Membenarkan gaun putih panjangnya, rambutnya juga ia rapikan walaupun keadaannya tergerai tapi setidaknya rapi. Charity yakin mereka menyadari kegugupannya, Charity mengambil lengan Mr. Magnanime dan berjalan berdampingan. Mr. Magnanime meremas tangan menenangkan hanya membalasnya dengan senyuman.Sampai pintu gereja terbuka Charity melangkah dengan gugup, dilihat Greed berdiri dengan balutan tuxedo. Dia terlihat tampan seperti biasanya, senyum hangatnya membuat Charity bertambah gugup. Ia tidak dapat melirik siapa pun, yang ia lihat hanya Greed.Humility hanya menyembunyikan kekagetannya saat dia tahu yang menikah adalah gadis remaja, terlihat di mata Humility kalau sahabat Pride—Greed—begitu mencintai gadis yang ada di hadapannya, dalam hati Humility berandai-andai mengenai hal itu. Dalam bayangannya dia memikirkan Pride lah yang ada di sampingnya me
"Kau bisa mengetahui aku 'lain' bagaimana bisa kau mengetahuinya?""Aku hanya tahu," jawab Charity jujur. Diliriknya Humility yang seperti boneka di sampingnya, pandangan mata Humility itu seperti tak hidup, hanya 1 atau 2 persen yang ada di dalamnya, dia kurang bahagia dia seperti kehilangan seseorang yang dia percayai."Humility," panggil Charity entah kenapa."Ya?""Jika kau tidak memercayai seseorang ... percayai lah dirimu sendiri. Wajahmu terlalu bisa dibaca!" ingat Charity padanya. Sementara Greed dia malah merengkuh dari belakang dan dagunya berada di bahu Charity."Kamu terlihat peduli pada mereka," bisik Greed tidak suka."Aku tidak heran kalau kau cemburu.""Itu karena aku sangat-sangat mencintaimu," belanya. Charity merotasi bola mata malas lalu suara heboh Avarice memenuhi telinga, Avarice berlari menuju mereka dan diikuti sahabat-sahabatnya."Yo yo yo kak Lust," suara Avarice yang s