Home / Romansa / Salah Jodoh / 1 – Mendadak Jodoh  

Share

Salah Jodoh
Salah Jodoh
Author: Ally Jane

1 – Mendadak Jodoh  

Author: Ally Jane
last update Last Updated: 2022-12-03 21:29:40

Kabur dari sekolah: checked.

Menggagalkan perjodohan: on progress.

Saat ini, Freesia sudah berdiri di depan pintu lobi hotel tempat restoran untuk acara makan malam perjodohannya berada. Itu pun, hanya dengan memakai kaus longgar warna putih bertuliskan Whatever dan hot pants. Dan ini karena neneknya!

Hanya karena Freesia sudah kabur dari sekolahnya, bukan berarti neneknya berhak mengatur siapa yang akan menjadi pendamping hidup Freesia. Not so fast, Motherf***er!

Uh, kebiasaan baru yang merepotkan di sini. Karena teman-temannya di luar negeri, Freesia jadi terbiasa mengumpat dengan bebas. Setelah belasan tahun dibesarkan dengan penuh etika dan segala macam aturan tata krama, Freesia merasa seolah dia berada di dunia yang berbeda ketika bertemu teman-temannya.

Beberapa dari mereka juga putra-putri konglomerat, tapi mereka tidak dibesarkan seketat Freesia. Dan ketika Freesia pertama bertemu mereka, mereka memperlakuan Freesia seperti anak udik. So f***ing annoying!

Meski hubungan mereka sudah lebih baik setelahnya. Tentunya karena status keluarga Freesia. Dari mereka, juga dari teman-teman Freesia di luar negeri, Freesia beajar mengumpat, hingga akhirnya terbiasa. Bahkan, terkadang ketika suasana hatinya sedang buruk, ia merasa lebih baik setelah mengumpat. Mengumpat adalah cara terbaik untuk meluapkan stres bagi Freesia.

Tentu saja, jika sampai keluarganya tahu, Freesia mungkin akan langsung dikurung dan setiap hari harus kembali mempelajari etika dan tata karma. Lihat saja apa yang mereka lakukan begitu tahu Freesia kabur dari sekolahnya. Mereka langsung berusaha mengikat Freesia dengan perjodohan. Mereka berusaha mengurung Freesia dalam sangkar berkedok pernikahan.

Maka, di sinilah Freesia sekarang. Dia datang untuk menggagalkan perjodohannya. Bagaimanapun caranya. Tadinya, Freesia ingin membayar aktor untuk menjadi kekasih bayarannya. Namun, waktunya terlalu mepet.

Freesia masih di bandara dan baru akan boarding ketika mendengar tentang perjodohan dan jadwal makan malam dengan calon suaminya ini. Begitu Freesia tiba di negara ini, dia langsung pergi kemari. Pun begitu tiba di bandara, Freesia sudah dijemput dan dikawal sampai ke tempat ini.

Freesia yang masih berdiri di depan pintu lobi menoleh ke belakang dan mobil orang-orang neneknya masih di sana. Tak ada jalan mundur dan tak ada waktu ataupun kesempatan untuk menyusun strategi. Jadi, Freesia harus menemukan cara untuk menggagalkan perjodohan itu di dalam gedung hotel ini.

Freesia terus memutar otak ketika melangkah masuk ke gedung hotel itu. Restoran ada di lantai lima. Untungnya, orang-orang neneknya tidak ikut masuk ke hotel itu. Ini adalah kesempatan Freesia.

Freesia pergi ke lift dan menekan tombol ke lantai restoran. Lift itu langsung bergerak ke lantai sepuluh tanpa berhenti. Begitu Freesia turun di lantai restoran, lift lain di sebelahnya terbuka dan seseorang turun dari sana. Seorang pria berpenampilan casual. Celana jeans dan kaus yang tertutup jaket kulit.

Freesia mengecek penampilan pria itu. Rambut hitam pendek pria itu tidak ditata dengan gel dan dibiarkan jatuh begitu saja. Pria itu mungkin masih berusia dua puluhan. Tebakan Freesia, sekitar dua puluh lima atau dua puluh enam.

Ketika pria itu akan melewatinya, Freesia menghadang jalannya. Freesia tersenyum ramah pada pria itu.

“Apa kau akan pergi ke restoran?” tanya Freesia.

Pria itu mengangguk.

“Kau mau bertemu seseorang?” tanya Freesia lagi.

Pria itu menggeleng.

“Apa kau sudah menikah?” tanya Freesia tanpa basa-basi.

Pria itu kembali menggeleng.

“Kau punya kekasih?”

Gelengan lainnya lagi.

Pria ini … jangan-jangan dia …

“Maaf, tapi apa kau … tak bisa bicara?” tembak Freesia. Ia tak punya waktu untuk dibuang. Di depan sana ada jurang yang sudah menunggunya.

“Apa kau ada masalah denganku?” tanya pria itu.

Oh, dia bisa bicara.

“Maaf jika aku menyinggungmu, tapi aku dalam situasi darurat, jadi bisakah kau membantuku?” Freesia kembali meminta.

Pria itu menelengkan kepala. “Kenapa aku?”

“Karena kau … tampak seperti orang baik.” Freesia menyengir. Dan Freesia tak punya banyak pilihan. Meminta staf hotel untuk berpura-pura menjadi kekasihnya akan terlalu mencurigakan.

“Oh, kau tidak bekerja di sini, kan?” Freesia memastikan.

Pria itu menjawab dengan gelengan lagi.

“Baguslah. Kalau begitu, kau bisa membantuku, kan?” pinta Freesia. “Sebagai gantinya, aku akan memberikan apa pun yang kau inginkan.”

“Apa pun?” tanya pria itu.

Freesia mengangguk. “Apa pun,” tandasnya.

“Dan apa yang harus kulakukan?” tanya pria itu lagi.

Freesia belum sempat menjawab ketika terdengar suara dari pintu kaca restoran,

“Freesia?”

Freesia berbalik dan dilihatnya sosok tinggi pria yang dijodohkan dengannya berdiri di sana. Bramasta Adibrata. Ahli waris Brata Group. Putra sulung keluarga Adibrata yang terkenal dengan ambisinya. Semua orang menyebutnya berani, tapi di mata Freesia, pria itu adalah pria yang penuh ambisi dan keserakahan.

Sosok yang pas untuk menjadi ahli waris grup perusahaan sebesar Brata Group. Tentu saja, pilihan cucu menatu yang sempurna bagi nenek Freesia. Terlebih, Freesia, cucu tunggalnya, tak berbakat dalam bisnis dan manajemen perusahaan, pun tak tertarik dengan itu.

Itu jugalah alasan Freesia kabur dari sekolahnya. Setiap hari, dia selalu tertidur di kelas karena bosan. Ia tak tertarik dengan perusahaan mana pun. Dia hanya ingin hidup bebas seperti teman-temannya. Dia ingin pergi liburan ke mana pun yang dia inginkan. Dan dia ingin mengumpat kapan pun dia ingin.

Untuk itu, langkah kedua Freesia adalah, menggagalkan perjodohan ini. Bagaimanapun caranya.

Freesia menarik napas dalam dan berpindah ke sebelah pria yang entah ia tak tahu siapa namanya di sebelahnya ini. Lalu, Freesia meraih tangan pria asing itu dan menggenggam tangannya.

“Maaf, aku tahu aku tidak seharusnya melakukan ini. Tapi, aku tidak ingin berbohong padamu,” Freesia berkata. “Pria ini adalah kekasihku. Dia adalah satu-satunya pria yang kucintai. Dengan kata lain, satu-satunya jodoh yang kuinginkan dalam hidupku, pria inilah orangnya.” 

***

Kekasih? Jodoh?

Allen menoleh pada gadis yang lebih pendek sekitar dua puluh senti darinya itu. Siapa gadis ini? Apa dia sudah gila?

Bagaimana bisa dia menyebut Allen kekasihnya ketika dia tak tahu apa pun tentang Allen? Dia bahkan menyebutkan Allen sebagai jodoh yang dia inginkan.

Allen menunduk dan memperhatikan tangan gadis ini yang menggenggam tangannya. Tangannya lebih kecil dari tangan Allen. Hanya dengan satu genggaman, Allen bisa menutup tangan gadis itu sepenuhnya. Dan rasanya, hanya dengan sedikit tekanan, Allen mungkin bisa menghancurkan tangan ini.

Namun, tangan kecil dalam genggamannya ini terasa dingin. Allen bisa merasakan ketegangannya, keputusasaannya. Allen sudah sering merasakan reaksi seperti ini dari orang-orang yang bertemu dengannya. Namun, selain itu, Allen merasakan satu hal lagi dari gadis ini.

Dari gadis ini, Allen seolah bisa mendengar,

“Aku tidak akan menyerah! Aku tidak akan kalah!”

Dan itu bukan berdasar kesombongan, seperti yang biasa dilihat Allen dari orang-orang yang berpikir bisa menang darinya, tapi berdasarkan tekad. Tekad kuat yang … aneh. Gadis ini tidak ingin kalah. Dia menolak kalah. Dia menggunakan cara apa pun untuk tidak kalah. Bahkan ketika dia berada di tepi jurang dengan pedang terarah padanya seperti ini.

Sungguh. Apa-apaan gadis yang mendadak menjadi jodoh Allen ini? Segila apa dia sebenarnya untuk melakukan hal seperti ini pada Allen?

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Jodoh   100 – Beautiful Days (End)

    Beberapa minggu kemudian …“Mama!” Lily berlari masuk ke rumah dengan membawa selembar kertas di tangannya.Freesia yang menunggu di ruang tamu seperti biasanya, meski kali ini tanpa Leon yang masih tidur, tersenyum menyambut kepulangan putrinya itu.“Bagaimana sekolahmu tadi, Kakak Lily?” tanya Freesia ketika Lily mencium pipinya.“Mama, lihat ini!” Lily mengangkat selembar kertas yang dibawanya tadi dan Freesia bisa melihat gambar di sana.Freesia ternganga takjub melihat gambar dirinya di sana. Freesia yang duduk di kursi santai di tepi kolam renang rumah Allen. Dan itu adalah gambar Freesia yang sedang tertawa. Dari semua fiture Freesia di gambar itu, ekspresi Freesia tampak begitu jelas. Kebahagiaan yang dirasakan Freesia tergambar dengan baik di sana.“Aku dan Reyn menggambar ini bersama-sama,” Lily berkata.Ah … jadi ini ekspresi yang disukai anak-anak ini dari Freesia? Freesia memeluk Lily.“Terima kasih, Sayang,” ucap Freesia sungguh-sungguh.Lily terkekeh bangga. “Reyn bilan

  • Salah Jodoh   99 – Holiday

    “You’re impressive,” Brand berkomentar sembari mengawasi Lily dan anak-anak panti asuhan Alia bermain di kolam renang dari balkon lantai dua. Ah, ada satu lagi, anak yang menjadi sumber keresahan Allen saat ini. Anak seusia Lily yang bernama Reyn.“Yeah, indeed,” timpal Val. “Aku takjub Freesia masih menerimamu sebagai suaminya.”“Huh! Kalian belum merasakan saja jika kalian punya anak perempuan,” cibir Allen. “Anak itu bahkan sudah berani menggandeng tangan Lily …”“Kudengar, Lily yang menggandeng tangannya dulu. Jangan memutarbalikkan fakta dan membuat anak orang lain menjadi kriminal,” tegur Brand.“Jika Lily menggandeng tangannya lebih dulu, bukankah seharusnya dia melepaskan tangan Lily jika dia memang seorang gentleman?” balas Allen.“Freesia benar,” tukas Val. “Kau tak masuk akal. He’s a baby, Dude! A freaking baby!” Val terdengar frustasi.“Allen, jika kau terus bersikap seperti itu, kau akan merepotkan Freesia.”Brand, Allen, dan Val menoleh ke sumber suara yang berada di pin

  • Salah Jodoh   98 – Guardian Angel

    Sejak dia bangun tadi, Lily tampak sangat bahagia. Tidak, lebih tepatnya, sejak Allen mengatakan jika dia akan mengajak Freesia dan Leon mengantarkan Lily ke sekolah. Allen sudah memberitahukan Freesia tentang situasi Reyn dan dia ingin Freesia menemui Reyn agar anak itu tidak terlalu waspada pada orang dewasa.Mungkin karena perlakuan orang-orang panti asuhan, anak itu terlalu waspada pada orang dewasa. Karena itu, dia selalu menolak bantuan guru-guru sekolahnya. Dia pertama kali membuka diri pada Lily yang berkeras menemaninya seharian kemarin.Ketika mereka tiba di sekolah Lily, Leon tertidur. Kepala sekolah Lily yang sudah dihubungi Allen dan menyambut mereka di gerbang, mengantarkan Freesia ke ruang kesehatan agar Leon bisa tidur dengan nyenyak di sana. Freesia memercayakan Leon pada dua pengasuh dan dua pengawal sebelum dia pergi ke tempat Lily dan Reyn berada. Sementara, Allen pergi ke ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah panti asuhan Reyn dengan pihak sekolah.Salah

  • Salah Jodoh   97 – School

    Lily baru masuk ke ruang kelasnya ketika melihat salah satu teman sekelasnya didorong temannya yang lain hingga jatuh terjengkang ke belakang.“Jangan dekat-dekat! Bajumu jelek!” hardik Lucy yang mendorong teman sekelas Lily yang lainnya tadi.Lily bergegas menghampiri Reyn, anak laki-laki yang didorong Lucy hingga jatuh tadi. Reyn adalah anak yang baru masuk beberapa hari terakhir ini. Dia adalah anak dari panti asuhan. Dia masuk ke sekolah ini sebagai murid beasiswa. Lily dengar, salah satu guru kesenian di sekolahnya melihat kemampuan menggambar Reyn dan menawarkan beasiswa untuk Reyn.“Kenapa kalian jahat sekali pada Reyn?!” tegur Lily.“Lily, kau jangan dekat-dekat dengan dia! Kau tidak lihat bajunya? Jelek dan kotor. Bajumu bisa ikut kotor!” Lucy heboh.Memang yang dikatakan Lucy tidak salah tentang baju seragam Reyn yang jelek karena warnanya pudar dan kotor karena noda yang tidak hilang meski telah dicuci. Sepertinya itu seragam bekas. Namun, dia tidak harus mengatakannya deng

  • Salah Jodoh   96 – Kehidupan Normal

    Beberapa bulan kemudian …Pintu kamar tidur Allen dan Freesia terbuka lebar dan Lily yang sudah memakai seragam sekolah, menghambur masuk sembari berseru,“Selamat pagi, Mama, Papa, Leon!”“Selamat pagi, Kakak Lily,” Freesia yang duduk bersandar di kepala tempat tidur sembari menyusui putranya, Leon, membalas sembari tersenyum.“Lily, jangan ganggu adikmu,” Allen mengingatkan Lily.“Papa, kapan aku mengganggu Leon?” protes Lily sembari melepas sepatu sekolahnya dan naik ke tempat tidur.Bahkan setelah dia memprotes peringatan Allen, dia langsung menciumi pipi Leon yang sedang menyusu. Akhirnya, seperti biasa, Leon mulai risih dan merengek.“Lihat itu, kau mengganggunya!” tuding Allen.“Aku hanya memberinya ciuman selamat pagi,” Lily beralasan sembari mundur.Freesia hanya tersenyum geli sembari menenangkan Leon. “Leon sepertinya masih mengantuk. Nanti setelah dia tidur, kita sarapan bersama, ya, Kakak Lily?”“Ya, Mama,” jawab Lily riang.Setelah Leon tertidur, Allen memindahkan Leon k

  • Salah Jodoh   95 – New Home

    “Mama masih sedih?” tanya Lily dengan nada sedih.Freesia tersenyum dan menggeleng. “Maaf, Mama membuatmu khawatir,” sesalnya.Lily menggeleng. “Mama jangan sedih lagi. Kan, Mama sudah bilang sendili, aku bisa belmain ke lumah itu lagi kapan pun aku ingin. Itu belalti, Mama juga bisa pelgi ke sana kapan pun Mama ingin.”Freesia tersenyum sendu dan mengangguk. Padahal ia yang mengatakan itu pada Lily, tapi justru Freesia yang bereaksi seperti ini. Lily bahkan tak menangis ketika berpisah dengan orang-orang rumah Allen tadi. Namun, justru Freesia yang menangis. Val bahkan menertawakan Freesia hingga Lily mengomelinya dan mereka berdebat sampai detik terakhir perpisahan mereka tadi.“Lily benar, Freesia,” ucap Allen sembari merangkul Freesia. Pria itu duduk di sebelah kanan Freesia. “Aku tak tahu apa yang membuatmu sesedih itu ketika rumah itu penuh dengan aturan yang tak bisa memberi kau atau Lily kebebasan.”“Tapi, itu adalah rumahmu, Allen,” Freesia berkata. “Aku tahu, kau punya banya

  • Salah Jodoh   94 – Preparation

    “Aku akan mendukung rencana kalian mengambil alih perusahaan keluarga Martin,” Brand berkata. “Dan kurasa, Mary juga pasti tidak akan keberatan dengan itu. Well, jika itu untuk cucunya, dia akan memberikan apa pun.”“Kau … mengenal nenekku?” Freesia tampak terkejut.Brand tersenyum. “Aku banyak belajar dari Mary tentang bisnis.”“Oh …”“Dia juga pernah memintaku untuk membantu cucunya jika suatu saat dia tertarik dengan bisnis keluarganya,” lanjut Brand.Freesia tersenyum sendu. “Aku benar-benar … sudah tidak adil pada nenekku,” ucapnya. “Aku selama ini selalu berpikir jika dia hanya memaksaku melakukan hal yang tak kuinginkan. Tapi, aku sekarang sadar, dia melakukan semua itu benar-benar untukku. Karena seandainya orang tuaku masih ada … dia hanya ingin aku melakukan apa yang kuinginkan.”Brand mengangguk. “Nenekmu punya impian untuk menghabiskan waktu tuanya bermain denganmu,” Brand berkata.Freesia mengernyit dan tampak akan menangis.“Aku tahu kau sudah salah paham tentang nenekmu

  • Salah Jodoh   93 – Forward

    Ketika Lily tidur setelah makan siang, Allen mengajak Freesia ke ruang kerjanya karena Brand ingin bicara dengan mereka. Freesia tidak tahu banyak tentang Brand selain jika dia adalah kakak sulung Allen dan dia adalah bos di rumah ini sebelum Allen.Tunggu. Bagaimana jika Brand tak menyetujui hubungan Freesia dengan Allen? Dia mungkin akan memberi Freesia uang untuk meninggalkan Allen. Tidak, tidak. Dia tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Freesia juga sedang hamil anak Allen.Jika bukan itu … apa dia akan memarahi Freesia? Itu masuk akal. Mengingat bagaimana tadi pagi mereka semua berjemur di tepi kolam renang sambil mendengarkan lagu anak-anak. Meski ayah Allen sepertinya tak keberatan dan menikmati waktu bersantai mereka tadi, tapi Freesia tak tahu bagaimana reaksi Brand. Pria itu juga tak banyak bicara sepanjang pagi tadi.“Um … Allen,” panggil Freesia dalam perjalanan ke ruang kerja pria itu.“Kenapa, Freesia?” tanya pria itu.“Kakakmu itu … dia orang yang bagaimana?” tanya F

  • Salah Jodoh   92 – Family

    Freesia terkejut ketika melihat seorang pria yang tak dikenalinya ada di ruang makan saat ia masuk ke sana bersama Allen dan Lily untuk sarapan. Pria itu memakai topeng setengah wajah yang menutupi bagian mata kanan hingga pipinya. Lily yang juga tampaknya terkejut, menarik-narik ujung baju Freesia.Freesia menoleh dan mendapat Lily sudah bersembunyi di belakangnya. Reaksinya nyaris sama dengan saat ia bertemu ayah Allen. Freesia sudah akan menggendong Lily, tapi lagi-lagi Allen bergerak cepat dan menggendong anak itu lebih dulu.“Itu Brand,” Allen menyebutkan.Brand? Brand, kakak Allen? Namun, bukankah dia sudah …?“Bland?” tanya Lily.“Ya,” jawab Allen. “Dia kakakku. Jadi, dia adalah ommu.”“Om?” Lily mengerutkan kening. “Apa dia … kelualgaku?”Allen tersenyum kecil. “Ya. Dia keluargamu.”“Whoaaa …” Lily ternganga takjub. “Kelualgaku beltambah lagi. Setelah nenek, kakek, sekalang aku punya om!” Lily terkekeh.Freesia memperhatikan ekspresi sendu Brand yang tertuju pada Lily. Jadi …

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status