Allen tersenyum geli ketika mendapati kepala Freesia yang terkulai jatuh ke bahunya setelah gadis itu hilang kesadaran. “Kau benar-benar keras kepala,” gumam Allen pelan. Allen menatap wajah Freesia lekat. Ia penasaran, apa yang dikatakan orang yang menyanderanya tadi padanya? Well, apa pun itu, selama kepercayaan Freesia ada padanya, itu tidak penting. Dan untuk semakin mendapatkan kepercayaan gadis itu, Allen harus membuat gadis itu percaya jika neneknya adalah musuhnya sendiri. Karena sudah ada banyak bukti, itu tidak akan sulit. Allen bahkan berencana membiarkan gadis itu menghubungi dan bicara langsung dengan neneknya. Namun untuk itu, Allen harus meyakinkan gadis itu bahwa Allenlah yang benar-benar ada di pihaknya. Ketika Allen tiba di rumah dengan menggendong Freesia, orang yang paling heboh, tentu saja adalah Lily. “Allen, Fleesia kenapa? Apa dia teltidul ketika belsembunyi?” tanya Lily. Allen mengangguk. “Dia sudah bersembunyi terlalu lama dan kau tidak juga menemukann
Freesia tak tahu ia pingsan cukup lama. Ia baru bangun menjelang tengah malam. Dan tak lama setelah Freesia bangun, Lily sudah tidur karena mengantuk menunggui Freesia bangun hingga selarut itu.“Kau akan membiarkan dia tidur di sini, kan?” tanya Freesia pada Allen sembari merapikan selimut yang menutupi tubuh kecil Lily.“Kau akan membiarkannya meski itu akan membuatku berkali-kali datang ke kamar ini untuk mengeceknya?” balas Allen.Freesia menghela napas. “Setelah aku tahu alasanmu, mana bisa aku melarangmu?”“Aku tak tahu kau sepengertian itu,” dengus Allen geli.“Haruskah kau meledekku untuk segala hal?” kesal Freesia.“Kau saja yang terlalu sensitif,” tepis Allen. “Tapi, apa kau baik-baik saja? Tidak pusing atau mual?”Freesia kemudian teringat sesuatu. “Mendekatlah kemari,” pintanya pada Allen yang berdiri tak jauh dari tempat tidur.“Kenapa? Kau butuh bantuan untuk melakukan sesuatu?” tanya Allen sembari mendekat. “Kau mau aku mengangkatmu berbaring atau ...”Kalimat Allen ter
“Aku pun bisa menjanjikan satu hal padamu,” Allen berkata. “Aku tidak akan pernah mengusirmu dari rumah ini.” Ketika mendengar Allen mengucapkan kata-kata itu, Freesia menahan napas selama beberapa detik karena merasakan denyut keras jantungnya yang diikuti degupan kencang. Freesia berdehem pelan untuk meredakan degupan kencang jantungnya. “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok,” balas Freesia. Dan, tidak ada yang tahu kapan Allen akan berubah pikiran dan membunuh Freesia seperti dia membunuh orang yang menyandera Freesia itu. Namun, entah kenapa … Freesia tak sedikit pun merasa takut akan itu. “Apa yang kau lakukan padaku sebenarnya?” gumam Freesia pelan tanpa sadar. “Apa?” Allen bertanya dengan kening berkerut. “Ha? Apa?” balas Freesia, kelabakan. “Kau barusan bilang sesuatu?” tanya pria itu lagi. Freesia menggeleng. “Hanya … aku masih tak percaya nenekku mengirim orang itu padaku. Itu pun, dia adalah orang Bramasta,” ucapnya, mengalihkan topik. “Dan jika dia meman
“Kau selius, Allen?” Wajah Lily tampak sumringah dan matanya berbinar-binar. Allen mengangguk. Freesia memperhatikan ekspresi Lily lekat. “Kau sesenang itu?” tanya Freesia. “Tentu saja!” seru Lily penuh semangat. “Aku akan belmain dengan banyak teman-teman.” “Tapi, sebagai gantinya, kau harus berjanji jika kau tidak akan kabur dari pengawalmu dan mengendap-endap sendiri ke mana pun di rumah ini, maupun di luar rumah ini.” Lily menoleh pada Freesia, seolah menanyakan pendapat Freesia. Freesia kontan mengangguk cepat. Seharusnya Allen melakukan ini lebih cepat. “Baiklah,” Lily akhirnya menjawab Allen dan mengulurkan jari kelingkingnya. Freesia menjadi saksi ketika jari kelingking kecil itu bertaut dengan jari kelingking Allen. “Tapi, bagaimana kau akan membawa teman-teman untuk Lily kemari?” tanya Freesia penasaran. “Apa kau membayar aktor kecil atau apa?” Allen mendengus pelan dan mengetuk kening Freesia dengan punggung jari telunjuknya. “Jangan samakan aku denganmu,” balas pr
“Kau ingin aku bertarung di sini dengannya atau apa?” sengit Freesia sembari menyipitkan mata kesal pada Allen. Allen menatap gadis itu dan tak bisa menahan senyum gelinya. “Kenapa? Kau ingin bertarung dengannya karena dia meninggalkan Lily?” Freesia mendesis kesal. “Aku serius!” bentak gadis itu. “Aku juga serius,” sahut Allen. “Jika kau akan melakukannya, aku akan mendukungmu.” Freesia menggeram kesal dan sudah akan pergi, tapi Allen menahan tangan gadis itu. “Tak bisakah kau mengakhiri salah pahammu dan berhenti marah padaku?” tanya Allen. Freesia menoleh pada Allen. “Apa?” “Anak-anak ini, seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka dari panti asuhan Alia,” Allen berkata. “Dan tentu saja, Alia akan membunuhku lebih dulu jika aku melakukan apa yang kau tuduhkan padaku.” Freesia mengerjap. “Jadi, kau … saat itu, kau …” “Aku tidak serius,” Allen berkata. “Karena kau dengan mudahnya menawari kerjasama semacam itu, aku hanya …” Kalimat Allen tak selesai karena Freesia tiba-tiba m
“Kau … serius dengan kata-katamu itu?” Alia sampai ternganga tak percaya sepanjang mendengar penjelasan Val mengenai gadis bernama Freesia itu.“Apa aku tampak sedang bercanda?” balas Val dengan ekspresi gusar.Tidak. Val tidak akan bercanda tentang hal seperti ini. Jika itu menyangkut tentang mereka, maka itu adalah hal yang serius. Amat sangat serius.“Jadi, maksudmu … Allen benar-benar serius tentang menikahi gadis itu?” Alia memastikan.Val mengangguk. “Kau sudah lihat sendiri. Dia juga pasti mengancammu, kan?”Ya. Dia memberi peringatan yang sangat jelas pada Alia. Dan itu menunjukkan keseriusannya.Namun, apa yang sebenarnya ada di pikiran Allen? Tidakkah pria itu tahu, melibatkan orang yang tak bersalah hanya akan membuat masalah ini semakin panjang? Alia bahkan tak tahu bagaimana mereka bisa bertemu. Apakah itu benar-benar kebetulan?Tidak. Bagaimana jika Allen sudah merencanakan semua ini?Jika Allen tidak berhenti, Alia khawatir suatu saat, Lily akan terseret dan terlibat. D
Alia tak bisa berkata-kata ketika melihat apa yang barusan terjadi di depan matanya. Tak pernah sekali pun Alia melihat Allen melakukan hal seperti itu kecuali untuk Lily. Sama seperti di malam kecelakaan itu. Bagaimana Allen menembus hujan lebat untuk datang menjemput Lily dan semalaman berusaha menenangkan bayi Lily yang menangis tanpa henti.Dengan kata lain, Allen akan melakukan apa pun untuk Lily. Seperti misalnya, melompat ke kolam yang dangkal, atau bahkan melompat dari tebing tinggi. Namun, apa yang barusan terjadi?Alia bahkan sampai tak berusaha menahan Allen ketika pria itu melewatinya begitu saja dengan ekspresi tak terbaca. Alia melihat pakaian pria itu basah. Dan orang yang menyebabkan reaksi tak terduga Allen itu adalah …Alia menoleh ke tepi kolam renang, tempat Lily menumpuk tubuhnya di atas tubuh Freesia yang dipeluknya erat. Alia mendengus tak percaya.Sekarang, alasan Val meminta Alia membawa gadis itu pergi dari sini, bagaimanapun caranya, terdengar sangat masuk a
Setelah berganti pakaian tadi, Allen sengaja tidak kembali ke kolam renang dan malah pergi ke ruang kerjanya. Ia juga tidak keluar bahkan ketika Alia dan anak-anak panti asuhan meninggalkan rumahnya sore itu. Toh, Lily tampak baik-baik saja bersama Freesia. Anak itu bahkan tidak menangis atau merengek ketika Alia dan anak-anak panti asuhan itu pulang. Tak seperti biasanya.Namun, tak lama setelah kepergian Alia dan anak-anak panti asuhan, pintu ruang kerjanya diketuk dan didengarnya suara Freesia dari luar,“Allen, boleh aku masuk?”Allen mengerutkan kening heran. Apa gadis itu sudah tak marah lagi pada Allen? Mengingat, Allen tidak hanya membuatnya kesal sekali, tapi dua kali. Dia tampak benar-benar kesal ketika Allen mengacaukan rencananya memberi event kejutan aneh pada Lily tadi.“Masuklah,” Allen menjawab.Pintu ruangan itu terbuka dan kepala Freesia menyembul dari baliknya. Tak bisakah ia langsung masuk saja tanpa membuat efek seperti itu? Namun, gadis itu lantas melongok ke kan