“Aku pun bisa menjanjikan satu hal padamu,” Allen berkata. “Aku tidak akan pernah mengusirmu dari rumah ini.” Ketika mendengar Allen mengucapkan kata-kata itu, Freesia menahan napas selama beberapa detik karena merasakan denyut keras jantungnya yang diikuti degupan kencang. Freesia berdehem pelan untuk meredakan degupan kencang jantungnya. “Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi besok,” balas Freesia. Dan, tidak ada yang tahu kapan Allen akan berubah pikiran dan membunuh Freesia seperti dia membunuh orang yang menyandera Freesia itu. Namun, entah kenapa … Freesia tak sedikit pun merasa takut akan itu. “Apa yang kau lakukan padaku sebenarnya?” gumam Freesia pelan tanpa sadar. “Apa?” Allen bertanya dengan kening berkerut. “Ha? Apa?” balas Freesia, kelabakan. “Kau barusan bilang sesuatu?” tanya pria itu lagi. Freesia menggeleng. “Hanya … aku masih tak percaya nenekku mengirim orang itu padaku. Itu pun, dia adalah orang Bramasta,” ucapnya, mengalihkan topik. “Dan jika dia meman
“Kau selius, Allen?” Wajah Lily tampak sumringah dan matanya berbinar-binar. Allen mengangguk. Freesia memperhatikan ekspresi Lily lekat. “Kau sesenang itu?” tanya Freesia. “Tentu saja!” seru Lily penuh semangat. “Aku akan belmain dengan banyak teman-teman.” “Tapi, sebagai gantinya, kau harus berjanji jika kau tidak akan kabur dari pengawalmu dan mengendap-endap sendiri ke mana pun di rumah ini, maupun di luar rumah ini.” Lily menoleh pada Freesia, seolah menanyakan pendapat Freesia. Freesia kontan mengangguk cepat. Seharusnya Allen melakukan ini lebih cepat. “Baiklah,” Lily akhirnya menjawab Allen dan mengulurkan jari kelingkingnya. Freesia menjadi saksi ketika jari kelingking kecil itu bertaut dengan jari kelingking Allen. “Tapi, bagaimana kau akan membawa teman-teman untuk Lily kemari?” tanya Freesia penasaran. “Apa kau membayar aktor kecil atau apa?” Allen mendengus pelan dan mengetuk kening Freesia dengan punggung jari telunjuknya. “Jangan samakan aku denganmu,” balas pr
“Kau ingin aku bertarung di sini dengannya atau apa?” sengit Freesia sembari menyipitkan mata kesal pada Allen. Allen menatap gadis itu dan tak bisa menahan senyum gelinya. “Kenapa? Kau ingin bertarung dengannya karena dia meninggalkan Lily?” Freesia mendesis kesal. “Aku serius!” bentak gadis itu. “Aku juga serius,” sahut Allen. “Jika kau akan melakukannya, aku akan mendukungmu.” Freesia menggeram kesal dan sudah akan pergi, tapi Allen menahan tangan gadis itu. “Tak bisakah kau mengakhiri salah pahammu dan berhenti marah padaku?” tanya Allen. Freesia menoleh pada Allen. “Apa?” “Anak-anak ini, seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka dari panti asuhan Alia,” Allen berkata. “Dan tentu saja, Alia akan membunuhku lebih dulu jika aku melakukan apa yang kau tuduhkan padaku.” Freesia mengerjap. “Jadi, kau … saat itu, kau …” “Aku tidak serius,” Allen berkata. “Karena kau dengan mudahnya menawari kerjasama semacam itu, aku hanya …” Kalimat Allen tak selesai karena Freesia tiba-tiba m
“Kau … serius dengan kata-katamu itu?” Alia sampai ternganga tak percaya sepanjang mendengar penjelasan Val mengenai gadis bernama Freesia itu.“Apa aku tampak sedang bercanda?” balas Val dengan ekspresi gusar.Tidak. Val tidak akan bercanda tentang hal seperti ini. Jika itu menyangkut tentang mereka, maka itu adalah hal yang serius. Amat sangat serius.“Jadi, maksudmu … Allen benar-benar serius tentang menikahi gadis itu?” Alia memastikan.Val mengangguk. “Kau sudah lihat sendiri. Dia juga pasti mengancammu, kan?”Ya. Dia memberi peringatan yang sangat jelas pada Alia. Dan itu menunjukkan keseriusannya.Namun, apa yang sebenarnya ada di pikiran Allen? Tidakkah pria itu tahu, melibatkan orang yang tak bersalah hanya akan membuat masalah ini semakin panjang? Alia bahkan tak tahu bagaimana mereka bisa bertemu. Apakah itu benar-benar kebetulan?Tidak. Bagaimana jika Allen sudah merencanakan semua ini?Jika Allen tidak berhenti, Alia khawatir suatu saat, Lily akan terseret dan terlibat. D
Alia tak bisa berkata-kata ketika melihat apa yang barusan terjadi di depan matanya. Tak pernah sekali pun Alia melihat Allen melakukan hal seperti itu kecuali untuk Lily. Sama seperti di malam kecelakaan itu. Bagaimana Allen menembus hujan lebat untuk datang menjemput Lily dan semalaman berusaha menenangkan bayi Lily yang menangis tanpa henti.Dengan kata lain, Allen akan melakukan apa pun untuk Lily. Seperti misalnya, melompat ke kolam yang dangkal, atau bahkan melompat dari tebing tinggi. Namun, apa yang barusan terjadi?Alia bahkan sampai tak berusaha menahan Allen ketika pria itu melewatinya begitu saja dengan ekspresi tak terbaca. Alia melihat pakaian pria itu basah. Dan orang yang menyebabkan reaksi tak terduga Allen itu adalah …Alia menoleh ke tepi kolam renang, tempat Lily menumpuk tubuhnya di atas tubuh Freesia yang dipeluknya erat. Alia mendengus tak percaya.Sekarang, alasan Val meminta Alia membawa gadis itu pergi dari sini, bagaimanapun caranya, terdengar sangat masuk a
Setelah berganti pakaian tadi, Allen sengaja tidak kembali ke kolam renang dan malah pergi ke ruang kerjanya. Ia juga tidak keluar bahkan ketika Alia dan anak-anak panti asuhan meninggalkan rumahnya sore itu. Toh, Lily tampak baik-baik saja bersama Freesia. Anak itu bahkan tidak menangis atau merengek ketika Alia dan anak-anak panti asuhan itu pulang. Tak seperti biasanya.Namun, tak lama setelah kepergian Alia dan anak-anak panti asuhan, pintu ruang kerjanya diketuk dan didengarnya suara Freesia dari luar,“Allen, boleh aku masuk?”Allen mengerutkan kening heran. Apa gadis itu sudah tak marah lagi pada Allen? Mengingat, Allen tidak hanya membuatnya kesal sekali, tapi dua kali. Dia tampak benar-benar kesal ketika Allen mengacaukan rencananya memberi event kejutan aneh pada Lily tadi.“Masuklah,” Allen menjawab.Pintu ruangan itu terbuka dan kepala Freesia menyembul dari baliknya. Tak bisakah ia langsung masuk saja tanpa membuat efek seperti itu? Namun, gadis itu lantas melongok ke kan
“Kau selius, Fleesia? Kita akan belmain ke panti asuhan?” Mata Lily berbinar penuh harap sekaligus ketidakpercayaan.Freesia mengangguk kuat. “Ya. Kau bisa memastikannya sendiri pada papamu,” jawabnya.Lily langsung menoleh pada Allen. “Apa itu benal, Allen?” ia memastikan.Allen mengangguk sembari menyuapkan sepotong daging ke mulutnya.“Wow! It’s so f***ing gleat!” seru Lily dengan umpatan tak ter-filter.Freesia yang tak menduga akan kemunculan tiba-tiba kata itu, seketika panik. Ia melirik Allen sekilas sebelum mengoreksi Lily,“It’s so awesome, right?” Freesia tersenyum pada Lily. “Kau bisa bermain dan bersenang-senang dengan teman-temanmu di panti asuhan nanti.”Lily mengangguk kuat sembari tersenyum lebar. “Kapan kita akan pergi ke sana?” tanya Lily.Freesia belum bisa memastikan itu, jadi ia menoleh pada Allen. “Kapan kau punya waktu luang untuk menemani kami ke panti asuhan?” tanyanya.“Semakin cepat semakin baik,” jawab Allen.Ah, benar juga. Kemarin Allen bilang jika dia ad
Setelah memproses kata-kata Allen tadi, Freesia yang sudah menyimpulkan maksud Allen, langsung mengecek sembari menatap Alia,“Dia sedang mengujiku, kan? Dia ingin mengecek apakah aku akan berusaha kabur, kan?”Alia tersenyum kecil, mengangguk. Ia tak tahu, Allen sepeduli itu pada gadis ini. Sungguh, ini membuat Alia semakin serakah. Jika perlu, dia ingin mengurung gadis ini di kamarnya agar dia tak bisa kabur ke mana pun.“Hell, dia pasti hanya mencari alasan untuk membunuhku,” geram Freesia.Reaksi Freesia itu mengejutkan Alia.“Apa dia pikir aku bodoh?” dengus Freesia.Apa gadis ini serius?“Tapi, jika dia berusaha membunuhmu bahkan meskipun kau kabur darinya, apa yang akan kau lakukan?” tanya Alia.Freesia memutar mata. “Jika itu kau, memangnya ke mana kau akan pergi jika satu-satunya tempat pulangmu adalah rumah itu?” balas gadis itu. “Dia yang paling tahu itu, tapi dia masih bisa mengatakan hal seperti itu padaku? Apa dia meledekku?”Oh, Freesia. Alia tak tahu apa ia harus berte