"Ada apa?" tanya Keen ketika melihat pelayan itu terus menunjuk ke arah luar karena bingung dan ketakutan.
"Ada apa?" tanya Shassy dan Dira yang ikut penasaran.
"Kalian di sini saja," ujar Keen yang kini bergegas meninggalkan dapur.
"Baiklah," sahut Shassy. Lalu Shassy pun mengajak Dira kembali menyiapkan nasi goreng itu.
*
Keen kini bergegas melihat ke halaman rumah bersama dengan pelayan tadi. Dan saat sampai di halaman …
"Siapa yang mengirim ini?" geram Keen sambil menatap pelayan yang berjejer di halaman rumah itu.
"Ini Tuan orangnya," ucap anak buah Keen sambil membawa seorang laki-laki yang berpakaian kurir pengantar barang.
"Mas, ehm …." Kalimat Shassy terhenti saat Keen tiba-tiba menciumnya dengan paksa.Shassy terus melawan, memukuli dan mendorong Keen dari tubuhnya. Tapi semakin keras Shassy melawan, semakin kuat juga Keen mengekang tubuh Shassy di bawahnya. Setelah beberapa menit Keen melepaskan pagutan yang terasa sangat kasar itu. Keen melepasnya, lalu menatap bibir Shassy yang terlihat memerah karena kerakusannya."Puas kamu!" geram Shassy dengan mata yang membulat penuh amarah."Huh, jadi kamu mau membayarku untuk kembali pada dia, kan?" Keen.Shassy mengernyitkan keningnya. "Itu urusanku, mau bersama dengan siapa pun."Keen tersenyum sinis. "Kalau begitu coba kita lihat, apa kamu masih sepolos kelihatannya."
Shassy segera berhenti dan tak jadi masuk ke dapur. Ia pun dengan cepat berbalik dan segera mecari asal suara Keen."Dimana Kakak kamu Dir?" tanya Shassy yang terlihat kebingungan saat berpapasan dengan Dira yang baru saja masuk ke ruang makan."Arah suaranya dari kamar Kakak," jawab Dira sambil menunjuk ke lantai atas."Apa sih yang dia inginkan," gerutu Shassy.Shassy dengan cepat berlari ke lantai atas, ia pun segera masuk ke dalam kamarnya lagi. Tapi saat Shassy masuk ke dalam kamar tersebut tiba-tiba ada sebuah handuk melayang ke wajahnya."Handuk," gumamnya."Kenapa kamu berdiri di situ? Kesini!" perintah Keen.Shassy menggenggam handuk tersebut dengan kuat, dan menarik
Keen berjalan dengan santai keluar dari rumahnya. Ia pun menemui para wartawan itu dengan tenang."Kalian semua sudah tau kan apa aturan wawancaraku," ucap Keen dengan santai.Para wartawan pun langsung diam saat mendengar kalimat itu."Kalian, ingin bertanya apa?" tanya Keen sekali lagi dengan nada yang lebih santai.Suara Keen yang santai itu berbanding terbalik dengan raut wajah para wartawan yang saat ini tengah tegang, karena di kelilingi anak buah Keen yang menatap para wartawan dengan aura mengancam."Tuan," panggil salah seorang wartawan."Ya," sahut Keen dengan cepat."I-ini … bagaimana … em, dengan ….""Kamu ing
Setengah jam kemudian, Shassy kembali ke dalam ruangan Keen dengan secangkir kopi di tangannya. Shassy berjalan santai lalu meletakkan kopi tersebut di atas meja Keen."Kamu baru dari mana?" tanya Keen yang masih menatap laktopnya."Tidak dari mana-mana, bukannya kamu menyuruhku membuat kopi," jawab Shassy dengan santai lalu berjalan menjauh dari meja Keen.Keen lalu melirik ke arah Shassy. "Kenapa pakaianmu?""Pakaianku ….""Kenapa?" tandas Keen."Tak apa, tadi ada yang menyenggolku saat membuat kopi, jadi bajuku kotor dan orang itu memberikan pakaian ini padaku," terang Shassy.Keen menghela napas dalam, lalu menatap Shassy. "Apa kamu tidak bisa menolak? Kamu itu istr
Shassy terkejut melihat Raka yang tertunduk begitu saja saat mendengar 1 nama yang keluar dari mulut Keen.'Brahmanto? Bukankah itu nama belakang Raka.' batin Shassy sambil menatap Raka.Shassy pun mulai bergerak dan ingin beranjak dari pangkuan Keen, tapi dengan cepat Keen mencengkeram pinggang Shassy, membuatnya tak berani bergerak."Issh," desis Shassy saat merasakan cengkeraman itu semakin terasa kuat menekan pinggangnya."Kalau kamu sudah sadar, bawa pergi uang kamu dan juga jangan pernah berpikir untuk mendekati istriku lagi." Kalimat Keen yang penuh penekanan itu membuat Raka tak bisa berkutik, dan memilih pergi membawa uangnya seperti yang di katakan oleh Keen. Setelah Raka meninggalkan ruangan itu, Keen akhi
"Mas kamu-""Jangan banyak berpikir," tukas Keen yang dengan cepat menarik tangan Shassy pergi ke mobil mereka dan mengajaknya makan di luar. Shassy tak bisa melawan dan hanya menurut saja seharian itu. Ia tak ingin membuat masalah lagi hari itu, apalagi ia tahu kalau dia tak akan bisa lepas dari Keen dalam waktu dekat.** Malam harinya Keen mengantar Shassy pulang ke rumah, dan setelah itu …"Oh iya, dua jam lagi aku akan pulang. Tolong kamu beritahu mama, agar semuanya makan duluan." Keen."Ah, iya," sahut Shassy dengan santai. 'Sok berkuasa banget,' gerutu Shassy di dalam hati, dan setelah itu Shassy pun masuk ke dalam rumah dengan santai.
Setelah mendapat telepon dari Liora, Shassy pun segera turun dari kamar. Ia menyusul Keen dan Dira yang kini berada di ruang makan."Kamu lama sekali?" tanya Keen yang masih agak kesal dengan perdebatan tadi."Em, tidak apa-apa," sahut Shassy dengan suara rendah."Kak Shassy kenapa? Sakit?" tanya Dira dengan penuh perhatian."Iya, Kakak kamu sakit, karena kebanyakan tidur di kamar kamu," tandas Keen.Dira yang mendengar hal itu langsung berdiri dari bangkunya dan segera menempelkan tangannya ke kening shassy."Jangan percaya, Kakak tidak apa-apa Dir," terang Shassy sambil memegang tangan Dira dan menyuruh Dira melanjutkan makan."Ah, Kak Keen, bikin kesel aja. Kak Shassy
Tristan terkejut saat Shassy membentaknya. Ia pun segera mendekati Shassy dan ikut membantu Shassy mengangkat Raka yang tengah mabuk berat dan saat ini tersungkur di lantai."Apa yang sebenarnya terjadi Li?" tanya Shassy sambil menatap Liora penuh selidik."Itu, tadi dia pergi ke sini sendirian, lalu aku datang ke sini setelah dia meneleponku. Dan saat aku datang, dia sudah kacau," terang Liora sambil terus memandangi Raka yang kini kepalanya tengah di pangku oleh Shassy."Lalu, kenapa kamu harus menungguku? Harusnya kamu menghentikannya dari tadi," omel Shassy sambil mengusap kening Raka yang memerah karena terbentur sesuatu.Liora menghela napas dalam. "Andai aku bisa membawa dia pulang, pasti aku sudah menyeretnya dari tadi."Shassy pun menatap