Home / Romansa / Salah Ranjang / STOP BULLYING!

Share

STOP BULLYING!

Author: Si Mendhut
last update Last Updated: 2021-04-09 13:42:47

              Shassy yang melihat wanita itu pun terkejut dan segera membuka lebar-lebar pintu ruangan  yang ada di dekatnya itu. 

Shassy pun melihat wanita tersebut sedang tersungkur di lantai, dengan beberapa luka memar di tubuhnya.

"Apa yang kalian lakukan!" teriak Shassy pada 2 orang laki-laki yang ada di dalam ruangan itu.

Kedua laki-laki itu pun segera menatap ke arah Shassy yang hanya menggunakan handuk di tubuhnya.

"Nah, kalau ini ... baru yang namanya pelayan osen," ujar salah seorang laki-laki yang ada di ruangan tersebut.

"Kalian laki-laki bodoh, apa yang kalian lakukan ini sangat memalukan," ujar shassy sambil membatu karyawan tersebut berdiri dan  Shassy pun melangkah untuk mengambilkan kaca mata milik pegawai tersebut yang tergeletak di lantai, agak jauh dari tempat Shassy berdiri saat ini.

Ke dua laki-laki itu pun mendekat ke arah karyawan tadi, dan dengan cepat menarik rambut karyawan tersebut. "Wanita seperti ini mengganggu pemandangan saja."

Shassy pun segera menatap tajam laki-laki tersebut. "Kalian jangan keterlaluan!" teriak Shassy

"Maafkan saya Tuan, tapi saya yang di tugaskan untuk melayani kamar ini, dan tidak ada karyawan lain yang tersisa," sahut wanita tersebut,

"Lalu, apa kamu pikir, kamu itu pantas melayani kami?" 

"Saya tau saya tidak cantik, tapi ini sudah—"

"Kamu itu bukan tidak cantik, tapi super jelek," sela laki-laki tersebut, "Udah gemuk, buluk, keriting lagi, bagaimana tempat sebagus ini bisa mempekerjakan wanita buruk seperti kamu."

Wanita tersebut hanya terus menunduk, tak berani melawan.

Shassy pun mengepalkan tangannya. "Hei wanita bodoh!" teriak Shassy.

Wanita  itu pun  menatap ke arah Shassy.

"Kesini Kamu!" panggil Shassy

Wanita itu pun mendekat ke arah Shassy.

"Ini kaca matamu," ujar Shassy sambil memberikan kaca mata di tangannya pada wanita tersebut.

"Terima kasih Nona." 

Lalu wanita itu pun segera memakai kaca matanya, dan akhirnya bisa melihat Shassy dengan jelas.

Shassy pun menepuk pundak wanita tersebut dengan penuh tenaga. "Kamu itu sebagai wanita, jangan mau direndahakan, mengerti?" 

"Tapi, apa yang dikatakan oleh mereka itu benar. Saya sadar, kalau saya memang jelek." Wanita itu pun menundukkan kepalanya.

Shassy yang medengar ucapan wanita tersebut, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jangan dengarkan mereka, Kamu itu cantik," ujar Shassy.

"Cih, cantik ...." Salah satu laki-laki itu menyahut dan menghina wanita itu lagi.

Lalu Shassy menatap ke arah 2 laki-laki yang ada di ruangan itu, penuh amarah. "Mereka itu buta, apa kamu percaya pada penilaian orang buta?"

Wanita itu pun menggeleng pelan.

Kedua laki-laki itu pun mendekat ke arah Shassy dan mencengkeram dagunya. "Hei wanita, beraninya kamu menghina kami."

Shassy lalu tersenyum sinis. "Lalu apa yang harus aku lakukan? memuji kalian? Laki-laki picik yang suka menghina, merendahkan, bahkan tega menganiaya wanita lemah."

"Pintar sekali mulutmu bicara," ujar laki-laki tersebut sambil semakin erat mencengkeram wajah Shassy.

Shassy pun dengan sekuat tenaga, menepis tangan laki-laki tersebut. "Jangan mengira semua wanita itu lemah, dan akan menerima begitu saja perlakuan kamu," ujar Shassy sambil menatap tajam laki-laki tersebut.

Laki-laki itu pun menyenggol temannya. "Yang seperti ini pasti asyik di ranjang, hehehe." 

"Kamu benar," sahut temannya.

    Kedua laki-laki itu pun segera mendekat pada Shassy, dan mencoba menyergap Shassy. Tapi dengan cepat, Shassy pun melawan.

Ia mulai menendang kedua laki-laki tersebut, dan juga memukul wajah salah satu laki-laki tersebut dengan vas bunga yang ada di dekatnya.

"Heh, dasar wanita liar. Jangan panggil aku Marko, kalau aku tidak bisa menaklukkanmu." ujar laki-laki tersebut sambil mengusap bibirnya yang meneteskan darah, akibat pukulan dari vas bunga yang ada di tangan Shassy.

**

               Di dalam ruangan yang sebelumnya, terlihat Keen, Raka, dan Liora sedang berendam dengan tenang menikmati relaksasi di dalam kolam tersebut. Beberapa pegawai  juga ada di dalam ruangan tersebut, dan kini terlihat tengah memijat kepala mereka bertiga.

 'Kemana wanita ini, kenapa lama sekali keluarnya,' batin Keen yang mulai gelisah, ketika menyadari kalau Shassy sudah lama pergi dari ruangan itu.

Keen pun akhirnya berdiri dan naik ke atas kolam.

"Kamu mau ke mana Keen?" tanya Raka yang kini masih menutup matanya, menikmati pijatan dari karyawan tempat tersebut.

"Aku mau keluar sebentar," jawab Keen dengan santai, sambil berjalan menjauh dari kolam tersebut.

            Keen yang sudah mengganti handuknya pun segera meninggalkan ruangan itu. 

"Di mana sih wanita itu?" gumam Keen sambil berjalan menyusuri lorong yang ada di tempat itu.

Setelah cukup lama berjalan, akhirnya Keen melihat ada salah satu ruangan yang terlihat ramai.

"Apa mungkin ... ah, tapi tidak mungkin," ujar Keen.

 Tapi, tiba-tiba ...

"Mampus gak Lo!" Terdengar teriakan dari dalam ruangan yang terbuka tersebut.

Keen pun bergegas pergi ke ruangan tersebut, dan ...

"Nona, tolong hentikan," lirih karyawan wanita tadi, yang terlihat ketakutan dan hanya bisa berdiri di pojokan ruangan tersebut.

"Heh, mampus gak Lo, dasar laki-laki jahat!" ujar Shassy yang kini tengah menendang laki-laki yang  tersungkur di depannya.

 Mata Keen pun membulat melihat kejadian tersebut. 

'Hah, wanita ini sungguh menarik,' batin Keen yang masih menatap Shassy dengan sebuah senyum tipis di wajahnya.

Tiba-tiba ...

"Wanita sialan!" teriak laki-laki lainnya sambil melemparkan sebuah vas bunga ke arah Shassy,

Shassy yang tak sempat menghindar  hanya bisa menutupi kepalanya menggunakan tangannya. 'Ah, bocor nih kepalaku,' batin Shassy sambil memejamkan matanya.

PYARRR! Terdengar suara vas bunga tersebut pecah.

'Eh, kok gak sakit,' batin Shassy.

Shassy pun membuka matanya dan menyadari ada orang lain yang  kini sedang berdiri di belakangnya dan melindungi dirinya.

 Shassy pun menoleh ke belakang, dan menatap sosok di belakangnya itu.

"Pak Keen," ujar Shassy.

Keen pun menatap tajam ke arah laki-laki yang baru saja melempar vas bunga itu. "Berani sekali kamu!" ucap Keen dengan nada mengancam.

Laki-laki itu pun terkejut ketika Keen mendekat ke arahnya. 'Tatapan ini ... ah, laki-laki ini pasti bukan orang biasa. Apa aku sanggup menyinggungnya.'

Nyali laki-laki itu pun semakin menciut ketika melihat Keen mengangkat kursi yang ada ruangan tersebut dengan ringan dan membawa kursi tersebut ke arahnya.

"Brakkk!" keen dengan sekuat tenaga melemparkan kursi tersebut ke arah laki-laki tersebut hingga kursi itu patah menjadi dua bagian.

"Akhhhh!" teriak laki-laki tersebut lalu tersungkur di lantai.

"Berani kamu menyakiti orangku! Apa kamu bosan hidup?" teriak Keen.

"Ampun Tuan, ampun," ujar laki-laki yang ada di depan Keen sambil terus memegangi tangannya, yang terasa seakan patah karena lemparan kursi dari Keen.

"Berdiri kamu!" bentak Keen.

Laki-laki itu pun segera berusaha berdiri dengan tubuh yang terasa seperti remuk itu.

             Keen pun mendekat kembali ke arah Shassy yang kini tengah melongo menatap dirinya.

"Apa masalah kamu dengan mereka?" tanya Keen.

Saat mendengar suara Keen, Shassy pun segera mengganti sikapnya.

"Ah, aku ...," ujar Shassy yang sempat melupakan masalah sebenarnya, "Itu, tadi mereka menghina karyawan itu," ujar Shassy sambil menunjuk ke arah karyawan yang meringkuk di pojokan karena ketakutan.

Keen lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, sambil mengusap lembut salah satu sudut bibir Shassy yang memerah karena terkena pukulan saat berkelahi tadi.

"Isssh," desis Shassy.

"Sakit?" tanya Keen sambil menatap dalam-dalam wajah Shassy.

"Sedikit," jawab Shassy dengan canggung.

"Kalau Kamu tau sakit, kenapa kamu berkelahi?"

Shassy lalu mengerucutkan bibirnya. "Ya habis, mereka membully karyawan itu. Lihatlah, badannya terluka karena mereka."—Shassy menunjuk ke arah karyawan—"Apa karena wanita itu kurang menarik di mata mereka, jadi mereka  boleh menghina sesuka hati. Semua wanita itu cantik, dan berharga. Aku tidak bisa menerima hal seperti ini terjadi di depanku." 

Suara Shassy pun terdengar semakin lama semakin serak, dan seolah ingin menangis.

Keen pun segera memeluk Shassy, hingga akhirnya Shassy benar-benar menangis di dalam pelukannya.

*

Di balik pintu ruangan tersebut.

"Jadi seperti ini," geram Raka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Salah Ranjang   Gaun Asta

    Dua puluh tahun kemudian. Hari itu semua orang sudah repot sejak pagi, Shassy pun tak kalah sibuknya dari yang lain."Bagaimana, apa Asta sudah siap?" tanya Shassy pada salah seorang pelayan yang baru turun dari lantai dua, tempat kamar Asta berada."Hampir Nyonya, tinggal sedikit lagi," jawab pelayan tersebut dengan cepat."Ya sudah kamu cepat bantu yang lain, para tamu undangan sudah mulai berdatangan," perintah Shassy.Lalu pelayan itu pun segera pergi melakukan apa yang Shassy perintahkan."Haduh ... kenapa dia belum sampai ya," gumam Shassy sambil mondar-mandir gelisah.Lalu seseorang dari

  • Salah Ranjang   Positif Apa

    Setelah menyelesaikan acara pernikahan dengan meriah, mereka pun kembali ke kediaman Keen."Ma, hari ini kami akan pindah," ucap Keen yang kini sedang duduk di taman belakang bersama Nyonya Tiara dan juga Shassy.Nyonya Tiara pun menghela napas panjang saat mendengar hal tersebut. "Kenapa cepat sekali?" tanyanya yang terdengar tidak rela."Kami sudah memutuskan akan pindah setelah acara pernikahan, dan aku juga sudah mengatur semuanya di sini," ucap Keen yang tetap menunjukkan tanggung jawabnya."Mama tidak bisa melarang kalian, hanya saja Mama—" Nyonya Tiara tak meneruskan kalimatnya.Shassy yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya menyahut, "Ma, kami akan sering berkunjung kok. Lagi pula Cakra sebentar lagi akan

  • Salah Ranjang   Pengumuman Untuk Sahabat Si Mendhut

    Hai sahabat pembaca setia yang ter-lope!Perkenalkan aku Si Mendhut, penulis 'Salah Ranjang' kisah Si Shassy dan Mas Keenan ini.Aku mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang sudah sabar dan setia menunggu update ceritaku yang terkadang lambat. Aku sebagai penulis juga memohon maaf yang sebesar-besarnya jika terselip kata-kata kasar di dalam novel ini. Terima kasih juga karena telah memaklumi segala bentuk kesalahan dalam penulisan novel ini yang tidak pernah aku sengaja."SUMPAH! Aku gak mungkin sengaja nyalah-nyalahin tulisan kok. Hehehe ..." Sebenarnya novel ini sudah tamat hari ini. Tapi karena permintaan beberapa pembaca, aku akan memberikan ekstra bab yang akan menceritakan kisah selanjutnya.

  • Salah Ranjang   Kerelaan

    "Papa, mama mana?" tanya Cakra kecil sambil menatap sekitar yang terlihat remang-remang karena Keen berhasil mematikan lampu kamar tersebut sebelum Cakra datang."Apa tidak bersama kamu?" tanya Keen sambil dengan cepat memakai celananya."Papa pipis?" tanya Cakra dengan polos karena melihat Keen yang sibuk memakai celana.Keen lalu berjalan ke arah Cakra. "I-iya, tadi Papa baru dari kamar mandi lalu mendengar kamu memanggil Mama, jadi Papa terburu-buru," jawabnya dengan santai."Mama mana?" Cakra kembali pada pertanyaan semula."Mama ... oh, mama pasti sedang ke dapur," jawab Keen dengan asal sambil melemparkan pakaian Shassy ke bawah.Shassy yang sedang tengkurap di lantai pun dengan cepat mengambil pakaiannya d

  • Salah Ranjang   Hidup Atau Mati Terserah

    Kemudian terlihat beberapa orang masuk dan segera melumpuhkan anak buah Tuan Bastomi yang ada di tempat itu.Shassy pun makin kebingungan melihat hal tersebut. 'Apa ini?' pikirnya.Lalu ia pun teringat dengan Keen yang tergeletak di dekatnya. Dengan cepat ia menarik tubuh suaminya itu sekuat tenaga dan segera memangku kepala suaminya tersebut sambil terus membelai lembut rambutnya."Mas kamu berat sekali, kamu banyak dosa pasti," ucap Shassy dengan senyum pahit dan air mata yang mengiringi kalimat tersebut.*Di sisi lain ... Terlihat Tuan Bastomi yang tengah terbaring di lantai, sedangkan Raka kini duduk santai duduk di kursi yang tadi digunakan oleh Tuan Bastomui.

  • Salah Ranjang   Kamu Menipuku

    Suasana di ruangan itu pun mulai kacau, beberapa tamu undangan berteriak histeris bahkan ada yang sampai pingsan saat melihat hal tersebut.Hingga akhirnya Tuan Bastomi dan beberapa orang masuk ke dalam tempat tersebut."Cepat periksa dia," perintah Tuan Bastomi pada anak buahnya sambil menunjuk ke arah calon istrinya tersebut."Maaf Tuan," ujar orang yang baru saja memeriksa keadaan wanita tersebut.Tuan Bastomi lalu mengarahkan pandangannya ke sekitar dan memakukan pandangannya pada Keen yang juga sedang menatapnya dari kejauhan. "Kurang ajar," geramnya.Lalu Tuan Bastomi pun dengan cepat melewati mayat calon pengantinnya itu dan berjalan ke arah Keen. "Kurang ajar, ini pasti ulah kamu!" teriak Tuan Ba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status